Home / Fantasi / Miliknya Di Antara Dua Dunia / BAB 10 – SANGKAR TAK TERLIHAT DAN JANJI YANG MEMBUSUK

Share

BAB 10 – SANGKAR TAK TERLIHAT DAN JANJI YANG MEMBUSUK

Author: Ayla
last update Last Updated: 2025-06-10 01:00:43

"Beberapa kurungan tidak dibuat dari besi, melainkan dari janji yang tak bisa ditepati."


Langit Varethar pagi itu tidak memerah seperti biasanya. Ia kelabu, berat, dan diam seperti rahim bagi bencana yang menanti kelahiran.

Di ruang pertemuan utama Istana Arkaedia, para penasihat tinggi berkumpul dengan wajah tegang. Kabut yang menyelimuti langit bukan hal biasa. Itu adalah tanda: Gerbang Ketiga mulai retak. Yang berarti, entitas dari sisi tergelap dunia—yang bahkan para dewa pun lupakan—akan segera menetes masuk.

Dan pusat dari segala cela itu kini adalah Seraphine.


Seraphine duduk di atas singgasananya, tubuh tegak tapi mata kosong. Sejak malam kedatangan siluman langit, ia merasa seperti seseorang yang hanya dijadikan lambang. Bukan pemimpin. Bukan pejuang. Tapi simbol dari api yang tak mereka pahami, dan ingin mereka kendalikan.

“Kami memohon keputusanmu,” ujar salah satu penasihat.

“Varethar tidak bisa tanpa pemimpin spiritual. Dan para makhluk dari Langit Tua kini hanya taat padamu.”

Seraphine memutar cincin di jarinya—cincin berisi abu terakhir dari Flamma Vitae. Sebuah warisan kekuatan, ya. Tapi juga warisan kesepian. Karena sejak kekuatan itu menyatu dengan darahnya, ia tak bisa bermimpi. Tak bisa tertawa. Bahkan tak bisa menangis.

“Dan kalau aku tolak?” tanyanya tenang.

“Kalian akan bunuh aku demi stabilitas, seperti yang kalian lakukan pada penyihir Merah sebelumnya?”

Tak ada yang menjawab. Tapi diam adalah pengakuan paling jujur dari semua kebohongan.


Di lorong belakang istana, Rovan menunggu. Ia tahu Seraphine semakin jauh, bukan secara fisik, tapi dalam batin. Gadis yang dulu ia kenal sebagai penjaga api kecil, kini berada di ujung dunia antara kekuasaan dan kehancuran.

“Mereka tak akan berhenti menekanmu sampai kau jadi apa yang mereka takuti.”

“Atau mati.”

Seraphine menatapnya, lesu.

“Kau ingin aku lari?”

“Tidak,” jawab Rovan.

“Aku ingin kau mematahkan sangkar mereka... tapi dengan cara milikmu sendiri.”


Malam harinya, Seraphine turun ke ruang bawah tanah Arkaedia. Di balik tumpukan kitab dan segel sihir, ada satu ruangan rahasia: tempat para pemimpin Arkaedia dulu membuat sumpah darah dengan makhluk kuno demi kekuasaan.

Di dinding ruangan itu, ukiran tua mulai menyala. Entitas yang disegel di sana—dikenal sebagai Nehzareth, Sang Pemutar Kebenaran—masih hidup, bernafas dalam bayang-bayang.

“Kau datang,” bisiknya dari balik retakan batu.

“Bukan untuk memohon kekuatan... tapi untuk menawar jiwamu.”

Seraphine tak gentar.

“Aku ingin tahu cara menghancurkan kontrak darah dari Flamma Vitae. Aku ingin kebebasan.”

“Tak ada kebebasan tanpa pengorbanan,” jawab Nehzareth.

“Tapi jika kau berani membayar dengan satu hal yang paling manusia darimu—cinta—aku bisa memberimu pilihan.”

Ia diam. Jantungnya berdegup pelan. Perlahan. Tercekik oleh makna kata itu.

“Kau ingin aku menukar... cinta?”

“Bukan milikmu,” Nehzareth terkekeh.

“Tapi milik orang yang mencintaimu.”


Saat keluar dari ruang bawah tanah, Seraphine tidak langsung mencari Rovan. Tapi ia tahu di mana pria itu berada—di taman tua tempat pertama kali ia melukis langit untuknya.

Rovan duduk di bangku batu, punggungnya membungkuk, napasnya berat. Ia merasakan sesuatu berubah.

“Jika aku mati malam ini,” katanya lirih.

“Apa kau akan memaafkanku karena tak sempat menjelaskan semua?”

Seraphine hanya berdiri. Menatapnya. Dalam diam yang begitu nyaring, sampai malam sendiri terasa tak tahan.

“Jangan mati,” katanya.

“Tapi kalau pun kau mati, biarkan aku memilih alasannya.”

Dan untuk pertama kalinya, Rovan melihat mata itu berkaca. Bukan karena kelemahan. Tapi karena kejujuran. Karena satu bagian dari Seraphine yang masih manusia... sedang menangis dalam diam.


Keesokan paginya, seluruh Varethar bergetar. Di puncak menara tertinggi, Seraphine berdiri mengenakan jubah api—bukan sebagai simbol kekuasaan, tapi sebagai penolakannya.

“Aku tidak akan memimpin kalian.”

“Aku akan memutus semua rantai yang mengikat jiwa-jiwa kalian pada kebohongan para leluhur.”

Para makhluk langit, bangsawan, dan penjaga sihir bersiap menyerang.

Tapi Seraphine telah memilih.

Dan api yang membakar dari dalam dirinya... tak lagi butuh izin siapa pun untuk menyala.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 41 — HARI SETELAH DUNIA MATI

    "Setelah gemuruh terakhir lenyap, yang tersisa bukan keheningan. Tapi luka yang berbicara dalam bisu."Dunia tidak hancur. Tapi ia juga tak sepenuhnya utuh.Ia bernapas, seperti tubuh yang baru bangkit dari koma panjang—terengah, limbung, dengan mata yang masih mencari makna dari cahaya.Langit telah berubah warna.Biru... tapi bukan biru yang biasa. Ada semburat perak, seperti bekas luka mengambang yang belum sepenuhnya mengering.Di tepi runtuhan kota Siderra—yang dulu berdiri di antara dua leyline utama, kini hanya ladang abu dan reruntuhan kuarsa retak—Taran duduk. Ia menatap horizon dengan mata kosong, tombaknya tertanam di tanah, bukan sebagai senjata, tapi sebagai penanda kubur bagi waktu yang tak bisa dikubur.“Dia berhasil, kan?”Suara Meliora pelan, nyaris seperti angin. Ia berjalan perlahan, gaunnya berkibar tertatih, robek oleh perang, tapi masih mengusung sisa keanggunan.Taran tidak menjawab. Hanya mengangguk sekali.Tapi dalam anggukan itu ada pengakuan yang pahit: Sera

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 40 — SOVEREIGN VS DEITY: PERTARUNGAN KOSMIS VAULT TERAKHIR

    "Bukan yang terkuat yang menang, tapi yang paling pantas menguasai kehancuran."Arena Pertarungan: Dimensi Inti VaultLangit leyline retak sepenuhnya.Waktu dan ruang berlipat, menciptakan Void Nexus — ruang tak bernama tempat realitas lumat.Di sinilah Sovereign Seraphine berdiri berhadapan dengan Deity Zevalhar.Seraphine: berselimut sayap darah leyline, 9 plasma lingkaran aktif.Zevalhar: tubuh darah semi-dewa, mata pusaran hitam pekat.Suara Mahkota bergetar mengisi kehampaan:“Kau tak akan pernah mampu melawan hakikat asalku, Seraphine.”“Aku bukan melawan hakikatmu…”“...aku menolak takdirmu.”Awal DuelLedakan pertama dimulai.Zevalhar memuntahkan:"Void Pulse Crush" — gelombang anti-materi leyline."Dominion Grasp" — cakar darah yang menjerat dimensi.Seraphine membalas dengan:"Crimson Cascade Spiral" — rotasi leyline darah murni."Absolute Purity Breaker" — ledakan plasma yang memurnikan ruang.Setiap benturan teknik memecahkan dimensi Vault.Efek Samping BencanaSementara p

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 39 — MAHKOTA BERNYAWA: KEBANGKITAN ZEVALHAR AWAL

    "Kekuasaan sejati tak perlu tuan. Ia hanya butuh wadah."Situasi: Mahkota Mulai BangkitDalam ruang kontrol leyline yang hancur sebagian, aura darah hitam mulai membentuk pusaran spiral.Fragmen Zevalhar — yang tadinya terpisah — kini menyatu.Pelan tapi pasti, ia membentuk bentuk semi-fisik:Mahkota Zevalhar Purba.Tiga puncaknya berdenyut, seolah bernafas.Nadi-nadi darah mengalir melingkar di antara ukiran purbanya.Suara purba mulai mengisi udara:“Akhirnya… aku bebas…”Semua orang di ruangan — Seraphine, Altheon, Varion, Meliora — terdiam, tubuh mereka bergetar di hadapan entitas purba ini.Vault MengintervensiVault darah yang ada dalam tubuh Seraphine tiba-tiba beresonansi liar, mencoba melawan kehadiran Mahkota.Namun tekanan Mahkota terlalu besar.Vault Seraphine mulai retak lebih dalam."Grrh… tidak... aku belum selesai!"— Seraphine menahan rasa sakit yang mencabik seluruh jiwanya.Nyssa mencoba menopang tubuhnya, tapi energi Mahkota mendorong semua mundur.Altheon: Proposa

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 38 — RESONANSI MAHKOTA: AWAL KEBANGKITAN VAULT PURBA

    "Bila kau terlalu lama menatap kekuasaan, kekuasaan mulai menatap balik."Lokasi: Kuil Central Vault — Ordo LuminarisTiga fragmen Mahkota Zevalhar kini disatukan dalam ruangan isolasi leyline.Dikelilingi oleh lingkaran segel plasma, mantra pengunci dimensi, dan penjaga darah terbaik Ordo.Namun bahkan perlindungan tertinggi itu tak cukup untuk menahan bisikan Mahkota.Fragmen mulai beresonansi:DUM-DUM-DUM.Nadinya berdenyut seperti jantung para dewa yang dibangkitkan.Pertemuan StrategisSeraphine, Altheon, Varion, dan High Seer Meliora berkumpul.“Mahkota mulai hidup kembali,” ujar Meliora, wajahnya pucat.Varion menambahkan:“Leyline global mulai bergeser. Vault mulai bergetar. Jika kita tak segera menyegel ulang, dunia bisa runtuh.”Altheon menatap semua dengan dingin:“Atau… kita bisa memanfaatkannya.”“Berhenti, Altheon!” seru Seraphine.“Kita mengumpulkan fragmen untuk mengamankan dunia, bukan menguasainya!”Altheon menyipitkan mata.Untuk pertama kalinya, retakan ideologi me

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 37 — DRELTHORN: FRAGMEN KEMATIAN TERAKHIR

    "Kadang, untuk menyelamatkan dunia, kau harus hancurkan bagian dari dirimu."Lokasi: Makam Hitam DrelthornTidak ada tempat yang lebih terkutuk selain Drelthorn.Situs ini adalah:Makam ribuan Penyihir Darah Purba.Lokasi penyegelan ritual pengkhianatan pertama Mahkota Zevalhar.Altheon, pemimpin misi ketiga, berdiri di hadapan gerbang batu obsidian yang berlumuran nadi darah beku.Bersamanya:High Seer Meliora: penjaga kitab gelap.Cassian: pengurai mantra dimensi.Taran: assassin darah Ordo.Altheon Bicara“Tempat ini tak mengenal batas hidup atau mati.”“Dan jangan percaya apapun yang kalian lihat di sini,” tambah Meliora, matanya dingin.Memasuki DrelthornBegitu memasuki lorong spiral Drelthorn, mereka langsung disambut oleh ilusi waktu.Setiap anggota tim mulai melihat diri mereka di masa lalu:Cassian melihat adiknya yang ia korbankan.Meliora melihat dirinya membakar kuil lamanya.Taran melihat pembantaian pertama yang ia lakukan.Altheon — sang Master Strategist — tetap tegak

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 36 — RHEZ’ULMAR: ARENA DARAH NERAKA

    "Bahkan kegelapan pun takut menjejakkan diri di tanah ini."Lokasi: Celah Darah Rhez’UlmarLetaknya di perbatasan Dimensi Purba.Rhez’Ulmar adalah jurang abadi yang dikenal sebagai:Perut Darah DuniaKuburan Raja-Raja DarahLegenda berkata:“Tak ada yang kembali dari Rhez’Ulmar tanpa kehilangan sesuatu.”Tim VarionDipimpin oleh Varion, tim kedua Aliansi Darah memasuki gerbang berduri Rhez’Ulmar.Bersamanya:Ezira: ahli sihir darah ilusi.Kaleb: penjaga berpedang rantai plasma.Lyssa: penyihir pengurai leyline.Mereka membawa satu mantra perlindungan yang diciptakan Altheon sendiri:“Vault Harbinger - Seal of Anchor”Mantra ini menjaga kesadaran mereka tetap utuh di dalam pusaran darah Rhez’Ulmar.“Sekali kita masuk, tak ada jalan mundur cepat,” ujar Varion, suaranya dingin.“Kami siap mati, Lord Varion,” jawab Kaleb.Memasuki Rhez’UlmarBegitu mereka melangkah, udara seolah berubah kental.Kabut darah menari seperti roh lapar.Langit memudar jadi merah kehitaman.Jeritan samar terden

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status