Share

22 B

"Aku ambilkan minum dulu ya, Ma," ujar Santi.

"Kamu duduk saja. Kamu juga kan tamu sekarang. Mama aja yang ambil," titah besanku. Bu Lilis bergegas ke dapur dan membawakan gelas juga ceret.

"Ma! Kok cuma air putih? Dingin pula. Ibu suka mual kalau minum air dingin," celetuk Santi. Besanku mendelik.

"Gak apa-apa, San," timpalku. Aku segan merepotkan empunya rumah. Sedangkan memanaskan sendiri air ke dapur besanku, aku juga merasa sungkan.

"Apa yang ada saja, San. Tuh mertuamu saja tidak protes. Jadi orang tua itu tidak boleh manja. Kalau kalian mau datang, kenapa gak bawa makanan, gula atau sirup untuk disajikan?" bisik besanku. Entah sudah pelit sejak dulu atau karena efek jualan jadi perhitungan.

"Makanan ada sih, Ma. Itu semua yang di atas meja. Tapi masa gula pun harus kami bawa dari rumah. Mama kan jualan," balas menantuku. Karena posisi kami yang berdekatan, suara mereka masih bisa kudengar samar.

"Ih, nanti kalau mama tak punya uang, kamu malu. Datang-datang masih aja nyusahin.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status