Share

Penolakan

Penulis: Els Arrow
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-25 19:04:48

Usai sholat aku langsung melipat mukena, sementara Gus Aaraf menderas mushafnya. Kami mempunyai kegiatan masing-masing yang tidak saling berhubungan. Seperti orang asing yang dipaksa tinggal satu atap, rasanya akan tetap asing.

"Kay," ucapnya saat baru saja menutup mushaf.

"Iya, Gus. Ada apa?"

"Jangan dekat-dekat sama Ayrani."

Aku mengerutkan kening.

"Kenapa memangnya?"

"Sudahlah, aku cuma nggak mau kamu dekat-dekat dia. Takutnya dia sungkan kamu dekati terus, dia 'kan mengabdi di sini. Jadi, biarkan dia menyelesaikan tugasnya."

Aku menghela napas lirih dan lantas menganggukkan kepala. Bibirku tidak sanggup lagi berkata-kata, tenggorokanku tercekat saat hendak mengatakan kalau aku tidak pernah mendekati Ayrani. Kami berkenalan tanpa sengaja.

Larangannya semakin memperkuat asumsiku bahwa Gus Aaraf sempat ada hubungan dengan Ayrani. Atau mungkin sikapnya ini karena ingin menjaga agar Ayrani tetep nyaman?

Entahlah, saat aku kembali melemparkan pandangan ke arah pria tampan itu. Ia sudah bangkit dan hendak keluar kamar, lagi-lagi tanpa mengajakku. Ah, aku salah! Bukankah aku ini istri yang tidak diharapkan?

***

"Abah berencana mengirim beberapa santri untuk tukar pelajar ke Cairo, mungkin sekitar dua puluh santri putra dan putri," celetuk Abah saat telah menyelesaikan makan malamnya.

"Siapa saja, Bah?" tanya Umik.

Abah menyodorkan kertas berisi daftar nama-nama santri. Suamiku juga ikut melihatnya, hanya aku saja yang tidak. Bagaimanapun aku merasa belum berhak ikut campur terlalu dalam.

Pondok Abah memang memiliki yayasan pendidikan umum yang berkerja sama dengan kementrian pendidikan. Setiap dua tahun akan ada pertukaran pelajar ke Cairo dan Madinah.

"Ayrani juga, Bah? Dia 'kan mengabdi di ndalem? Memangnya nggak papa?" tanya Umik.

Aku sontak melarikan pandangan kepada Gus Aaraf, sejurus kemudian keningku mengernyit saat melihat rahangnya menegas.

"Nggak masalah, Mik. Ayrani gadis yang cerdas, sayang sekali kalau nggak ikut program ini. Lagi pula Abah sudah bicara sama Pamannya, dan beliau setuju."

"Baiklah kalau begitu, Bah," sahut Umik.

"Maaf, Bah. Tapi Aaraf tidak setuju, Ayrani sudah mengabdi lama, dan dia juga akan keluar dari sini. Kenapa harus dimasukkan progam pertukaran pelajar? Kenapa tidak santri lain yang masih junior saja?"

Aku langsung memalingkan pandangan, tidak yakin rasanya alasan suamiku seperti itu. Pasti ada sesuatu yang ia tutupi saat menolak usulan Abah.

"Kenapa, Nak? Pamannya saja setuju, kenapa kamu tidak? Memangnya kamu walinya?"

Gas Aaraf terdiam mendapatkan jawaban telak dari Abah. Sedangkan aku masih berusaha menahan nyeri. Sakit rasanya melihat suami sendiri mempertahankan kepergian wanita lain.

"Tetap saja, Bah. Biarkan santri lain, kasihan yang junior."

Abah tampak menghela napas kasar, "keputusan Abah sudah bulat, data ini juga sudah masuk ke atasan. Jadi percuma saja kamu menolak, itu tidak akan merubah apapun."

Gus Aaraf terdiam dengan pandangan menunduk. Apa yang ia pikirkan? Apakah laki-laki itu takut akan jauh dari Ayrani?

'Apa istimewanya gadis itu sehingga suamiku sampai seperti ini?' batinku pilu.

Aku tiba-tiba tersentak saat merasakan getaran ponsel pada saku gamis, tanganku segera mengambil benda canggih tersebut, dan lantas mendapati nama sahabatku, Adele, di layar ponsel.

"Abah, Umik, maaf. Kay izin terima telepon dulu, ya."

Umik mengulas senyum manis kepadaku, "iya, Nduk."

Aku segera bangkit dan berjalan agak menjauh guna mengangkat telepon.

"Assalamualaikum," sapaku setelah menggeser tombol hijau dan telepon tersambung.

"Waalaikumsalam, pengantin baru. Gimana? Sudah melakukan yang iya-iya belum?"

Terdengar gelak tawa Adele di seberang telepon. Sahabatku itu memang ceplas-ceplos, dia juga heboh, dan sangat berisik. Namun, wanita yang berusia sepantaran denganku mempunyai sifat empati tinggi dan sangat perhatian.

"Apa, sih?"

"Ih, gitu saja nggak paham. Kamu sudah di unboxing?"

Glek!

Aku menelan saliva dengan susah payah, "bodo amat!" tukasku.

Adele kembali tergelak, bahkan cukup lama sahabatku itu sibuk dengan tawanya, sementara aku hanya mampu mendengus.

"Jangan kelamaan! Eh, kamu sudah buka kado dariku? Aku kirim ke rumah mertuamu, loh. Sudah sampai 'kan?" tanyanya nyerocos.

"Sudah sampai, tapi belum aku buka. Kenapa memangnya?"

"Gimana, sih?! Ya sudah setelah ini kamu buka, dan langsung pakai nanti malam."

"Memangnya apa?"

"Sudah nggak usah banyak tanya, pokoknya kamu nurut saja, Kay. Sudah, ya ... aku lagi sibuk!"

TUT!

"Dasar nggak jelas!"

Aku mencebikkan bibir dengan sebal saat Adele mematikan sambungan telepon begitu saja. Namun, tidak dipungkiri ada rasa penasaran di hatiku. Kira-kira apa yang disiapkan Adele?

Sudah hampir satu jam aku berada di kamar mandi, merutuk kesal pada Adele yang tidak tahu diri.

Hey! Dia memberiku lingerie tembus pandang dan juga parfum. Apa tadi katanya? Aku harus memakai ini? Oh, sungguh! Aku bahkan sangat kedinginan dengan lengan, kaki, dan punggungku yang ter-ekspose.

Kting!

Aku terperanjat saat mendengar bunyi notifikasi pesan, gegas tanganku berselancar di layar ponsel guna mengecek.

[Awas kalau dilepas! Aku marah! Kamu harus tidur pakai lingerie itu, Kay. Pewangi ruangannya jangan sampai lupa. Semangat, ya!] tulis Adele.

Glek!

Aku kembali menelan saliva dengan susah payah. Bagaimana mungkin Adele tahu kalau aku ingin melepas lingerie ini? Ah, dia benar-benar membuatku hampir mati berdiri!

Aku memutuskan keluar kamar mandi mumpung Gus Aaraf belum masuk kamar, rencanaku nanti langsung membungkus tubuhku ini dengan selimut. Yeah! Aku harus melakukannya dengan cepat.

Namun, saat tinggal beberapa langkah saja menuju ranjang, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Terlihat suamiku berdiri mematung di tengah pintu dengan pandangan yang sulit dijelaskan.

"Gus. Eum ... sa-saya—"

"Aku mau ke kamar mandi dulu."

Aku mengangguk saat dia memotong ucapanku. Gus Aaraf melewati diriku dan berjalan ke kamar mandi, tetapi netranya sama sekali tidak melirikku.

Aku bingung harus melakukan apa? Bagaimana kalau malam ini Gus Aaraf tergoda. Apakah aku siap? Hingga beberapa menit kemudian pria tampan itu akhirnya keluar dari kamar mandi, sedangkan aku secara tidak sadar masih berdiri di sisi ranjang.

"Tidak perlu melakukan hal seperti ini, Kay. Aku belum siap melakukannya, kamu hanya akan tersiksa kalau terus seperti ini."

Deg!

Tubuhku menegang kaku.

"Apa maksudnya, Gus?"

"Tolong mengertilah kalau aku tidak mencintaimu, Kay. Harus dengan cara apa lagi aku menjelaskannya? Tolong jangan paksa aku berbicara kasar!" sentaknya sembari mematikan pewangi ruangan yang sempat aku nyalakan tadi.

Kakiku terasa melayang mendengar penolakannya yang kedua kali.

"Tidurlah. Aku tidak akan menyentuhmu malam ini, dan jangan pernah menggodaku lagi dengan pakaian seperti itu!"

Gus Aaraf pergi keluar kamar setelah mengatakan hal demikian. Meninggalkan aku sendirian dengan tatapan jijik di matanya.

Pria itu kembali menorehkan lukanya dan pergi begitu saja seolah tidak terjadi apa-apa. Dia meninggalkanku seakan aku tidak ada harganya.

'Ini sakit sekali, Umik ...,' batinku meratap membayangkan wajah Umikku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Bashirotul Insiyah
seperti menjiplak novel suhita... awas plagiat bisa di pidanakan.
goodnovel comment avatar
Indah Syi
sabaaaaaaar pasti malu bercamur sakit banget ya kek dilepar dr bulan ke bumi
goodnovel comment avatar
Els Arrow
makasih sudah berkenan membaca kak... sehat selalu..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Merebut Hati Suamiku   SEASON 2 || Ending

    Semua orang mengucap syukur dokter menyatakan kondisi Shaynala sudah baik-baik saja, meskipun wanita itu tetap harus rawat inap sampai kondisinya benar-benar stabil.Arsen terus menggenggam tangan sang istri, bibirnya terus meminta maaf atas kesalahannya yang telah membuat Shaynala seperti ini."Tidak apa-apa, Mas. Saat itu aku juga sedang kalut, jadi tidak berpikir dulu kalau mau bertindak," ujar Shaynala dengan suara lirih."Aku akan menebus semua kesalahanku, Dek. Dengan apapun caranya, aku akan membuatmu bahagia."Shaynala mengangguk, entah sudah yang ke berapa kalinya Arsen mengatakan hal seperti itu.Ia melihat penyesalan besar di mata suaminya, bahkan kedua mata elang itu masih memerah karena terlalu banyak menangis."Sekarang kamu harus fokus untuk kesembuhanmu, Dek. Nanti kita akan memulainya dari awal, aku berjanji akan selalu jujur dan terbuka dan berusaha hal seperti ini tidak akan terulang lagi," jelas Arsen yang membuat Shaynala langsung mengangguk."Mama sudah dibunuh D

  • Merebut Hati Suamiku   BAB 199

    Tujuh hari berlalu dan Aaraf baru kembali ke rumah sakit untuk melihat putrinya. Selama tujuh hari sebelumnya, ia menyiapkan acara doa untuk kematian Kaindra. Namun, setiap hari pria paruh baya itu tetap berinteraksi melalui video call agar tahu kondisi putrinya.Namun, baru saja menginjakkan kakinya di depan ruang rawat Shaynala, Aaraf dikejutkan dengan tangis semua orang yang ada di sana."Ada apa ini?" Aaraf langsung memeluk tubuh Kayshilla. "Ada apa, Kay? Kenapa semuanya menangisi?""Dokter tadi mengatakan tubuh Shaynala menunjukkan reaksi yang menolak jantung barunya, Bi. Shaynala kejang-kejang, Ummi takut melihatnya. Ummi takut ..," jelas Kayshilla yang sontak membuat Aaraf melongo."Bukankah kata dokter, sejak kemarin aman?" tanya Aaraf dengan suara lirih."Iya. Tapi pagi tadi saat Ummi mau menyeka tubuhnya, Shaynala kejang-kejang." Kayshilla menangis tertuju pilu di dalam pelukan Aaraf, hal itu tak ayal juga membuat Aaraf turut menitikkan air mata.Sementara Arsen terus berdir

  • Merebut Hati Suamiku   SEASON 2 || Mendapatkan Donor Jantung

    Kondisi Kaindra semakin memburuk, bahkan pria itu sempat kejang-kejang. Kayshilla baru saja tiba bersama keluarga Danang, wanita paruh baya itu sampai pingsan beberapa kali memikirkan kondisi Shyanala dan Kaindra."Ndra, kamu dengar Abi?" bisik Aaraf, saat ini ia berada di dalam ruangan Kaindra karena dokter menyuruhnya masuk beberapa saat lalu.Kaindra terus memanggil-manggil Abinya, matanya terbelalak ke atas dengan napas yang seperti orang tengah mengorok."Laa ilaha illallah," bisik Aaraf tepat di telinga Kaindra.Pria itu mengikuti dengan napas tersengal, bibirnya bergerak hebat dengan keringat basah yang mulai membasahi pelipis.Aaraf menggenggam punggung tangan Kaindra, sebelah tangannya lagi mengelus lembut kening yang terasa panas. Sambil bibirnya terus membisikkan kalimat tauhid."Syahadat, Ndra. Di dalam hati tidak apa-apa," bisik Aaraf yang langsung diangguki oleh Kaindra.Kaindra tampak mengambil napas dalam, terdengar serak dan seperti sangat kesakitan.Aaraf menguatkan

  • Merebut Hati Suamiku   SEASON 2 || Wasiat Terakhir Kaindra

    Aaraf tidak kuasa menahan beban tubuhnya saat mendengar penjelasan panjang tentang kejadian yang menimpa putrinya tadi, kedua matanya semakin deras mengalirkan cairan bening, dengan seluruh hatinya yang hancur berkeping-keping.Bibirnya terus memanggil-manggil nama Shaynala, membuat siapapun tidak tega melihatnya."Kenapa putriku harus mengalami seperti ini?" gumam Aaraf. "Dia tidak salah apa-apa, dia tidak tahu apa-apa. Tapi malah menjadi korban."Arsen menundukkan tubuh yang masih bersimpuh di bawah Aaraf, ia seperti tidak punya keberanian untuk mengangkat kepala.Hanya kata maaf yang keluar dari bibirnya, meskipun tidak mendapat sahutan dari Aaraf."Shaynala ..," bisik Aaraf.Pria paruh baya itu memejamkan kedua kelopak mata, detik berikutnya ia membuka lagi mata yang terpejam dan menatap ke arah Arsen."Bangunlah, Nak. Ini bukan salahmu, Abi paham kamu dijebak," ucap Aaraf sambil membantu menantunya untuk berdiri.Arsen semakin tergugu saat Aaraf dengan enteng merangkul tubuhnya, p

  • Merebut Hati Suamiku   BAB 196

    PLAKK!Wajah Arsen terhantam ke samping saat Rafael menamparnya dengan kencang, tanpa rasa iba Rafael mengangkat kasar dagu putranya dan kembali melayangkan bogeman mentah hingga membuat darah segar mengucur deras dari hidung."Papa kecewa sama kamu!" desis Rafael.Beberapa saat lalu Rafael memang mencari Arsen karena Adele yang mengatakan bahwa Kayshilla mencari putrinya. Kata Kayshilla, Shyanala pergi tidak lama setelah Arsen meninggalkan rumah dan sampai malam belum ada kabar.Tanpa pikir panjang Rafael langsung melacak keberadaan Arsen dan menyusul ke rumah yang digunakan sebagai tempat pertemuan Arsen dengan Kinara. Beruntung Rafael masih sempat bertemu Diego di gang masuk rumah itu, sehingga pria paruh baya itu langsung menyetop mobil Diego dan menginterogasinya."Apa yang akan kamu jelaskan pada mertuamu sekarang, hah?! Bagaimana bisa kamu tidak sadar kalau istrimu sedang mengikuti? Sekarang... papa tidak bisa lagi melindungi kamu, Sen," ucap Rafael.Arsen tidak menyahut, waja

  • Merebut Hati Suamiku   SEASON 2 || Tertembak

    Hujan turun tanpa diduga, Shaynala tetap nekat menerobos hujan tanpa peduli bajunya basah."Dek!" Arsen tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang, membuatnya sontak berteriak."Aaargh ... lepaskan aku, Mas! Jangan sentuh!" Shaynala berusaha melepaskan tubuhnya, tetapi pelukan Arsen sangat erat.Wanita itu meneteskan air mata, bersatu dengan lebatnya air hujan yang rasa dinginnya semakin menusuk kulit. Udara malam menjadi saksi betapa panasnya hati pasangan tersebut, kedua insan itu sama-sama terluka dengan keadaan yang terus memicu masalah."Lepaskan aku, Mas, lepaskan aku ...," bisik Shaynala di sela-sela isak tangisnya. "Aku nggak bisa seperti ini terus, aku terluka saat tahu kamu akan punya anak dari perempuan lain. Mamamu juga meminta kita bercerai, Mas."Arsen tersentak dan tanpa sadar pelukannya sedikit melonggar, membuat Shaynala dengan mudah melepaskan diri.Shaynala berjalan cepat, tanpa peduli tanah basah yang mengotori sepatunya."Aku mencintaimu, Dek! Aku tidak akan mencerai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status