Share

Cemburu

Malam panjang yang dingin, kini terasa hangat. Abimanyu dan Hazna, memadu kasih. Hingga peluh membasahi tubuh mereka. Abimanyu yang sudah berpengalaman pun, dengan sabar memperlakukan Hazna yang masih tampak canggung, dan malu. Malam kedua terasa berbeda di bandingkan pada malam pertama. Hazna yang sudah siap menerima Abimanyu. Demikian juga Abimanyu, walau melakukan untuk sebuah kewajiban, tapi tidak bisa di pungkiri, detak jantungnya berdesir kuat ketika memeluk dan menyentuh serta memadu kasih dengan Hazna. Hampir sama, waktu melakukannya dengan Angela, tapi dorongan nafsu yang membakar jiwa lebih kuat, berbeda dengan Hazna, polosnya dan lugunya Hazna, membuat Abimanyu lebih merasa di cintai. Hazna juga ternyata memiliki tubuh yang seksi, di balik baju yang tertutup yang sering di pakainya. Harum rambut yang hitam legam sepinggang itu, membuat Abimanyu terhipnotis untuk terus mencium, dan membelainya. Abimanyu, merasa tersanjung, karena tubuh dan kecantikan Hazna, hanya di peruntukkan baginya. Dengan, penuh kasih dan sayang, Abimanyu memcurahkan segala hasratnya di tubuh wanita halalnya itu.

“Terima kasih ya Mas, telah melaksanakan kewajibanmu,” ucap Hazna lirih, berbisik di telinga Abimanyu hingga bibir tipisnya menyentuh cuping telinga Abimanyu.

Keduanya pun lalu terlelap dalam mimpi yang indah. Hingga suara adzan subuh, membangunkan Hazna. Seperti biasanya Hazna melaksanakan kewajibanya pada Sang Pencipta, setelah membersihkan diri dan berwudhu.

Pagi hari yang berbeda, Abimanyu melempar senyum pada Hazna, ketika di ruang makan.

“Ibu mana? Haz,” tanya Abimanyu, ketika tidak di dapati ibunya.

“Ibu, ada acara, dengan temannya, berangkat habis subuh tadi Mas,” balas Hazna, sambil mengambil piring di hadapan Abimanyu dan mengisinya dengan nasi goreng.

“Kamu, menantu kesayangan ibu, aku harap kamu bisa membuat ibu bahagia,” Abimanyu berujar, sambil menatap Hazna.

“Sudah, kewajibanku membuat ibu bahagia, bukan hanya ibu, tapi Mas Abimanyu juga, aku ingin Mas Abimanyu juga bahagia bersamaku,” balas Hazna pelan, dan menatap Abimanyu penuh cinta.

Untuk sesaat kedua pasang mata saling tatap. Lalu Abimanyu menunduk, rasanya ia malu ketika menatap bola mata yang penuh cinta milik Hazna.

“Kamu tidak perlu membuatku bahagia, aku menikahimu itu karena ibu. Dan untuk kejadian semalam, itu hanya kewajiban, kamu tahu ‘kan siapa yang aku cintai,” jelas Abimanyu, membuat Hazna tertunduk sedih, dan enggan menjawab.

Suasana meja makan hening, hanya suara sendok yang beradu dengan piring. Baik Abimanyu dan Hazna tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Setelah selesai menikmati sarapan pagi, Hazna dan Abimanyu, pergi bersama-sama ke tempat kerja, Abimanyu mengantarkan Hazna di sekolah terlebih dahulu. Kemudian baru pergi ke kantor Hotel Raharja.

Siang merambat naik. Ponsel milik Abimanyu berdering nyaring sebuah panggilan telpon dari Angela.

“Hai, sayang, kita makan siang bareng, yuk, di kafe biasa,” ajak Angela, dangan suara khas manjanya.

“Oke, aku jemput, kamu di apartemenmu.”

“Oke, see you.”

Abimanyu menutup ponselnya, dan bersia-siap menjemput Angela, baru saja ia akan melangkahkan kaki ke luar ruangan, tiba-tiba ponsel berdering lagi, kali ini nama Hazna, tertera di layar ponsel.

“Ada apa Haz?” tanya Abimanyu.

“Assalamu’alikum, Mas..,” salam Hazna sebelum memulai pembicaraan.

“Waalaikumsalam,” balas Abimanyu sedikit canggung.

“Mas... aku minta izin, hari ini Dela mengajakku bertemu, kami akan kerjasama untuk pengadaan parenting, tentang kesehatan mental anak usia dini, bolehkan aku pergi,” izin Hazna.

“Haz, aku sudah bilang padamu, lakukan apa yang kamu mau, aku tidak perduli, jadi tidak usah minta izin padaku,” balas Abimanyu datar.

“Baiklah Mas Abimanyu. Aku mengerti. Assalamu’alaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Abimanyu menutup ponsel, lalu melangkah lebar, menuju ke apartemen Angela. Apartemen mewah, berlantai dua, dengan fasilitas lengkap milik Angela, yang di tinggali bersama Katrina ibunya.

Sementara itu, Angela tampak bersiap-siap, mengenakan celana jeans, dan blouse santai, ia memantaskan diri di depan cermin, sambil mengulas senyum, setelah puas merias wajah cantiknya, ia meraih tas slempang miliknya dan berjalan ke luar kamar.

“Mau, ke mana Angel?” tanya Katrina.

“Mau, makan siang bersama Mas Abim.” jawab Angela datar.

“Kamu, masih saja berhubungan dengan dia, setelah Abim, mengkhianatimu, dengan menikahi gadis pilihan ibunya,” ucap Katrina dengan nada kecewa.

“Mom, Mas Abim, terpaksa menikahi wanita itu, demi ibunya, nanti juga mereka akan cerai,” balas Angela sambil mengulas senyum di sudut bibirnya yang merah dan sensual.

“Mommy, cuma khwatir, jika publik tahu, kamu sering jalan dengan Abimanyu, mereka malah akan menuduhmu, sebagai pelakor. Kamu itu cantik, seksi, pasti banyak pengusaha yang muda dan tampan yang menyukaimu. Ayolah Angel tinggalkan Abimanyu, jangan merusak masa depanmu!” pinta Katrina, dengan nada kesal.

“Mom, I am sory, Angela sudah cinta mati dengan Mas Abim,” balas Angela dengan tatapan memelas.

“Sampai kapan Angel. Kamu seorang wanita, suatu saat, Mommy ingin, kamu menikah, menjalani kehidupan berumah tangga,” ucap Katrina.

“Mom, jangan khawatir, pasti Angela menikah. Lagi pula untuk saat ini, Angela masih ada beberapa kontrak film, lebih baik fokus ke karier,” balas Angela, sambil memeluk Ibunya dan berpamitan pergi.

Katrina hanya menghela napas panjang, dan menghembuskannya kasar, menatap putrinya yang berlalu ke arah pintu, dan kemudian menghilang di balik pintu.

Angela menghampiri mobil milik Abimanyu, yang sudah menunggunya di depan apertemen. Lalu, mereka pergi meninggalkan apartemen menuju ke sebuah kafe.

Dengan mesra Angela mengamit, lengan Abimanyu, memasuki area kafe. tiba-tiba pandangan Abimanyu, terfokus pada dua orang yang ia kenal. Hazna, dan Dokter Anjar sedang duduk berdua. Tanpa berpikir panjang, Abimanyu gegas menghampiri Hazna dan Dokter Anjar.

“Selamat siang, Haz, rupanya kamu janjian sama Dokter Anjar,” ucap Abimanyu membuat Anjar dan Hazna terkejut, dan menoleh ke arah suara.

“Mas Abimanyu, jangan salah paham Mas, ada Dela kok bersama kami, dia baru saja ke toilet,” jelas Hazna, dengan gugup, ia takut jika suaminya salah paham.

“Tidak perlu kamu jelaskan Haz, lihatlah, Abimanyu bersama siapa? Apa pantas pria yang sudah beristri, menggandeng wanita lain,” tukas Dokter Anjar, geram, menatap Abimanyu dan Angela.

Angela hanya tersenyum tipis, ia tidak mau melepaskan tangannya dari lengan Abimanyu.

“Itu, bukan urusan Anda, Dokte Anjar,” balas Abimanyu geram.

“Tentu saja itu jadi urusanku, jika Anda meragukan kesetiaan Hazna,” timpal Dokter Anjar.

Suasana semakin memanas, wajah Abimanyu dan Dokter Anjar menegang.

“Sudah, Mas Abimanyu. kalau Mas Abimanyu, tidak mengizinkan, ayo kita pulang,” ajak Hazna.

“Ada apa ini, Oh.. ada Abimanyu dan Angela Kana, tidak kusangka kita bertemu di sini, bagaimana jika kalian bergabung di meja kami, kebetulan, kami sudah selesai membicarakan masalah pekerjaan, jadi tinggal makan siang,” ucap Dela dengan tenang, dan mendinginkan suasana yang sempat memanas.

“Tidak perlu, terima kasih, tapi kami sudah reservasi meja, kami pergi dulu,” tukas Angela. Lalu, menarik lengan Abimanyu ke arah meja yang sudah di pesan.

“Dasar tidak tahu malu,” gerutu kesal Dela.

“Maaf, atas keributan ini,” ucap Hazna, sambil duduk kembali ke kursi.

“Apa kamu bahagia dengan pernikahanmu Haz?” tanya Anjar, menatap lekat wanita berhijab yang ada di hadapannya.

“Kebahagian itu terjadi, jika kita menerima kejadian apapun dalam hidup kita, dan aku menerimanya,” jawab Hazna.

“Hemm Hazna Safitri, bidadari surga yang terluka,” celoteh Dela.

“Jangan paksakan dirimu dengan pernkahan seperti ini,” tukas Dokter Anjar, dengan raut muka cemas.

Senyum tipis terulas, di bibir Hazna, lalu menatap datar lelaki yang selalu memberi perhatian padanya itu

“Mas Anjar, terima kasih atas perhatian Mas Anjar. Tapi untuk masalah rumah tanggaku, tolong jangan terlalu ikut campur,” jawab Hazna.

“Maaf Haz,” balas Dokter Anjar.

“Mas Anjar sama denganku Haz, mengkhawatirkan keadaanmu. Kamu wanita yang baik, tidak seharusnya bersanding dengan Abimanyu,” timpal Dela.

“Itu ’kan menutrut kalian aku baik, mungkin aku masih banyak kekurangan,” balas Hazna.

“Ya, sudahlah, kita lupakan, yuk kita makan,” ajak Dela.

Ketiganya, menikmati makan siang yang sudah tersaji, sesekali pandangan Hazna, menatap ke arah Abimanyu dan Angela yang sedang makan berdua, cemburu menyusup dalam hatinya. Hazna wanita normal, rasa cemburu itu ada, apalagi di hadapan dirinya suaminya sedang makan siang dengan wanita lain.

“Dela, Mas Anjar, kalian pulang dulu,” ucap Hazna, ketika selesai makan siang.

“Baiklah, kami pergi dulu, hati-hati ya,” ucap Anjar penuh perhatian.

“Iya Haz, kami pergi dulu,” ucap Dela, sambil memeluk Hazna. Dan setelah itu Anjar dan Dela pergi.

Hazna bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Abimanyu dan Angela.

“Boleh, aku bergabung dengan kalian,” tanya Hazna pelan, menahan sesak di dadanya.

“Haz, pulanglah, kita bicara di rumah!” perintah Abimanyu.

“Ada yang ingin, aku bicarakan dengan kalian,” balas Hazna.

Angela nampak mengerutkan dahi dan berucap,” duduklah Haz, apa yang ingin kamu bicarakan.”

“Terima kasih,” balas Hazna, lalu meletakan tubuhnya di kursi.

”Kenapa kalian tidak menikah secara agama,” sambung Hazna.

Perkataan Hazna, membuat Angela dan Abimanyu kompak membulatkan mata.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mila Meilani
ternyata berbayat semua y novelnya... ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status