Beranda / Rumah Tangga / Mertuaku Racun Rumah Tanggaku / 6. Aku Tidak Selingkuh, Mas!

Share

6. Aku Tidak Selingkuh, Mas!

Penulis: Pena Arsy
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-17 08:23:20

"Ternyata seperti ini kelakuanmu, jika suamimu tidak ada di rumah!" geram Ardi. Ia mengepalkan tangannya menahan amarah. Sorot matanya tajam, seperti sebuah kilatan pedang yang siap mencabik - cabik Arumi dan dokter Andrean.

Ternyata apa yang dikatakan ibunya selama ini bukan hanya omong kosong. Hanya saja ia terlalu naif untuk mempercayainya. Cintanya pada Arumi membuatnya selalu menutup mata. Tapi hari ini ia melihat semuanya dengan mata kepalanya sendiri. Ia semakin yakin jika Dinda memang benar- benar bukan darah dagingnya. Seketika kebenciannya pada anak itu kembali menguasai hatinya.

"Mas, kamu salah sangka!" Arumi menarik tangannya dari genggaman tangan dokter Andrean. Lalu ia berdiri menghampiri suaminya.

"Aku tidak buta, Arumi!" ucapnya dingin.

"Dokter Andrean hanya …." Arumi ingin menjelaskan semuanya. Namun belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya, Ardi sudah memotongnya.

"Ternyata benar yang dikatakan Ibu. Kamu hanyalah wanita murahan, yang merelakan tubuhmu disentuh oleh sembarang lelaki!" Ardi menatap istrinya dengan jijik.

Kata-kata Ardi bagaikan anak panah yang melesat tepat mengenai ulu hatinya. Ini terlalu menyakitkan. Matanya mulai perih, dan berkaca- kaca. Perlahan sudut matanya penuh dengan air mata yang sebentar lagi hendak jatuh. Tega sekali Ardi menuduhnya seperti itu.

Dokter Andrean yang masih duduk di sofa, tidak bisa tinggal diam, menyaksikan pertengkaran mereka. Ia segera bangkit menghampiri Arya. Ia ingin membantu Arumi menjelaskan semuanya kepada suaminya. Namun, belum sempat dokter Andrean membuka mulutnya. Sebuah bogem mentah mendarat di wajahnya.

"Bugh!" Pukulan Ardi tepat mengenai dagunya, membuatnya terhuyung ke belakang. Arumi yang melihat hal itu menjerit. Sementara Ardi terlihat masih memburu dokter Andrean.

"Lelaki kurang ajar! Perusak rumah tangga orang!" Ardi kembali mengayunkan tangannya ke arah dokter Andrean. Namun seketika Arumi berlari, memasang badan untuk dokter Andrean. Ia tidak mau dokter yang dengan tulus ingin membantunya itu, justru babak belur karena ulah suaminya.

"Cukup, Mas!" teriaknya. Tangan Ardi seketika berhenti di udara.

"Jadi kau mau membela selingkuhanmu ini, ha?" Ardi menatap tajam mata istrinya. Tangannya masih mengepal erat bersamaan dengan amarahnya yang semakin memuncak.

"Dia bukan selingkuhanku! Sampai kapan kau terus menuduhku berselingkuh?" Arumi meninggikan suaranya. Ia benar- benar sudah tidak tahan dengan sikap Ardi yang arogan.

"Semua buktinya sudah jelas, kau masih mau berkilah!" Wajah Ardi semakin memerah, dan tulang rahangnya semakin mengeras. Arumi bisa melihat berapa marahnya Ardi padanya.

Bibir Arumi terkunci. Rasanya percuma ia membela diri, selama Ardi masih dikuasai amarah.

Melihat istrinya terdiam, Ardi semakin marah. Ia merasa jika istrinya telah mengakui perselingkuhannya. Ia mengayunkan tinjunya ke arah cermin yang tergantung di tembok sampingnya.

"Prang!" cermin itu hancur berantakan, bersamaan dengan darah yang mengalir dari telapak tangan Ardi. Seolah tak merasakan rasa sakit di tangannya, Ardi masih tetap berdiri kokoh. Ia menatap tajam Arumi yang masih berdiri di depannya.

"Baiklah. Aku akan segera menceraikanmu!" ucap Ardi mantap. Sebelum berbalik badan dan kembali meninggalkan Arumi yang masih berdiri mematung.

"Deg." Dunia Arumi terasa berhenti berputar saat itu. Tubuhnya lemas mendengar ucapan Ardi barusan. Tanpa mau mendengar penjelasan apapun darinya, Ardi menjatuhkan talak padanya.

Dinda yang menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya terlihat sangat shock. Gadis kecil itu termangu menatap punggung ayahnya yang berjalan semakin jauh.

===

"Eh, Ibu denger suamimu sudah tidak pulang ke rumah ya?" Bu Minah mencolek lengan Arumi, yang tengah sibuk memilih sayuran di lapak Kang Udin. Arumi tersenyum kecil menanggapi ucapan Bu Minah. Memang dua hari setelah pertengkaran itu, Ardi tidak lagi pulang ke rumahnya. Sepertinya ia benar- benar marah.

Kalau biasanya Arumi akan mengalah dan buru- buru meminta maaf, kali ini rasanya ia sudah lelah. Ia merasa sudah terbiasa dengan sikap Ardi yang meninggalkan dia seenaknya sendiri. Hidup berdua dengan Dinda, rasanya lebih nyaman daripada harus mendengar pertengkaran setiap harinya. Walaupun kadang Arumi selalu bingung menjawab pertanyaan Dinda, kenapa ayahnya tak kunjung pulang ke rumah.

"Mas Ardi nginep di rumah Ibu, kebetulan Ibu sedang tidak enak badan dan butuh dijagain," sahut Arumi. Ia tidak suka mengumbar masalah pribadinya pada orang lain. Apalagi pada tetangga yang bermulut lemes seperti Bu Minah.

"Ah, yang bener?" Bu Sri yang sedang memilih sayuran menghentikan aktivitasnya dan ikut nimbrung dengan obrolan mereka.

"Ya memang kenyataannya seperti itu," sahut Arumi tanpa melihat ke arah mereka.

"Tapi, kemarin aku bertemu dengan Bu Hilda. Dia mengatakan kalau kamu dan Ardi akan segera bercerai!" Mbak Sri mulai menceritakan apa yang ia tahu, "Katanya kamu ketahuan selingkuh, dan Ardi tidak mau memaafkanmu lagi," sambungnya.

Arumi terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia bahkan tidak pernah menyangka jika mertuanya mengatakan hal itu pada Bu Sri. Ia lupa jika Bu Sri dan Bu Hilda sama- sama istri seorang pensiunan. Mereka sering mengadakan pertemuan sesama istri pensiunan. Entah itu makan atau acara pameran. Ada saja barang yang dipamerkan ketika mereka bertemu. Ya, bukan mertuanya kalau tidak suka pamer.

Emang bener kamu selingkuh, Arumi?" Bu Minah kembali menyenggol lengan Arumi sembari menaikkan sebelah alisnya. Namun Arumi tak bergeming. Ia justru segera meminta Kang Udin menghitung belanjaannya. Ia ingin segera pergi dari tempat itu, agar lepas dari introgasi ibu-ibu komplek yang terus menatapnya hina.

"Kamu tuh, nggak tahu diuntung ya! Sudah dipungut dari panti asuhan, masih saja bertingkah. Baguslah kalau Ardi cepat sadar dan berniat menceraikanmu!" Bu Sri terus nyerocos menghujat Arumi, tanpa memberinya kesempatan untuk membela diri.

Terakhir ia mengatakan jika Ardi akan segera menikah dengan wanita pilihan Ibunya.

Antara percaya dan tidak Arumi mendengarnya. Ia segera membayar barang belanjaannya dan segera pergi. Ia sudah tidak tahan mendengar omongan orang- orang itu. Meski Arumi sudah menjauh dari sana, sayup- sayup ia masih bisa mendengar orang - orang itu melontarkan cemooh padanya.

Melangkahkan kakinya kasar, Arumi menyusuri jalan kecil menuju ke rumahnya. Batinnya terus bertanya-tanya. Benarkah suaminya akan menikah lagi? Ia harus mencari tahu kebenarannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   54

    Dokter Andrean buru- buru keluar dari rumah sakit begitu mendengar kabar Dinda diculik. Begitu pedulinya ia pada Dinda. Meskipun ia tak mmiliki hubungan apapun dengan Dinda, tapi anak itu berhasil mengisi salah satu bilik di hatinya. Keceriaan dan keberaniannya berhasil membuat dokter Andrean merasa tersentuh. Terlebih Dinda adalah anak Arumi, gadis yang pernah singgah di dalam hatinya, meski rasa itu hanya bertepuk sebelah tangan."Dokter, tolong saya. Dinda diculik dan penculiknya meminta uang tebusan seratus juta!" Kata- kata Arumi di seberang telepon tadi terus terngiang di kepalanya. Ia tak bisa membayangkan seperti apa perasaan Arumi sekarang. Sepertinya ia sedang panik dan kebingungan saat ini.Dokter Andrean sudah sampai di mobilnya. Tangannya hendak meraih pintu mobil, tapi tiba- tiba seseorang menghentikannya."Dokter Andrean!" Nyonya Tiara dan Tuan Hanggoro saling bergandengan berjalan ke arahnya.Dokter Andrean menajamkan penglihatannya menatap sepasang suami istri yang ta

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   53.

    Ardi menggamit lengan Arumi dan Dinda, memasuki sebuah restoran mewah di kota itu. Kehadiran mereka menarik perhatian beberapa pengunjung lain. Wajah cantik Arumi yang disorot oleh lampu temaram memiliki daya pikat tersendiri. Kecantikannya mampu menarik perhatian orang- orang yang tengah duduk, menikmati makan malamnya di restoran itu.Arumi memang selalu terlihat menarik di mata laki- laki. Mungkin karena hal itulah rasa cemburu Ardi begitu besar. Meskipun Arumi selalu bisa menjaga hati dan pandangannya tapi Ardi justru selalu mencurigainya. Bodohnya ia sampai termakan hasutan ibunya.Ardi semakin mengeratkan tangannya ke lengan Arumi. Sungguh ia merasa sangat beruntung memiliki istri secantik Arumi. Entah selama ini apa yang membuatnya buta sampai menyia- nyiakan istri seperti Arumi.Ardi terus melangkah sampai ketika pandangannya tertuju pada seorang lelaki yang melambaikan tangan ke arahnya.Ardi mempercepat langkahnya menuju ke meja lelaki yang tak lain adalah kliennya itu.Lela

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   52

    "Bu, lihatlah si Babu ini sudah berpakaian rapi, mau kemana dia?" Aurel berteriak ketika melihat Arumi dan Dinda berpakaian rapi. Arumi mengenakan gaun berwarna hitam yang dibelikan oleh Ardi beberapa hari yang lalu. Tubuhnya yang kurus nampak cantik berbalut gaun hitam yang nampak mewah dan elegan itu. Polesan make up tipis di wajahnya, tampak membuatnya semakin cantik. Tentu saja hal.itu membuat Aurel yang selalu iri dengan Arumi naik pitam.Arumi dekil dan penyakitan saja, Aurel iri karena Ardi tetap selalu mencintainya. Apalagi sekarang, Aurel tampak cantik dengan gaun yang dibelikan oleh Ardi. Ardi memang pintar memilih gaun. Gaun hitam itu pas sekali di tubuh Arumi. Aurel sempat melontarkan protes, karena suaminya tak pernah memilihkannya gaun seperti itu. Namun Ardi selalu berkilah. Selera fashion Aurel sangat tinggi, ia takut jika pilihannya tidak cocok untuk Aurel. Namun tentu saja semua itu hanyalah alasan Ardi. Ia memang tidak pernah mencintai Aurel. Perhatian dan kasih say

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   51.

    "Ardi…!" Bu Hilda berlari tergopoh- gopoh ke kamar Arumi. Arumi dan Ardi yang tengah bercengkrama, sontak mengalihkan perhatiannya pada Bu Hilda."Ada apa, Bu?" ucap Ardi seraya menaikkan alisnya."Aurel… Aurel pingsan!" ucap Bu Hilda sambil menunjukan wajah paniknya.Ardi mengernyitkan alisnya mendengar perkataan Bu Hilda. Tadi Aurel nampak baik- baik saja, kenapa tiba- tiba pingsan.Melihat putranya tak bergeming, Bu Hilda langsung menarik tangannya."Ayo, kita harus segera membawa Aurel ke rumah sakit!" "Tapi —" Ardi enggan meninggalkan Arumi. Saat - saat seperti ini adalah saat yang paling dirindukannya. Namun suasana syahdu itu harus rusak karena teriakan Bu Hilda."Ayo, Ardi! Aurel istrimu juga. Kalau sampai terjadi apa- apa padanya, kau juga harus bertanggung jawab!" Bu Hilda meninggikan suaranya, agar anak lelakinya itu mau mengikutinya. Sejenak Ardi menatap Arumi, seolah ingin meminta izin pada wanita itu. Arumi tersenyum sembari menganggukkan kepala, membuat seluruh keragua

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   50.

    Deru suara mobil berhenti di pekarangan rumah Bu Hilda. Beberapa saat kemudian Ardi terlihat turun dari mobil dengan menenteng beberapa kantong plastik dan tas belanja.Bu Hilda, Santi, dan Aurel tersenyum melihat tentengan di tangan Ardi. Sepertinya lelaki itu habis dapat bonus dari kantor sampai belanja sebanyak itu."Wah, kamu habis belanja, Mas?" Aurel mencium takzim telapak tangan suaminya, kemudian bergelayut manja di lengannya."Ya, aku tadi abis dari supermarket, aku juga mampir ke restorant biasa, untuk membeli makanan," sahut Ardi seraya mengangkat kantong plastik yang ditentengnya.Senyum Aurel semakin lebar, melihat logo restorant favoritnya di kantong plastik yang ditunjukkan suaminya itu."Wah, Mas Ardi memang suami idaman. Padahal aku ga minta dibeliin makanan, tapi Mas Ardi sudah pengertian." Aurel hendak meraih kantong plastik dan tas belanja di tangan suaminya itu, tapi belum sempat tangannya menyentuh kantong plastik dan tas belanja itu, Ardi sudah menjauhkannya dar

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   49.

    "Mama!" Dinda melepas genggaman tangan Ardi dan berhambur ke arah ranjang Arumi. Baru beberapa hari saja, ia tidak bertemu dengan sang mama, rasa rindunya sudah membuncah. Arumi yang masih lemah, dengan selang- selang infus masih terpasang di tubuhnya mencoba bangun untuk menyambut putrinya itu. Tak bisa dipungkiri, ia juga sangat merindukan Dinda."Sayang, Mama kangen banget sama kamu!" Air matanya meleleh saat tangannya berhasil merengkuh bocah perempuan yang masih memakai seragam SD tersebut."Bagaimana keadaan Mama? Apa perut Mama masih sakit? Biar Dinda obati!" ucap bocah polos itu. Selama ini, yang selalu ia lakukan saat sang mama berguling kesakitan menahan rasa nyeri di perutnya, adalah mengelus- elusnya. Kali ini Dinda pun melakukan hal yang sama, membuat Arumi tersenyum geli."Mama udah ga sakit kok, Sayang," ucap Arumi sembari membelai rambut gadis kecil yang dikuncir dua itu. Semua rasa sakitnya seolah musnah begitu melihat putri kesayangannya itu."Kalau begitu, kapan Mam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status