Home / Rumah Tangga / Mertuaku Adalah Maut / Bab 18 - Pergi Dari Rumah

Share

Bab 18 - Pergi Dari Rumah

Author: Siez
last update Last Updated: 2025-01-29 09:00:13

Nani yang mendengar keributan antara Dimas dan Hesti segera keluar dari kamar.

"Ada apa ini?" tanya Nani saat bertemu Hesti yang membawa sebuah koper besar dan keluar dari kamar.

Hesti menarik nafas dalam-dalam dan menatap lekat ke arah Nani.

"Bu ... terima kasih selama ini sudah menjadi mertua aku. Terima kasih sudah telah memasukkan pelakor yang bernama Laila ini ke dalam rumah tangga aku. Semoga ibu bahagia karena mulai hari ini, aku sudah bukan istri dari Dimas!" tegas Hesti memberikan ucapan sarkas kepada Nani.

"A-apa maksudnya, Hes?" 

"Ibu tak perlu pura-pura. Aku tahu segalanya. Laila bukan sepupu dari Dimas." Hesti mencoba mengatur emosinya agar tidak berteriak kepada Nani yang menurutnya sudah keterlaluan. "Jadi, tak perlu seolah-olah kaget. Ini juga kan yang kalian mau? Aku keluar dari rumah ini. Jadi ... cita-cita kalian sudah tercapai. Silahkan menikmati rumah ini walaupun hanya sementara." 

"Sementara?"

"Ya ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 19 - Ternyata Arga

    "Gak usah curiga. Biasa saja. Anggap saja ini balasan untuk Dimas dan si sepupu atas apa yang mereka lakukan kepada kamu." tukas Arga dengan santainya."Terserahlah. Aku gak peduli juga.""Oh ya, sampai kapan kamu mau tinggal di hotel?""Uhm ... nanti aku mau cari kost.""Bagaimana kalau di apartemen aku saja.""Apartemen yang mana nih?""Itu yang di Gatot Subroto. Kan kosong tuh.""Buset ... IPL nya aja udah mahal banget, Ar. Males.""Haha ... udah tenang aja. IPL aku yang tanggung. Kamu tinggal bayar lisrik sama air.""Uang sewanya berapa?""Gratis lah.""Koq bisa gratis? Kamu gak niat macam-macam kan?""Woi ... jangan pikiran negatif sama aku. Aku ini bestie kamu sekalian bos kamu. Kita ini udah berteman selama sepuluh tahun loh. Anggap saja fasilitas kantor.""Haha ... kalau fasilitas kantor, kenapa gak dikasih dari dulu aja? Jadinya aku gak usah kontrak rumah atau beli rumah." kekeh Hesti

    Last Updated : 2025-01-29
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 20 - Semua Karena Ibu

    "Kamu aneh-aneh saja." kekeh Hesti sambil memukul pelan bahu Arga."Dih ... siapa yang tahu lagi." Arga mencoba berkelit."Gak lah. Aku butuh menenangkan diri. Menyelesaikan perceraian aku dan ... having fun a little bit." jawab Hesti tanpa ragu. Hatinya masih sakit. Baginya, mencari pria baru bukanlah menyelesaikan masalah. Tapi malah menambah masalahnya saat ini.Wanita itu butuh menyelesaikan masalah dengan dirinya sendiri."Hmm ... terus kalau misalkan nih ... Dimas mau kembali lagi sama kamu, apakah kamu mau kembali sama dia?""Tentu saja tidak, Ferguso! Sudah sangat cukup untuk Dimas dan keluarganya. Ternyata yah ... selama ini mereka begitu tidak tahu terima kasih kepadaku. Padahal aku sudah sangat berusaha membuat mereka semua bahagia.""Dan ... kamu mengorbankan kebahagiaan kamu sendiri." tambah Arga."Dulu sih gak merasa begitu ya. Tapi sekarang, ya aku merasa begitu. Aku menyesal karena terlalu cinta sama Dimas. Bahkan memberikan segalanya untuk Dimas dan keluarganya sampai

    Last Updated : 2025-01-30
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 21- Fitnah Mertua

    "Kamu ini bicara apa sih? Kenapa ibu datang terus kamu main tuduh saja?" Nani sewot terhadap bentakan dari Dimas.Dimas yang kesal pun segera keluar dari rumah. Ia bingung sekarang harus berbuat apa. Tak ada uang, harus menunggu awal bulan.Nani yang masih bingung dengan ocehan dari Dimas pun segera menaruh barang belanjaannya di dapur. Lalu ia berjalan kearah kamar Laila yang terlihat tertutup."La!" panggil Nani ke pintu kamar dari Laila.Tak ada jawaban."Buka, La."Kemudian, pintu kamar pun terbuka. Terlihat wajah Laila yang sendu dan penuh tangisan."Kenapa kamu, La?""Mas Dimas jahat bu ....""Kenapa? Kenapa pas ibu datang, Dimas terlihat sangat emosi?""Aku memintanya untuk mencari pekerjaan tambahan. Kami kekurangan uang dan tentu saja harus ada uang tambahan, Bu.""Lantas?""Mas Dimas malah membandingkan aku dengan Mbak Hesti. Aku tak terima. Aku tak suka dibandingkan begitu dengan Mbak Hesti, Bu!" adu Laila penuh emosi.Nani mengangguk-angguk pelan."Aku bosan terus dibandin

    Last Updated : 2025-02-01
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 22 - Dimas Tak Tahu Malu

    Hesti langsung berdiri dan menatap ke arah Dimas."Apa sih yang kamu bicarakan? Gak ngaca?" balas Hesti menghina Dimas. "Apa kamu sedang hilang ingatan, HAH!""Dia ..." tunjuk Dimas ke arah Arga."Dia ARGA! Bos aku! Bukankah kamu sudah tahu?""Bos kamu ... selama ini jadinya kamu itu sering keluar kota sama bos kamu karena kamu selingkuh sama dia kan? Kamu tidur sama dia kan? Makanya kamu dengan mudah untuk cerai sama aku," tuduh Dimas yang sudah seperti kehilangan akal saja.PLAK!Hesti langsung menampar keras pipi dari Dimas."Jaga bicaramu! Hubungan aku dengan ARGA bukan seperti hubungan perselingkuhan kamu dengan Laila! Mengaku sebagai sepupu, dibawa ke rumah dan ternyata istri kedua kamu. Aku bukan tukang main belakang seperti kamu!" balas Hesti menyerang Dimas."Pria itu wajar untuk poligami!" Dimas membela diri. "Sudah ... jangan bertengkar di sini! Ini tempat umum. Jangan membuka aib di sini! Malu ... banyak orang yang melihat kita," tukas Arga yang mencoba melerai pertengkar

    Last Updated : 2025-02-04
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 23 - Dipecat

    "Apa salah saya, Pak? Kenapa saya dipecat begitu? Sa-saya sudah bekerja lama loh, Pak di perusahaan ini." Dimas benar-benar tak mengerti. Semua yang didengar hanya seperti mimpi buruk untuk Dimas saja."Maaf, Pak Dimas. Mungkin anda sudah mendengar adanya pengurangan karyawan yang kurang performance untuk perusahaan ... jadi dengan berat hati, salah satu yang dirumahkan adalah anda.""Pak Beno, tolong saya. Saya masih harus membayar cicilan rumah dan yang lain-lainnya. Kalau saya tidak bekerja di sini. Lalu saya harus bayar dengan apa semua itu?" "Maaf, Pak Dimas. Saya juga tak bisa berbuat banyak untuk membantu anda."Kepala Dimas sungguh sakit saat ini. Kenapa setelah memberikan talak kepada Hesti, kesialannya terus bertambah?"Pak, bisa tolong minta ke atasan untuk mempertimbangkan saya sekali lagi? Atau .. mungkin bisa melihat performa saya di bulan ini. Saya mohon, Pak. Perusahaan ini adalah satu-satunya tempat saya untuk mencari nafkah." pinta Dimas sampai menangis tersedu-sed

    Last Updated : 2025-02-05
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 24 - Niat Jual Rumah

    "Entah ... ayo kita jalan saja ke rumah." Dimas mengedikkan bahunya.Laila pun segera membantu Dimas dengan segala barang belanjaannya."Ngapain kamu di sini, Hes? Terus bawa pria yang berumur lagi." ejek Dimas.Hesti mengerenyitkan dahinya saat mendengar suara dari Dimas."Ini Pak Andre. Dia calon pembeli rumah ini." tukas Hesti dengan santainya.Pak Andre pun menganggukkan kepalanya."Bagaimana Pak Andre?" tanya Hesti."Dari depan sih lumayan suka. Belum cek dari dalam.""Ah ya, baik ... ayo masuk dulu untuk melihat." ajak Hesti tanpa peduli terhadap Dimas dan Laila."Hei ... jangan sembarangan kamu ya! Aku yang membeli rumah ini. Kamu gak berhak menjualnya."Dimas menaruh semua barangnya di balkon rumahnya dan terdengar menantang Hesti. Ia menghalangi jalannya Hesti dan Pak Andre untuk masuk ke dalam rumahnya."Haha ... sembarangan gimana sih? Jelas-jelas DP rumah ini ada andil aku juga. Bahk

    Last Updated : 2025-02-06
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 25 - Jual Aset

    Kring! Telepon berbunyi dengan sangat kencang. Hesti menatap malas ke arah ponselnya. Arga yang mendengar suara bunyi pun Hesti pun mengerenyitkan dahinya. "Kenapa tidak diangkat?""Yang menghubungi aku itu adalah orang yang menyebalkan. Malas untuk bicara dengannya. Lebih baik kerja sama. Menjawab teleponnya itu sama saja menghabiskan tenaga aku.""Apa yang menelepon itu adalah mantan suamimu?" tebak Arga. Hesti menganggukkan kepalanya. "Memangnya ada apa? Jangan-jangan dia ingin membicarakan tentang perceraian kalian?""Tadi pagi aku pergi ke rumah." jelas Hesti dengan santai seperti tak ada masalah apapun. "Untuk apa?""Aku ke sana untuk menawarkan rumah lama agar bisa over kredit. Jadi aku membawa Pak Andra untuk melihat rumahku itu.""Kenapa tiba-tiba kamu mau menjual rumah? Terus bagaimana tanggapan Pak Andra?" Arga penasaran. "Ya kalau tidak dijual dia terlalu enak dong untuk menempati rumah yang juga merupakan hasil jerih payah aku bersama dengan istri keduanya itu. Tid

    Last Updated : 2025-02-11
  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 26 - Pindah Apartemen

    "Nanti cari rumah kontrakan atau apartemen saja yang murah untuk sementara waktu."Laila tak berani bertanya lagi.Setelahnya, Dimas, Hesti dan Pak Andra pun pergi ke bank untuk menyelesaikan permohonan over kredit."Hes ... transfer uangnya kepadaku. Aku butuh sewa rumah.""Iya ..."Hesti mengeluarkan ponselnya dan dia mengirimkan uang sebanyak dua ratus juta untuk Dimas. "Sudah aku kirim."Dimas langsung mengecek di ponselnya dan tersenyum karena uang di tabungannya sudah bertambah begitu banyak. Ya walaupun pastinya masih ada kerugian karena uang cicilannya selama satu tahun malah jadi diskon untuk Pak Andra membeli rumahnya."Kapan mau jual mobil?""Lagi cari pembeli dengan harga tinggi.""Gak usah lama-lama. Rumah saja yang mahal sudah bisa kamu dapatkan pembeli. Masa mobil yang lebih murah gak dapat? Kebanyakan alasan.""Kamu cari saja yang mau beli mobil. Nanti beritahu kepada aku kalau ada yang

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 52 - Ajakan Rujuk Dimas

    "Maksudnya?""Seperti yang kamu dengar, Hes. Bisa gak kalau kita batal cerai?" pinta Dimas.Sontak membuat Hesti membulatkan kedua matanya. Begitu juga dengan Arga. Namun, pria itu masih menahan diri untuk tak berkata-kata kasar kepada Dimas."Kamu lagi sakit ya?" ejek Hesti."Gak. Aku gak sakit, Hes. Aku sangat serius. Aku menyesal sekali dengan apa yang sudah aku lakukan." ujar Dimas yang berusaha mengambil tangan Hesti, tapi Hesti langsung menarik tangannya hingga tak bisa digenggam oleh Dimas."Gak deh. Terima kasih atas tawaran kamu. Tekad aku udah bulat untuk menghentikan semua ini. Aku harap ... kamu gak perlu untuk membuat persidangan menjadi semakin lama. Lagipula, kamu sudah punya wanita lain. Bagaimana dengan Laila? Bukankah kamu sangat mencintainya?" ejek Hesti lagi."Tak bisakah kamu hidup berbarengan dengan Laila?""Haha .... dasar laki-laki egois. Kamu sudah sangat tahu kalau aku gak suka dimadu! Jadi, tak mungkin aku mau hidup berdampingan dengan pelakor itu. Apalagi d

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 51 - Dimas Yang Membingungkan

    "Uhm ... Gak dulu deh Tante. Kan masih banyak wanita lain yang pas banget untuk Arga." jawab Hesti yang menolak halus akan tawaran dari Marni."Tante rasa ya, Arga tuh suka banget loh sama kamu. Plis jangan tolak." tukas Marni dengan sungguh-sungguh.Hesti menggaruk tengguknya yang tak gatal itu."Gimana ya, Tante. Aku juga masih belum bisa berpikir untuk punya pria yang lain. Aku masih belum bisa menyingkirkan trauma sih." "Tante mengerti. Tapi, gak apa. Kalau Arga dan kamu berjodoh, pasti kalian bisa bersama.""Tante, aku boleh tanya sesuatu?""Apa tuh, Hes?""Kenapa tante tiba-tiba bicara begini sama aku ya?" Hesti sendiri penasaran. "Apa tante gak malu kalau aku misalkan jadian sama Arga?""Malu? Kenapa tante harus malu?" Marni heran."Ya ... satu, aku lebih jauh miskin daripada Arga. Kedua, aku tuh janda loh, Tan. Padahal masih banyak gadis di luar sana yang lebih baik dari aku loh." jelas Hesti."Kalau hati sudah bicara, gak akan ada pikiran untuk yang seperti kamu katakan, Hes

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 50 - Masalah Uang Jadi Ribut

    Kring!Ponsel Dimas tiba-tiba saja berbunyi. Pria itu menjawabnya."Kenapa Rat?" "Mas, ini kapan ibu mau dibawa ke Jakarta?""Rat, kayaknya ibu di kampung saja dulu.""Tapi, aku gak bisa loh, Mas. Aku kan harus sekolah.""Hmm ... mbak yang membantu kamu itu?""Dia minta gaji besar buat menjaga ibu, Mas.""Berapa?""Dua juta.""Hadeh, di kampung saja minta bayaran mahal sekali sih."Bahkan gaji Dimas saja sudah sama dengan mbak di kampung. Belum lagi dengan uang sekolah dan kebutuhan dari adiknya. Darimana Dimas bisa mendapatkan uang sebanyak itu?Tak mungkin juga ia harus menggerus tabungannya, sisa dari jual rumah."Begitulah, Mas.""Uhm ... memangnya kamu gak bisa cari yang lebih murah gitu?""Mas ... ini nungguin ibu dua puluh empat jam loh.""Rat, mas juga gajinya kecil sekarang. Belum closing juga untuk motor. Mas tuh uang nya sekarat sekarang. Tolong ngertiin dong.""Ya terus mas maunya gimana? Aku harus putus sekolah untuk menjaga ibu gitu?""Gak gitu juga, La. Bukan gitu maks

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 49 - Aku Benci Kamu! Aku Benci Ibumu!

    "La, Mas pergi ke kantor dulu ya." ujar Dimas yang segera mengambil tasnya."Iya, Mas. Hati-hati ya." balas Laila yang sibuk dengan bahan-bahan makanan yang akan ia bawa ke warung.Dimas mengangguk. Tanpa mencium kening seperti biasanya, pria itu langsung meninggalkan Laila. Bahkan Laila pun seperti orang yang tak peduli kalau Dimas mencium keningnya atau tidak. Hari ini, Dimas izin cuti kerja tanpa sepengetahuan Laila. Ia butuh tahu apa yang sebenarnya dikerjakan oleh Laila. Tapi, tentu saja ia harus pura-pura akan pergi ke kantor.Pria itu menunggu Laila untuk turun dari lift. Ia terus mengamati.Tak lama kemudian, Laila pun turun dengan membawa barang-barang jualan. Wanita itu hanya sendirian dan berjalan menuju ke mini market tempat ia seharusnya berjualan. "Kenapa Laila pakai bajunya terbuka begitu ya?" tanya Dimas yang agak risih saat melihat penampilan Laila.Ia terus memperhatikan dan tak ada yang aneh sama sekali. Laila hanya fokus berjualan saja."Apa aku memang curigaan s

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 48 - Kembalilah Arga!

    "Kamu kenapa sih? Koq tiba-tiba bicara begitu? Apa kamu lapar hingga hilang konsentrasi?" Arga terlihat aneh dengan sikap dari Erika.Erika pun segera duduk di samping Arga. Wanita itu ingin meyakinkan Arga agar menjadi miliknya kembali."Ar, aku tanya sama kamu. apakah kita bisa kembali seperti dulu? Jadi sepasang kekasih lagi? Bahagia bersama." Erika menatap nanar ke arah Arga."Gak. Sorry ya, Rika. Aku rasa kisah kamu dan aku sudah selesai dan gak bisa dimulai lagi." tolak Arga yang memang sudah tak ingin ada hubungan apapun dengan Erika. Ia muak dengan wanita seperti Erika."Ar ... apa karena kamu sekarang punya wanita lain?" Mata nanar Erika butuh jawaban dari Arga."Yaps. Kamu benar. Aku punya wanita yang aku cintai dan hargai sekarang." Arga mengangguk cepat dan wajahnya terlihat sangat yakin."Apa itu Hesti?""Wah ... kamu tambah pintar. Benar banget. Hesti! Aku akan segera menikah dengan Hesti." tegas Arga tanpa ragu.

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 47 - Intimidasi Erika

    "Duduk dulu, Hes." tukas Erika yang mempersilahkan Hesti duduk di hadapannya.Hesti mengangguk. Ia duduk di hadapan Erika.Tatapan Erika pun terasa sangat tak menyenangkan. Wanita itu memperhatikan penampilan Hesti dari ujung rambut sampai ujung kaki."Hmm ... bisakah dipercepat? Aku masih ada meeting." tukas Hesti yang mulai risih dengan tatapan Erika."Aku sudah kembali." ujar Erika penuh rasa kesombongan kepada Hesti.Hesti mengangguk saja."Aku minta kamu menjauh dari Arga." tukas Erika dengan penuh intimidasi kepada Hesti.Hesti ingin tertawa terbahak-bahak. Ternyata prediksi dari dirinya maupun Arga adalah benar. Erika akan meminta dirinya untuk menjauh dari Arga."Wah ... susah sih ini." jawab Hesti dengan tidak serius."Kenapa? Kamu mau uang berapa banyak supaya menjauh dari Arga? Aku bisa memberikan kamu uang berapapun yang kamu minta." tukas Erika yang menjatuhkan harga diri dari Hesti.

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 46 - Telepon dari Erika

    Kring!Ponsel Hesti berbunyi ketika ia sedang sibuk membereskan dokumen bersama dengan Arga."Ada yang telepon, Hes." Arga mengingatkan."Sebentar. Aku jawab dulu." Wanita itu segera melihat siapa yang sedang memanggilnya."Hmm ... siapa ya?""Bukan nomor yang kamu kenal kah?" tanya Arga penasaran.Hesti menggelengkan kepalanya."Pinjol kali." ejek Arga."Enak saja! Aku tak pernah melakukan pinjol. Apa mungkin klien baru?""Bisa saja. Jawab dulu saja panggilannya."Hesti menganggukkan kepalanya. Wanita itu segera menjawab panggilan telepon dari nomor yang tak dikenalnya."Halo." sapa Hesti dengan ramah."Apa ini nomor telepon Hesti?" tanya wanita yang ada di seberang telepon sana."Ya. Ini siapa ya?""Aku ... Erika.""Hmm ... ada apa, Erika?" tanya Hesti dengan mengerenyitkan dahinya. Ia sendiri bingung kenapa Erika menghubunginya. 'Apa Erika mau bertanya tentang Arga?

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 45 - Dimas Cemburu

    Dimas sangat tak tenang sekarang. Ia menunggu Laila sampai pulang dan bahkan sampai jam sebelas malam pun, wanita itu belum pulang juga.Pusingnya Dimas saat ini. Sudah ada menunggu masalah dengan ibunya, sekarang malah ditambah dengan Laila yang menurutnya sedang berselingkuh dengan orang yang tak ia kenal.Sudah hampir seratus panggilan yang Dimas lakukan ke ponsel Laila, tapi wanita itu sama sekali tak menjawabnya."ARGH! Kamu tuh kemana sih, La?" teriak Dimas sangat kesal. "Apakah kamu selingkuh dengan pria itu? Apa kurangnya aku sih sampai kamu berani selingkuh, La?" umpat Dimas.Setelah jam dua belas malam, akhirnya Laila pulang juga ke unit apartemen. Dimas? Tentu saja pria itu masih terjaga. Ia tak akan bisa tidur tanpa kehadiran Laila dan kejelasan tentang siapa pria yang tadi dipeluk oleh Laila."Dari mana saja kamu? Kenapa baru pulang sekarang?" tanya Dimas dengan suara kencangnya dan membuat kaget Laila yang masuk ke dalam unit apartemen dengan perlahan-lahan."Astaga, Ma

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 44 - Dimas curiga

    Kring!Ponsel Dimas sudah berbunyi dan panggilan itu berasal dari Ratna."Kenapa, Rat?""Mas, kapan datang ke sini?""Duh ... mas susah nih. Mas baru keterima kerja. Susah juga kalau mas harus pulang kampung. Bisa-bisa mas dipecat, Rat.""Terus ... gimana dengan Mbak Laila?" suara Ratna mulai meninggi."Hmm ... Laila juga baru mulai usaha warung nasi uduknya. Mana bisa ditinggal. Kami kan sewa tempat. Rugi dong, Rat kalau mesti tutup." Dimas memberikan alasan.Ratna pun mulai jengkel dengan kakaknya."Mas ... yang benar saja. Masa aku sendirian untuk merawat ibu? Aku gak bisa, Mas. Sekolah aku gimana?""Mas juga gak bisa bantu banyak, dek."Terdengar Ratna menarik nafas dalam-dalam."Sudah tiga hari aku gak sekolah, Mas. Bisa-bisa aku dikeluarkan dari sekolah." balas Ratna. "Duh ... gimana ya, Rat? Mas juga bingung.""Andaikan mas masih sama Mbak Hesti. Pasti gak akan begini jadinya. Mbak Hesti lebih baik. Kalian sangat egois dan tak sayang kepada ibu.""Dek ... mas sudah dalam prose

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status