Home / Rumah Tangga / Menyesal Usai Bercerai / Baiklah Mas kalau itu yang kau mau!

Share

Baiklah Mas kalau itu yang kau mau!

Author: Ina R
last update Last Updated: 2023-02-17 19:53:30

"Nizam mau sama, Mama!" teriaknya saat dalam pelukan Bi Atun.

"Jangan, Den nanti Tuan marah," ucap Bi Atun yang terdengar olehku.

Ya Allah teganya Mas Restu melarang anak-anak bertemu denganku, apa dia benar-benar sudah tidak waras?

"Mama ...," Nizam terus berteriak membuat hatiku semakin perih.

"Bi Atun cepat bawa, Nizam masuk!" teriak Ayuna dengan nada tinggi

"Baik, Nyonya!" Wajah Bi Atun terlihat begitu takut.

"Ayo, Den kita masuk nanti Papa Den Nizam marah."

"Gak aku gak mau masuk aku mau Mama ... Nizam mau sama Mama! Mama ...." Bocah itu terus berteriak, dan sekuat tenaga berusaha melepaskan diri.

Namun, akhirnya Nizam berhasil lolos dan berlari ke arah pintu gerbang. Bisa kurasakan jemari kecilnya menyentuh tanganku dengan erat, matanya basah dengan air mata.

"Mama kenapa ninggalin, Nizam?" tanyanya disela Isak yang semakin jadi. Aku menggeleng sembari menahan sesak.

"Mama gak ninggalin kamu, Sayang," jawabku.

"Nizam cepat masuk!" bentak Ayuna sembari hendak menarik pundaknya.

"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Anakanak Pung Mamaena
ceritanya gimn nih,,anak di bawa umur bisa ikut papanya,apa lagi yg salah papanya,,atau setidaknya 1anak ikut mamanya... lagian bukan ceo saja mantan suami nilam
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
apa yg kamu hasilkan selama pernikahan nilam? kenapa memilih jd pecundang. udah diselingkuhi kamu g dapat apa2? pecundang sejati.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menyesal Usai Bercerai   Pernikahan

    "Eum ... Maaf ... Aku, a-aku tidak bi...," Kalimat kuterjeda saat melihat seseorang tiba-tiba hadir diacara ini, dan membuatku terkejut. Tidak menyangka dengan kehadiran mereka."Bapak, Ibu ... Kok bisa di sini?" Aku bertanya heran."Iya. Nak Mike yang undang Bapak sama Ibu kesini," jawab Bapak sembari tersenyum."Ibu dan Bapak tidak bisa memaksa, hanya bisa memberi restu," timpal Ibu."Jadi, Ibu dan Bapak sudah tahu kalau ...?" Ibu dan Bapak langsung kompak mengangguk sembari tersenyum. Aku melihat mereka begitu bahagia."Aku tahu apa yang membuatmu ragu, dan sekarang mereka sudah di sini. Jadi, jawaban kamu gimana?" tanya Mike memastikan.Aku menghela nafas dan membuangnya perlahan, selain restu Ibu dan Bapak, aku juga butuh restu dari anak-anakku."Eum, maaf Mike. Tapi aku? Aku tidak bisa ... Karena ...?" Aku menjeda kalimatnya sembari memejamkan mata, takut kalau Mike tersinggung. Tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri tanpa persetujuan kedua anakku.W

  • Menyesal Usai Bercerai   Dilamar

    Menjelang pagi ...Aku sudah bersiap untuk berangkat ke rumah makan, beraktifitas seperti biasanya. Pukul 06 lebih 30 biasanya jam segini, Dela dan yang lainnya sudah hampir selesai memasak. Aku memang lebih sering datang menjelang pagi, karena bumbu khususnya sudah kusiapkan, mereka juga sudah paham apa yang harus dilakukan.Hari ini aku sengaja memesan taksi online karena mobilku lagi di bengkel. Begitu selesai memesan taksi online, ponselku bergetar sejenak menghentikan langkahku. Ternyata ada pesan whatsApp dari Mike.[Nanti sore jangan lupa siap-siap ya!] Usai membaca pesannya aku hanya tersenyum dan memasukkan ponsel ke dalam tas tangan tanpa berniat untuk membalasnya. Tidak lama kemudian taksi online yang kupesan pun datang.Tiba di rumah makan pukul 07 lebih lima, Dela dan teman-temannya mulai sibuk membersihkan dan menata ruangan."Eh, Bu Nilam udah dateng. Selamat pagi Bu," sapa Dela dan Diah."Iya pagi, juga! Semangat ya!" jawabku tersenyum. Lalu, melangkah menuju ruangan

  • Menyesal Usai Bercerai   Cemburu Buta

    "Eum ... Ta-tapi ....""Besok saya jemput, kamu harus sudah siap-siap. Saya mau ke kasir dulu Assalamualaikum," ucap Mike tanpa mau mendengar penjelasanku. Lalu, beranjak pergi."Waalaikumsalam ...," jawabku setelah Mike sudah menjauh.Dentingan jam bergerak ke kanan membawa waktu bergerak maju, tanpa terasa hari sudah sore. Aku melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan pukul 16 lebih lima. Sudah lama aku tidak berkunjung ke rumah Ibu dan Bapak, ada perasaan kangen."Del, saya mau pulang duluan kamu urus semuanya ya!" ucapku saat keluar dari ruangan melewati dapur."Oh siap, Bu," jawab Dela."Ya udah kalau gitu, nanti kalau makanannya gak habis bagi-bagi aja sama teman-teman ya, atau bagi-bagi aja sama siapa gitu. Assalamualaikum.""Baik, Bu. Waalaikumsalam."Aku pun melangkah ke luar menuju parkiran di mana mobilku berada, dan meluncur membelah jalan. Saat dijalan entah kenapa tiba-tiba aku sangat ingin sekali makan bakso.Setelah mencari-cari akhirnya dapat. 'sepertinya kedai

  • Menyesal Usai Bercerai   Nilam

    Saat memori tengah memutar kenangan masa lalu. Tiba-tiba pintu ruanganku diketuk, dan itu membuatku sedikit terlonjak kaget."Assalamualaikum, Bu. Boleh aku masuk?" tanya Dela. Orang kepercayaanku."Ah iya, Waalaikumsalam. Masuk!" jawabku.Dela pun masuk. "Ada apa?" tanyaku langsung, karena biasanya Dela kesini ada sesuatu yang ingin ia sampaikan."Di depan ada tamu, nyariin Ibu," jelasnya."Siapa?" tanyaku."Biar gak penasaran Ibu lihat saja sendiri." Bukannya menjawab, Dela malah membuatku semakin penasaran.Ya begitulah sikap Dela, menganggap aku sudah seperti kakaknya sendiri. Karena, sejak masih bersama Mas Restu dulu ia sudah ikut bekerja denganku, dan menjadi orang kepercayaan. Namun, setelah Ayuna yang pegang rumah makannya Dela berhenti karena tak tahan dengan sikap Ayuna yang semena-mena, itu katanya. Ia sempat cari kerja kesana kemari. Pernah juga kerja di laundry. Hingga akhirnya Tuhan kembali mempertemukan kami saat aku mulai menjalankan bisnis rumah makan baru, dan Del

  • Menyesal Usai Bercerai   Kenapa Harus Nilam?

    "Iya benar, dengan saya sendiri. Siapa ya?" tanyaku penasaran."Perkenalkan saya Dela. Apa benar rumah makan Bapak yang terletak di simpang lima mau di jual?" tanyanya.Mendengar nama itu rasanya tak asing, ah mana mungkin Dela yang dulu kerja di rumah makan kami, waktu bersama Nilam dulu. Ya setelah Ayuna yang memegang rumah makannya banyak karyawan ngeluh, terutama Dela dia memilih untuk mengundurkan diri.Tidak mungkin Dela itu, ada banyak Dela di dunia ini. Jika benar, apa sekarang dia sudah jadi orang kaya? Ah terserah sajalah yang penting ada yang minat dengan rumah makannya."Ah iya benar, apa Anda berminat untuk membelinya?" tanyaku langsung tanpa banyak basa-basi."Siapa, Mas?" tanya Ayuna berbisik."Yang mau beli rumah makan," bisikku tak kalah pelan.Wajah Ayuna langsung terlihat senang, binar bahagia diwajahnya begitu kentara."Iya Pak, bos saya yang berminat membeli rumah makan, Bapak," ucapnya.Dahiku mengernyit mendengarnya ucapannya, kalau ternyata bosnya yang berminat

  • Menyesal Usai Bercerai   Kesulitan Ekonomi

    "Apa, Mas dipecat?" tanya Ayuna dengan nada tak percaya saat kuberi tahu keputusan Pak Samsul. Aku hanya bisa mengangguk lemah membuat Ayuna langsung terduduk lemas di atas kursi."Ini uang pesangonnya!" Aku menyerahkan amplop putih yang tadi diberi Pak Samsul.Dengan lemas Ayuna pun membuka amplopnya. "Segini gak bakalan cukup buat bayar semua tagihan, gimana kita bayar cicilan mobil dan yang lainnya, Mas?" tanyanya dengan suara bergetar."Lama-lama aku bisa gila kalau kayak gini terus," sambungnya lagi sembari memijit pelipis.Aku pun tak tahu harus bagaimana, aku juga tidak menyangka jika akhirnya akan seperti ini. Beberapa tahun terakhir ini keadaan ekonomi benar-benar terasa sulit membuatku pusing, ditambah gaya hidup Ayuna yang tinggi. Sementara rumah makan, sudah tutup otomatis tidak ada penghasilan yang masuk, bahkan sebelum tutup sembilan bulan yang lalu gaji karyawan terpaksa kami bayar dengan uang pribadi.Semenjak dipegang Ayuna bukannya untung malah buntung, awal-awal ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status