Share

Cinta atau Kewajiban

Abimanyu terlihat serius di depan laptop, hingga bunyi ponsel membuyarkan konsentrasinya, panggilan telpon dari Angela.

“Hallo Angela, ada apa?” sapa Abimanyu.

“Baru, diangkat sih,” protes Angela dengan nada bicara kesal.

“Maaf sayang, tadi aku lagi nyetir tadi,” balas Abimanyu.

“Oke, kita bertemu di kafe biasanya, aku tunggu jam makan siang.”

“Oke, sayang.”

Abimanyu menutup ponselnya dan melanjutkan pekerjaannya.

Hingga hari beranjak siang, Abimanyu teringat janjinya untuk makan siang bersama Angela di sebuah kafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari kantor. Dengan gegas, Abimanyu melangkah lebar menuju ke parkiran, setelah itu naik ke dalam mobil melaju ke jalan raya.

Beberapa menit kemudian sampailah Abimanyu di sebuah kafe yang terlihat mewah dan private, nuansa klasik tergambar di setiap sudut kafe, menambah suasana yang romantis. Abimanyu melangkah masuk, seorang pelayan kafe menghampiri.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang wanita, pelayan kafe.

“Aku sudah ada janji dengan Angela,”

“Oh, Pak Abimanyu, sudah ditunggu, mari.”

Pelayan kafe itu pun berjalan ke arah dalam kafe, tempatnya sedikit private, hanya ada beberapa meja makan, juga terlihat sepi. Telihat Angela duduk di salah satu kursi, yang berada di sudut ruangan, di hadapannya sudah tersaji menu makanan yang siap di santap.

“Hai,” sapa Abimanyu, dengan mendaratkan pelukan pada Angela.

“Duduklah sayang, aku sudah pesan menu favoritmu, sudah lama kita tidak makan di luar seperti ini,” ucap Angela, dengan manja.

“Sorry, Kita jadi jarang bertemu, dan jalan di tempat umum, bagaimana nanti kalau ada wartawan infotaiment tahu, pasti kamu akan di goreng sampai panas oleh gosip-gosip mereka, apalagi aku sudah menikah,” jelas Abimanyu.

“Kadang aku bosan main kucing-kicingan seperti ini, kapan kamu menceraikan Hazna, dan menikahiku?” tanya Angela.

Abimanyu terdiam, menceraikan Hazna, setelah apa yang ia lakukan semalam, rasanya tidak mungkin. Tapi meninggalkan Angela, itu juga tidak akan terjadi.

“Kenapa diam, sayang. Aku sebenarnya tidak takut menghadapi Hazna, tapi aku takut dengan netizen, fansku, mereka pasti menghujatku, sebagai pelakor, dan reputasiku akan hancur,” jelas Angela dengan bersungut.

“Sudahlah Angela, aku mohon, beri aku kesempatan, ini menyangkut kesehatan ibuku. Oke, i am sorry,” balas Abimanyu, sambil menggenggam tangan Angela.

Tidak jauh dari Angela dan Abimanyu duduk, Dela mengamati segala tingkah laku Angela dan Abimanyu, dan diam-diam mengambil foto mesra mereka.

“Kasihan Hazna, ternyata mereka memang ada hubungan, bahkan setelah Abimanyu menikah,” gumam Dela lirih.

Dela menghembuskan napas kesal. Lalu pergi meninggalkan kafe. Ia bermaksud menemui Hazna. Dengan melajukan mobilnya, Dela menuju Tk. Cermin Bunda, tempat Hazna mengajar.

“Dela, tumben mampir ke sini,” ucap Hazna, ketika melihat Dela datang.

“Kamu, masih sibuk?” tanya Dela.

“Nggak sih, ini malah mau pulang, ada apa? serius banget mukamu.”

“Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.”

“Baiklah, kita cari tempat yang nyaman, bagaimana kalau di situ,” tunjuk Hazna di suatu taman kecil di sudut sekolah.

Mereka duduk di bangku taman, Dela nampak tegang, raut mukanya cemas sekaligus sedih, menatap sahabatnya itu.

“Haz, tadi aku pergi ke kafe, dan di sana aku melihat suamimu Abimanyu,” jelas Dela, dengan ragu.

“Oh ya, lalu, kamu menyapanya?”

“Tidak, aku tidak menyapanya, karena waktu itu, dia sedang bersama... Angela Kana, ini fotonya, mereka tampak mesra,” jelas Dela sambil memperlihatkan ponselnya.

“Hemmm, Aku sudah tahu, hubungan mereka Del, di hari ke dua pernikahanku,” balas Hazna pelan, tatapannya nanar, ke arah bunga-bunga yang sedang bermekaran.

“Jadi kamu tahu, mereka masih berhubungan dan kamu diam saja,” tukas Dela geram.

“Menurutmu, apa aku harus menjambak rambut Angela dan menyuruhnya menjauh dari suamiku.”

“Iya! seharusnya seperti itu, atau tinggalkan Abimanyu, jika ia mengkhianatimu,” sahut Dela kesal.

“Angela, adalah wanita yang di cintai suamiku, aku yang berada di tengah-tengah mereka, Mas Abimanyu, walau dingin, tapi ia tidak pernah menyakitiku,“ ucap Hazna.

“Tidak pernah menyakitimu, apa yang dia lakukan itu tidak menyakitimu, menyakiti hatimu,” tukas Dela kesal.

“Dela, aku sudah putuskan, aku menerima semua ini, aku juga ingin suatu saat Mas Abimanyu mencintaiku, dan dengan kesadarannya sendiri meninggalkan Angela, tapi itu perlu waktu, aku hanya bisa berdoa, hanya Allah yang bisa membolak-balikan hati manusia, semoga Mas Abimanyu di beri hidayah.” Hazna berkata, sambil menatap Dela, menyakinkan sahabatnya, jika ia baik-baik saja

“Terserah kamu, Haz, aku tidak berhak mencampuri urusan rumah tangganmu,” balas Dela, sambil mengedikan bahunya, berusaha memahami pikiran Hazna, yang jauh dari pemikirannya.

“Terima kasih atas, perhatianmu,” ucap Hazna pada Dela, yang tampak kesal.

“Oke, aku pergi dulu, ada janji dengan Mas Anjar,” balas Dela.

“Heemm, jadi sudah jadian nih, sama Dokter Anjar,” ledek Hazna sambil mengulas senyum.

“Aku ada kerjasama pekerjaan, dengan Mas Anjar. Tentang parenting, di suatu sekolah menengah atas, yang bertema kesehatan mental, dan aku di undang sebagai psikolog,” jalas Dela.

“Dela, kenapa kamu tidak berusaha untuk mendekati Mas Anjar, kamu masih mencintainya ‘kan?”

“Iya, dulu aku mencintainya. Tapi Mas Anjar, itu masih mencintaimu. Aku yakin, jika kamu berpisah dari Abimanyu, pasti Mas Anjar akan menikahimu,” jawab Dela dengan yakin.

“Tapi aku tidak akan berpisah dari Mas Abimanyu,” timpal Hazna.

“Mudah-mudahan kamu, bisa bertahan, Haz,” Dela berucap sambil memeluk Hazna, setelah itu pergi meninggalkan Hazna.

Hazna masih terpaku, pkirannya melayang pada hal yang di ceritakan Dela, rasa sakit kembali menyusup dalam hatinya, setelah rasa bahagia ia rasakan semalam.

***

Mobil Abimanyu memasuki halaman rumah, jam menunjukkan pukul tujuh malam, terlihat Hazna, masih sibuk menyiapkan makan malam. Dan ketika mengetahui suaminya pulang, gegas ia menghampirinya dan membawakan tas kerjanya.

“Mas Abimanyu, bersih–bersih dulu, bajunya sudah aku siapkan. Aku akan buatkan teh melati,” ucap Hazna, tanpa menatap suaminya.

“Iya, terima kasih,” jawab singkat Abimanyu, dengan melangkahkan kakinya menuju lantai atas.

Setelah selesai membersihkan diri, Abimanyu, mengenakan baju, yang telah di siapkan Hazna, ia nampak tertegun, enam bulan ini ia merasakan hidupnya lebih mudah. Sesuatu yang membuat hidupnya lebih berarti, di cintai, di layani, di hormati oleh seorang wanita, yaitu Hazna Safitri.

Ceklek, pintu kamar dibuka, terlihat Hazna membawakan teh, untuk Abimanyu.

“Ini Mas, tehnya, dan ibu sudah menunggu di ruang makan,” ucap Hazna, sambil menyodorkan teh hangat ke Abimanyu.

“Aku, akan segera turun,” balas Abimanyu.

Hazna, kembali ke ruang makan, duduk bersama ibu mertuanya, menunggu Abimanyu.

“Haz, ibu harap, malam kemarin, akan terjadi lagi, di malam-malam selanjutnya, lebih agresif sedikit Haz, ini demi pernikahanmu,” bisik Bu Ratna.

“Insya Allah, Bu, Haz akan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan pernikahan ini,” jawab Hazna pelan.

Tidak lama kemudian, muncul Abimanyu dari balik tembok, melempar senyum pada ibunya, lalu duduk di kursi.

“Bagaimana, keadaan ibu?” tanya Abimanyu.

“Ibu, baik, asalkan kamu dan Hazna juga baik,” sahut Bu Ratna.

“Biar Hazna, ambilkan nasinya, Mas...” ucap Hazna, mengalihkan ucapan Bu Ratna. sambil meraih piring dari Abimanyu dan mengisinya dengan nasi serta lauk.

“Aku dan Haz , baik-baik saja, iya,’kan Haz,” sahut Abimanyu.

“Iya, Bu, kami baik-baik saja,” balas Hazna, sambil menatap Bu Ratna.

“Syukurlah, jika kalian baik-baik saja, segeralah beri kabar baik pada ibu,” ujar Bu Ratna.

“Maksud Ibu kabar apa?” tanya Abimanyu, tatapannya mengarah pada ibunya

“Kabar Hazna hamil.” Ucapan Ibunya membuat Abimanyu tersedak.

“Semoga Allah, mengabulkan keinginan Ibu,” sela Hazna.

Makan malam bersama pun usai, setelah berbincang-bincang ringan dengan ibunya, Abimanyu dan Hazna kembali ke kamar. Rasa cangung kini mereka rasakan, walau sebenarnya Hazna ingin kehangatan dari suaminya, tapi rasanya mustahil, peristiwa semalam akan terjadi lagi. Walau Hazna, memakai sleep dres yang agak terbuka, tapi tidak membuat Abimanyu melihatnya..

“Apakah, aku kurang menarik bagimu, Mas Abimanyu?” tanya Hazna, memberanikan dirinya bertanya hal yang pribadi.

Abimanyu untuk sesaat terdiam. Ia tidak bisa membohongi hatinya, jika Hazna sangat cantik, apalagi setelah kejadian kemarin malam, Abimanyu merasakan desiran yang kuat mengalir dalam darah hingga ke jantungnya tiap kali menatap Hazna.

“Apa, kamu ingin, aku melaksanakan kewajibanku padamu Haz,” jawab Abimanyu, menatap lekat istrinya.

“Lalukanlah kewajibanmu Mas... Supaya kita beriktiar untuk mendapat keturunan, seperti yang ibu inginkan,” ucap Hazna, dengan bibir gemetar.

Pantaskah seorang istri meminta nafkah batin pada suaminya, rasa malu mendera hati Hazna.

Abimanyu, mendekatkan tubuhnya pada Hazna, begitu dekat hingga tubuh mereka saling menempel, berlahan tangan Abimanyu membelai rambut hitam legam sepinggang milik Hazna, wangi parfum rose, di tubuh Hazna di hirup dengan lembut, Hazna terpejam, ketika bibir Abimanyu dengan lembut mengecup bibirnya. Hazna pasrah siap menerima sentuhan, dari suaminya. Setelah itu dengan pelan dan penuh kasih sayang, Abimanyu melaksanakan kewajibannya sebagai seorang suami, entah dengan cinta atau hanya sebuah kewajiban, tapi ia dengan sadar, memberikan Hazna nafkah batin.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Theodora Bana
ceriranya menarik tapi sayang harus berbayar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status