Share

Sumber Masalah Sebenarnya

Mertua Jahat Tak Tahu Aku Kaya (2)

Usai memarkir motor di halaman rumah, aku turun sembari menenteng dua bungkus nasi rames harga sepuluh ribu rupiah yang kubeli di warung Ampera seberang jalan. Daripada capek harus belanja lagi dan mengolahnya kembali jadi masakan, lebih baik aku keluar sebentar membeli nasi bungkus murah meriah ini sesuai kebutuhan.

Ketimbang masak capek-capek, tahu-tahu habis diembat Mbak Yuni yang maunya enak sendiri, lebih baik beli seperlunya saja. Mungkin begini lebih baik daripada masak banyak tapi malah nggak kebagian.

Begitu masuk, langsung kuberikan satu bungkus pada ibu mertua yang sedang duduk di meja makan. Sementara satu lagi kusisihkan karena hendak kumakan sendiri.

"Ini, Bu, nasi rames. Makan, Bu. Katanya sudah lapar," ujarku pada beliau yang duduk sembari menekuk wajah. Sementara sosok kakak iparku yang julid sudah tak kelihatan batang hidungnya. Mungkin kapok setelah kuskak-mat ucapannya.

"Nasi rames? Beli di mana?" Ibu menatapku dengan mata melebar.

Jangan bilang ibu tidak doyan makan nasi rames, ya, Bu. ini juga terpaksa ngambil jatah belanja besok pagi untuk membelinya, batinku.

"Beli di warung ampera seberang jalan, Bu. Capek mau masak lagi, sudah siang soalnya. Lagipula nanti habis lagi kayak tadi. Kayaknya sih lebih enak kita beli nasi rames aja, Bu.  Lebih hemat timbang masak sendiri, soalnya kalau masak, banyak orang lain yang makan ketimbang kita sendiri," sahutku sengaja menyindir keberadaan Mbak Yuni dan anak-anaknya yang memang setiap hari numpang makan di rumah ini dan menghabiskan semuanya tanpa malu-malu.

"Tega kamu ya beliin ibu nasi murah begitu? Emang menantu nggak ada akhlak kamu. Ibu udah tua, harus jaga kesehatan. Masa kamu belikan nasi pinggir jalan? Dasar mantu pelit! Mau kamu apakan sih duit Alvin kamu simpen-simpen? Buat ngirim orang tua kamu yang miskin itu? Mau buat senang-senang sendiri? Nyesel ibu dulu ngrestuin Alvin nikahin kamu. Kalau tahu  begini, lebih baik ibu nikahkan paksa Alvin dengan Ayu!" hardik ibu dengan wajah memerah karena marah.

Mendengar ucapan ibu mertua, aku tersentak kaget.

"Ayu? Ayu siapa, Bu?" meski emosi karena ibu tak menghargai jerih payahku yang sudah capek-capek membelikan nasi ampera, tetapi mendengar nama seorang perempuan disebut-sebut, jiwa kepo bercampur cemburuku langsung bangkit tanpa diminta. Siapa Ayu? Ada hubungan apa dengan Mas Alvin, suamiku?

"Ayu, anaknya pengusaha karet yang tergila-gila sama Mas Alvin. Kalau saja dia yang jadi kakak iparku, pasti hidupku dan ibu bakalan enak. Punya kakak ipar kaya dan nggak perhitungan kek kamu. Belum nikah aja, suka belikan aku dan ibu barang-barang mahal, apalagi sudah jadi adik ipar, pasti apa yang kuminta dibelikan. Ini baru juga makanan, udah ribut. Dasar ipar sialan, sudah miskin, mau ngatur-ngatur kakakku seenaknya lagi!"

Sebuah suara kembali menyambar. Mbak Yuni muncul dari arah belakang dengan wajah menunjukkan perlawanan. Mungkin belum puas dengan keributan barusan.

"Oh ya? Ngatur gimana maksudnya?"

"Ngatur uang gaji Alvin! Harusnya kamu itu sadar, anak laki-laki itu harus berbakti pada ibunya. Jangan dihalangin dong, kalau Alvin mau ngasih uang gajinya ke ibu. Ngapain kamu pake bikin perjanjian segala kalau gaji Alvin harus disetor ke kamu? Mau bikin Alvin jadi anak durhaka?" tukas Mbak Yuni dengan ketus.

Oh, jadi itu masalahnya? Belum kelar juga pembahasan soal gaji Mas Alvin yang dari awal menikah memang kuminta agar diserahkan padaku sebagai istri sepenuhnya?

Aku bahkan meminta Mas Alvin menandatangani perjanjian pra nikah soal keuangan keluarga. Apa yang menjadi kewajibannya sebagai suami menurut syariat dan apa yang menjadi hak-ku secara syariat kutulis dalam sebuah perjanjian yang apabila dilanggar maka aku berhak meminta khulu'  (talak).

Aku memang sengaja meminta hal itu pada Mas Alvin karena sebagai istri aku merasa punya hak atas penghasilan suami. Aku tak mau seperti kebanyakan perempuan lain yang harus hidup menderita dan makan hati karena mertua selalu ikut campur soal penghasilan anak laki-lakinya.

Bukan sedikit contoh kutemui, istri yang tidak berdaya karena suaminya lebih mendahulukan kepentingan keluarganya ketimbang dirinya hingga nyaris tak punya apa-apa. 

Tentu saja aku tak mau hal itu juga terjadi dalam hidupku. Menikah itu untuk bahagia, bukan untuk sengsara dan makan hati. Masa sebelum menikah saja hidupku bahagia dan terjamin walaupun bukan orang kaya, setelah menikah malah hidup menderita dan pas-pasan karena mertua selalu ingin ikut campur rumah tangga anaknya. Tidak, aku tak mau hidup ditindas atas nama apapun.

Itu sebabnya aku memutuskan membuat perjanjian itu. Toh, hasilnya juga untuk kebahagiaan kami sendiri. Buktinya karena Mas Alvin komitmen dengan janjinya alhamdulillah di tahun kedua pernikahan kami, kami sudah bisa membangun rumah ini dari hasil menabung gaji Mas Alvin yang diserahkan utuh padaku.

Namun, sejak ibu meminta tinggal bersama kami dua bulan lalu, semua kehangatan yang selama ini selalu tercipta di rumah ini lambat laun mulai berubah.

Lebih-lebih sejak Mbak Yuni juga pindah dari rumah lamanya dan mengontrak tak jauh dari rumah ini, pertengkaran dan keributan pun semakin sering terjadi.

Tapi, bukan aku namanya jika harus kalah dengan mudah. Aku bukannya tidak tahu maksud ibu dan Mbak Yuni masuk dalam kehidupan kami yang relatif adem ayem selama ini, apalagi jika bukan karena iri aku sudah bisa membangun rumah sementara ia hidup pas-pasan karena dengar-dengar Mas Bowo pelit dalam memberinya uang belanja dan lebih royal pada keluarganya sendiri. Itu sebabnya ibu dan Mbak Yuni lalu berencana ingin menguasai gaji Mas Alvin.

Namun, apapun alasannya, tentu hal itu tidak bisa dibenarkan. 

Toh, sebagai menantu dan adik ipar, aku merasa sudah berbuat bakti pada mertua dan kakak ipar. Tiap bulan jatah untuk uang pegangan ibu tak pernah lupa kuberikan, begitu juga kebutuhan sehari-harinya selalu kupenuhi. Mbak Yuni juga sering kukasih uang lewat anak-anaknya. Minimal bisa digunakan untuk jajan mereka. Lantas mau apa lagi? Apa mau menguasai semua gaji Mas Alvin dan aku yang hidup pas-pasan dan susah makan? Kalau mau menguasai semua penghasilan Mas Alvin, eits... tunggu dulu!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status