Share

5. Tuduhan Selingkuh

Penulis: Pena Arsy
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-01 12:33:19

"Jadi kau tidak percaya kepadaku, Mas?" Arumi duduk berhadapan dengan Ardi di ruang tamu. Mereka hanya berbicara berdua saja, sebab Dinda sudah disuruh masuk ke kamarnya oleh Arumi.

"Kenapa aku harus percaya kata-katamu? Buktinya jelas, kau yang mendorong ibuku!" Ardi berbicara tanpa mau menatap wajah istrinya. Pikirannya kacau, apalagi rasa cemburu  kini menguasai hatinya.

"Memang aku yang mendorong Ibu. Tapi aku tidak sengaja melakukannya, karena Ibu ingin menyakiti Dinda." Arumi mencoba menjelaskan kejadian sebenarnya, tetapi sepertinya tidak ada lagi celah bagi Ardi untuk mempercayainya.

"Jangan lagi kau memutar balikan fakta, Arumi. Kau mendorong Ibu, karena kau tidak terima Ibu menegurmu telah berselingkuh dengan dokter itu!" Ardi meninggikan suaranya. Sepertinya amarahnya sedang berada di puncak.

"Bukan seperti itu kejadiannya, Mas!" Arumi menceritakan kejadian yang sebenarnya. Kala Bu Hilda memintanya untuk bercerai dengan Ardi. Sampai mengancamnya dan menyakiti Dinda, hingga ia reflek mendorongnya. "Tolonglah, Mas. Kali ini saja, percaya kepadaku." Suara Arumi terdengar memelas, namun hal itu tak membuat amarah Ardi menjadi reda. Ia justru menggebrak meja.

"Cukup, Arumi! Jangan lagi kau fitnah ibuku seperti ini. Kalau kau memang ingin bercerai denganku, aku akan mengabulkan permintaanmu!" Ardi berdiri, hendak pergi. Namun Arumi segera meraih lengan Ardi.

"Mas, tolong jangan pergi lagi. Kali ini saja, kumohon percayalah padaku. Aku tidak pernah berselingkuh." Arumi menarik nafas panjang, untuk meredakan emosinya. Ia akan berterus terang pada suaminya tentang penyakitnya. Ia yakin Ardi akan mengerti keadaannya.

"Kalau kau memang tidak berselingkuh, kenapa kalian bisa seakrab itu?" Ardi tidak percaya dengan kata- kata Arumi. Bahkan sekilas melihat saja, mereka nampak seperti sebuah keluarga bahagia. "Atau jangan-jangan memang benar yang dikatakan Ibu. Dinda itu bukan anakku. Jangan-jangan Dinda anak dokter itu!" ucapnya lagi.

"Plak!" Reflek Arumi melayangkan tamparan ke pipi kanan suaminya. Ia benar-benar tidak menyangka suaminya memandangnya sehina itu. Akhirnya Arumi tahu kenapa sikap Ardi pada Dinda tidak pernah baik. Ternyata selama ini Ardi selalu menganggap Dinda bukanlah darah dagingnya.

Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi seorang ibu, selain melihat anak kandungnya tidak diakui oleh ayahnya sendiri. Kalau hanya dituduh berselingkuh oleh Ibu mertuanya, Arumi masih bisa tahan. Tapi kali ini suaminya sendiri yang menuduhnya, bahkan menganggap anaknya adalah anak haram. Rasanya Arumi sudah tidak sanggup lagi mempertahankan pernikahannya dengan Ardi.

"Jadi sehina itu aku dimatamu, Mas?" ucap Arumi. Ia mengurungkan niatnya untuk jujur mengenai penyakitnya. Karena percuma ia berbicara jujur, Ardi juga tidak akan percaya padanya.

"Ya, kenyataannya memang kau ini perempuan sundal. Tukang selingkuh!"

"Lalu apa maumu?" Arumi menatap tajam mata sang suami.

"Aku akan segera menceraikanmu!" ucap Ardi yang langsung menyambar kunci mobilnya, lalu kembali pergi meninggalkan rumahnya.

Arumi hanya bisa menatap nanar kepergian sang suami. Rasanya ia sudah putus asa untuk tetap mempertahankan rumah tangganya.

Keesokan harinya, seperti bisa Arumi menyiapkan sarapan pagi untuk Dinda. Dinda anak yang mandiri, di usianya yang baru menginjak delapan tahun, ia sudah bisa mandi, memakai baju, dan menyiapkan jadwal pelajarannya sendiri.

Gadis kecil itu menuju ke meja makan, sambil menenteng tas sekolahnya.

"Wow, Mama masak apa pagi ini?" ucap gadis itu sambil mengendus-endus. Masakan mamaya harum sekali, membuat perut Dinda jadi keroncongan. Bocah polos meraih kursi dan duduk menghadap ke meja makan.

"Mama bikin nasi goreng kesukaanmu, Sayang." Arumi meletakkan sepiring nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi di atasnya.

"Wow, nasi goreng!" Dinda  terlihat sangat senang karena mamanya masak makanan kesukaan Dinda. "Nasi goreng buatan Mama memang tiada duanya," ucap Dinda lagi memuji masakan Ibunya. Gadis kecil itu meraih sendok, hendak memakannya.

Namun gerakan tangannya terhenti ketika melihat kursi kosong di hadapannya.

"Papa  ga pulang lagi, Ma? Papa marah  sama kita, karena  kita kemarin nyakitin Nenek?" ucap Dinda. Wajah bocah itu terlihat begitu murung. Arumi tahu, Dinda sangat merindukan ayahnya.

"Enggak kok, Papa ga marah sama kita. Papa hanya menginap sementara di rumah Nenek. Papa harus menjaga Nenek, yang sedang sakit." Arumi mengelus rambut gadis kecil kesayangannya itu.

"Syukurlah!" Dinda menghembuskan nafas kasar, merasa lega jika papanya tidak marah pada mereka. "Dinda takut Papa marah dan pergi meninggalkan kita. Dinda tidak mau  seperti temanku yang tidak punya ayah!" ucapnya lagi. Anak itu terus saja nyerocos menceritakan ayah temannya yang sudah meninggal.

Arumi menarik nafas panjang, mendengar cerita Dinda. Hatinya terusik oleh kata-kata bocah polos itu. Tekadnya untuk segera bercerai dari Ardi seketika runtuh, begitu mendengar perkataan Dinda.

Meski selama ini Dinda tidak pernah mendapat kasih sayang dari sang ayah, tapi Arumi bisa melihat betapa sayangnya Dinda pada Ardi. Arumi tidak akan pernah tega memisahkan Dinda dari ayahnya.

Tiba-tiba Arumi merasakan nyeri yang begitu hebat di perutnya. Namun Arumi mencoba menahan rasa sakit itu. Arumi tidak ingin terlihat kesakitan di depan Dinda. Ia hanya memegang perutnya, dan menyeka keringat dingin yang  mulai mengucur dari dahinya.

"Mama kenapa?" ucap Dinda yang mulai curiga melihat keringat yang bercucuran dari kening Arumi.

"Mama ga apa-apa kok." Arumi masih mencoba tersenyum, agar Dinda tidak curiga. Namun rasa sakit itu semakin tak tertahankan. Akhirnya pandangannya menjadi gelap, dan tubuh Arumi jatuh tersungkur ke atas lantai.

Melihat, tubuh mamanya yang tersungkur di atas lantai Dinda langsung menghentikan makannya. Ia begitu panik. Namun ia tak tahu harus melakukan apa. Ingin meminta tolong, ia bingung harus minta tolong pada siapa. Tetangga sebelahnya, yang seorang pedagang pasti sudah pergi ke pasar.

Dinda meraih gawai sang Mama untuk menghubungi ayahnya. Namun berulang kali Dinda menelpon. Ayahnya tetap tak mau mengangkat teleponnya. Satu- satunya orang yang bisa ia harapkan hanyalah dokter Andrean.

Tak perlu membuang waktu lagi, Dinda segera menghubungi dokter Andrean.

"Halo, dokter Andrean disini. Ada yang bisa saya bantu?" suara dokter Andrean yang humoris terdengar dari ujung telepon. Namun suaranya berubah menjadi serius kala mendengar suara Dinda yang panik 

"Dok … ini Dinda! Tolong Mama Dinda, Dok! Mama Dinda pingsan. Dinda tidak tahu harus bagaimana. Disini tidak ada siapa-siapa!" 

"Dinda, jangan panik 'ya. Dinda kasih tahu Dokter alamat rumah  Dinda. Dokter akan segera kesana untuk menolong Mama Dinda!" 

Dinda segera mengirimkan alamat rumahnya. Tak lama kemudian, Dokter Andrean pun tiba di rumah Arumi. Ia segera mengangkat tubuh Arumi lalu meletakkannya ke atas sofa. Dokter Andrean mengoleskan minyak di hidung Arumi, hingga Arumi akhirnya sadar.

Perlahan wanita itu membuka matanya. Ia mendapati Dinda dan dokter Andrean tengah duduk di samping sofa tempatnya berbaring.

"Dokter!" Arumi mencoba mendudukkan badannya dan menyandarkannya pada sandaran sofa.

"Arumi, aku sudah membaca riwayat penyakitmu dari data yang diberikan dokter Luis. Kamu harus segera dioperasi. Sebelum penyakitmu itu semakin parah." Dokter Andrean menatap serius pada Arumi.

"Saya masih belum mempunyai cukup uang untuk melakukan operasi itu, Dok." Arumi menundukkan kepalanya. Disatu sisi, ia ingin segera sembuh. Ia tidak ingin melihat Dinda terus mengkhawatirkan keadaannya terus menerus, tapi disisi lain ia juga tidak mempunyai cukup uang untuk melakukan operasi itu. Karena Biaya operasi itu tidaklah murah.

"Kalau kamu mau, aku bisa membantumu!" Dokter Andrean, meraih telapak tangan Arumi, meyakinkan untuk menerima bantuannya.

Disaat bersamaan Ardi sudah berdiri di depan pintu, menatap tajam pada Arumi dan dokter Andrean.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Zi Aldina
sama adrean aja sih
goodnovel comment avatar
Alnayra
udah paling cocok sama adrean aja deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   54

    Dokter Andrean buru- buru keluar dari rumah sakit begitu mendengar kabar Dinda diculik. Begitu pedulinya ia pada Dinda. Meskipun ia tak mmiliki hubungan apapun dengan Dinda, tapi anak itu berhasil mengisi salah satu bilik di hatinya. Keceriaan dan keberaniannya berhasil membuat dokter Andrean merasa tersentuh. Terlebih Dinda adalah anak Arumi, gadis yang pernah singgah di dalam hatinya, meski rasa itu hanya bertepuk sebelah tangan."Dokter, tolong saya. Dinda diculik dan penculiknya meminta uang tebusan seratus juta!" Kata- kata Arumi di seberang telepon tadi terus terngiang di kepalanya. Ia tak bisa membayangkan seperti apa perasaan Arumi sekarang. Sepertinya ia sedang panik dan kebingungan saat ini.Dokter Andrean sudah sampai di mobilnya. Tangannya hendak meraih pintu mobil, tapi tiba- tiba seseorang menghentikannya."Dokter Andrean!" Nyonya Tiara dan Tuan Hanggoro saling bergandengan berjalan ke arahnya.Dokter Andrean menajamkan penglihatannya menatap sepasang suami istri yang ta

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   53.

    Ardi menggamit lengan Arumi dan Dinda, memasuki sebuah restoran mewah di kota itu. Kehadiran mereka menarik perhatian beberapa pengunjung lain. Wajah cantik Arumi yang disorot oleh lampu temaram memiliki daya pikat tersendiri. Kecantikannya mampu menarik perhatian orang- orang yang tengah duduk, menikmati makan malamnya di restoran itu.Arumi memang selalu terlihat menarik di mata laki- laki. Mungkin karena hal itulah rasa cemburu Ardi begitu besar. Meskipun Arumi selalu bisa menjaga hati dan pandangannya tapi Ardi justru selalu mencurigainya. Bodohnya ia sampai termakan hasutan ibunya.Ardi semakin mengeratkan tangannya ke lengan Arumi. Sungguh ia merasa sangat beruntung memiliki istri secantik Arumi. Entah selama ini apa yang membuatnya buta sampai menyia- nyiakan istri seperti Arumi.Ardi terus melangkah sampai ketika pandangannya tertuju pada seorang lelaki yang melambaikan tangan ke arahnya.Ardi mempercepat langkahnya menuju ke meja lelaki yang tak lain adalah kliennya itu.Lela

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   52

    "Bu, lihatlah si Babu ini sudah berpakaian rapi, mau kemana dia?" Aurel berteriak ketika melihat Arumi dan Dinda berpakaian rapi. Arumi mengenakan gaun berwarna hitam yang dibelikan oleh Ardi beberapa hari yang lalu. Tubuhnya yang kurus nampak cantik berbalut gaun hitam yang nampak mewah dan elegan itu. Polesan make up tipis di wajahnya, tampak membuatnya semakin cantik. Tentu saja hal.itu membuat Aurel yang selalu iri dengan Arumi naik pitam.Arumi dekil dan penyakitan saja, Aurel iri karena Ardi tetap selalu mencintainya. Apalagi sekarang, Aurel tampak cantik dengan gaun yang dibelikan oleh Ardi. Ardi memang pintar memilih gaun. Gaun hitam itu pas sekali di tubuh Arumi. Aurel sempat melontarkan protes, karena suaminya tak pernah memilihkannya gaun seperti itu. Namun Ardi selalu berkilah. Selera fashion Aurel sangat tinggi, ia takut jika pilihannya tidak cocok untuk Aurel. Namun tentu saja semua itu hanyalah alasan Ardi. Ia memang tidak pernah mencintai Aurel. Perhatian dan kasih say

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   51.

    "Ardi…!" Bu Hilda berlari tergopoh- gopoh ke kamar Arumi. Arumi dan Ardi yang tengah bercengkrama, sontak mengalihkan perhatiannya pada Bu Hilda."Ada apa, Bu?" ucap Ardi seraya menaikkan alisnya."Aurel… Aurel pingsan!" ucap Bu Hilda sambil menunjukan wajah paniknya.Ardi mengernyitkan alisnya mendengar perkataan Bu Hilda. Tadi Aurel nampak baik- baik saja, kenapa tiba- tiba pingsan.Melihat putranya tak bergeming, Bu Hilda langsung menarik tangannya."Ayo, kita harus segera membawa Aurel ke rumah sakit!" "Tapi —" Ardi enggan meninggalkan Arumi. Saat - saat seperti ini adalah saat yang paling dirindukannya. Namun suasana syahdu itu harus rusak karena teriakan Bu Hilda."Ayo, Ardi! Aurel istrimu juga. Kalau sampai terjadi apa- apa padanya, kau juga harus bertanggung jawab!" Bu Hilda meninggikan suaranya, agar anak lelakinya itu mau mengikutinya. Sejenak Ardi menatap Arumi, seolah ingin meminta izin pada wanita itu. Arumi tersenyum sembari menganggukkan kepala, membuat seluruh keragua

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   50.

    Deru suara mobil berhenti di pekarangan rumah Bu Hilda. Beberapa saat kemudian Ardi terlihat turun dari mobil dengan menenteng beberapa kantong plastik dan tas belanja.Bu Hilda, Santi, dan Aurel tersenyum melihat tentengan di tangan Ardi. Sepertinya lelaki itu habis dapat bonus dari kantor sampai belanja sebanyak itu."Wah, kamu habis belanja, Mas?" Aurel mencium takzim telapak tangan suaminya, kemudian bergelayut manja di lengannya."Ya, aku tadi abis dari supermarket, aku juga mampir ke restorant biasa, untuk membeli makanan," sahut Ardi seraya mengangkat kantong plastik yang ditentengnya.Senyum Aurel semakin lebar, melihat logo restorant favoritnya di kantong plastik yang ditunjukkan suaminya itu."Wah, Mas Ardi memang suami idaman. Padahal aku ga minta dibeliin makanan, tapi Mas Ardi sudah pengertian." Aurel hendak meraih kantong plastik dan tas belanja di tangan suaminya itu, tapi belum sempat tangannya menyentuh kantong plastik dan tas belanja itu, Ardi sudah menjauhkannya dar

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   49.

    "Mama!" Dinda melepas genggaman tangan Ardi dan berhambur ke arah ranjang Arumi. Baru beberapa hari saja, ia tidak bertemu dengan sang mama, rasa rindunya sudah membuncah. Arumi yang masih lemah, dengan selang- selang infus masih terpasang di tubuhnya mencoba bangun untuk menyambut putrinya itu. Tak bisa dipungkiri, ia juga sangat merindukan Dinda."Sayang, Mama kangen banget sama kamu!" Air matanya meleleh saat tangannya berhasil merengkuh bocah perempuan yang masih memakai seragam SD tersebut."Bagaimana keadaan Mama? Apa perut Mama masih sakit? Biar Dinda obati!" ucap bocah polos itu. Selama ini, yang selalu ia lakukan saat sang mama berguling kesakitan menahan rasa nyeri di perutnya, adalah mengelus- elusnya. Kali ini Dinda pun melakukan hal yang sama, membuat Arumi tersenyum geli."Mama udah ga sakit kok, Sayang," ucap Arumi sembari membelai rambut gadis kecil yang dikuncir dua itu. Semua rasa sakitnya seolah musnah begitu melihat putri kesayangannya itu."Kalau begitu, kapan Mam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status