"apa ibuku pernah menerima uluran tangan dari Andi adiknya ?" Tanya Albi untuk memastikan.
" No....tidak ! Jika ibu dan ayahmu mendapatkan uluran tangan Andi pasti hidupnya tidak seperti sekarang ini ! Kamu pasti lebih paham apa yang bibi maksud !"
" Setiap meminta bantuan pun Andi tak pernah mengulurkan tangannya ! Padahal kalau dari segi keringat danjada lebih banyak pengorbanan ibu dan ayahmu !"
" Lalu,apakah nenek juga mendapatkan jatah bulanan dari Andi ?" Tanya Albi lagi.
" Entahlah siapa yang benar dalam hal ini mengingat tabi'at nenekmu yang selalu mengadu dombakan !"
" Andi bilang selalu memberi uang lewat tranferan ATM melalui Tia isteri dari Hari tapi,kata nenekmu Andi tak pernah mengirimi uang ! Kalau masalah ini hanya tuhan yang tahu !"
" Banyak perkelahian batin di dalam keluarga besar ibumu ! Hal ini tak lain karena campur tangan sang nenek yang berperan aktif untuk mengadu dombakan anaknya !"
" Saat itu bibi membaca dari gerak-gerik nenekmu yang menginginkan agar semua anak-anaknya bisa memberinya sejumlah uang ! Sebenarnya itu adalah hal wajar yang diinginkan oleh semua orang tua !"
" Yang tidak wajar di sini adalah perilaku dan ucapan nenekmu di mana satu sama lain saling membenci karena fitnah yang di lontarkan mulut nenekmu !"
" Sebagai contoh yang nyata saja ! Ningsih dan Wawan memberikan mesin cuci tapi,nama yang muncul ke tetangga adalan Rika yang seolah-olah membeli mesin cuci untuk nenekmu !"
" Semua kerja keras Ningsih dan Wawan tidak ada yang di hargai oleh nenekmu !"
" Dan ada yang kamu perlu ketahui Albi ! Tia dan Hari bermain licik ! Mereka memanfaatkan Andi untuk memenuhi semua keinginan mereka berdua !"
" Kamu tahu sekarang Hari dan Tia punya usaha grosir beras ! Itu uang Andi sepenuhnya ! Tapi,menurut pengakuan Andi sendiri bahwa Tia dan Hari tidak pernah menyetor uang sepeser pun kepada Andi "
" Nenekmu ,Jangan tanya kelakuan nenekmu ! Ia sama munafik dan sifatnya yang tamak berusaha menekan Hari jika tidak mengikuti keinginannya ! Lontaran kata anak durhaka tak segan akan keluar dari mulut nenekmu !"
" Dari segi bahasa memang Tia lebih santun di bandingkan dengan Ningsih Ibumu ! Ningsih cenderung lebih mengambil sikap ! Jika ia tidak suka maka ia memperlihatkan sikapnya langsung di hadapan orangnya ! "
" Berbeda dengan Tia ! Mulutnya memang manis ! Manis sekali bahkan tutur katanya sangat sopan ketika berbicara ! Kalau Ningsih ibumu ia memiliki karakter yang cenderung ceplas-ceplos "
" Benar apa yang dikatakan Bibi ! Tia ibu angkatku tak pernah berbicara kasar sedikit pun bahkan tutur katanya sangat lembut ! Mungkin,bagi orang awam yang baru mengenalnya pastilah Tia di cap anak yang santun!"Albi mengingat cara bicara Tia.
" Tetapi terkadang mulut yang mengucapkan kata manis menyimpan jebakan tikus di dalamnya yang di bumbui racun !"Seketika raut wajah Albi berubah menjadi muram.
" Itulah sebabnya selalu ada istilah mulut harus sekolah sepertinya itu ucapan yang salah ! Yang harus di sekolahkan itu hati terlebih dahulu ! Jika hatinya bersih maka,tingkah laku pun akan mengikutinya juga " Bi Sari mencoba memahami maksud perkataan Albi.
Otak Albi mencerna dengan baik setiap penuturan ucapanyang di lontarkan mulut Bi Sari sebagai nasihat buat dirinya sendiri .
" Apakah Andi dan Tia terjadi permusuhan ?" Tanya Albi penasaran.
" Ya...kamu betul lebih tepatnya perang dingin ! "Bi Sari menjawab dengan apa yang terjadi sebenarnya.
" Apa Andi sudah menikah ? Se ingat Bibi sebelum pindah ke sini waktu itu Andi bertunangan dulu !"Bibsari mencoba mengingat kembali kejadian yang sudah lama .
" Iya,Andi sudah menikah Bi " jawab Albi.
" Anak kurang ajar ! Jadi kesal lagi deh !" Kini nada bicara Bi Sari sudah berubah naik lagi .
" Kenapa Bi ?" Tanya Albi penuh selidik.
" Ya, kesal ! Kenapa bibi yang jadi kesal ya ! Harusnya ibu kamu yang kesal ! Kasihan Ningsih dan Wawan ia tidak boleh di perkenankan hadir oleh nenekmu di acara pertunangan Andi !"
" Entah ,apa maksud nenekmu itu ! Bibi saja tidak paham dengan tingkah lakunya !"tambah Bi Sari.
" Apa Andi mengajak ibu dan ayahku juga untuk menghadiri pertunangannya ?" Tanya Albi.
" Boro-boro...yang ada sikap Andi seolah menganggap Ningsih dan Wawan ada ! Ningsih mengalami kejadian yang sama saat Hari melangsungkan pertunangan dengan Tia ! Ningsih tak pernah di ikut sertakan dalam acara itu sana sekali !" Bi Sari menerawang kejadian masa lalu yang menimpa Ningsih.
" Padahal saat itu Ningsih belum menikah dengan Wawan ! Harusnya acara pertunangan di hadirkan seluruh keluarga ! Tetapi entah apa yang ada di pikiran semua saudara Ningsih itu ! Bibi aja sampai gakpaham !" Tambah Bi Sari lagi.
" Padahal dalam hal apapun Ningsih dan Wawan orang yang di rugikan ! Tidak di anggap,jadi korban juga !"Bi Sari melihatkan raut wajah empatinya .
" Dari kata orang - orang yang menghadiri acara hajatan Andi katanya pestanya mewah !"
" Padahal kata " mewah " itu seharusnya Ningsih dan Wawan bisa menikmatinya ! Tapi,ya gitu deh namanya orang kalau sudah berkibar tentu akan lupa di mana dia mendarat pertama kali !"
" Ingat jangan jadi orang seperti itu Albi !" Bi Sari memperingatkan Albi.
Albi hanya menganggukkan kepalanya.
" Lalu,rencanamu apa setelah tahu ini ?" Tanya Bi Sari tak kalah penasaran.
" Supaya saya tidak ambil salah langkah saja Bi ! Mengingat ada turut campur tangan keluarga di sini !" Albi tidak ingin menyakiti siapa pun.
" Sebagai seorang anak ! Saya,tentunya ingin mengembalikan identitas diri saya ! Memang itu akan berdampak besar ! Mengingat orang-orang di belakang nya ! Ada Hari dan Tia yang sudah membesarkan saya dan saya juga tidak mau membenci nenek atau pun melaporkan nenek saya ke kantor polisi kelak ! Bagaimanapun di usianya beliau yang sekarang ini harus sudah duduk santai bukan duduk kesakitan di jeruji besi !"
" Banyak pemikiran di benak saya untuk bisa menyelesaikan masalah ini ! Mengingat usia saya sekarang ini bukanlah usia anak kecil yang di beri kata-kata manis lalu hatinya berbunga !"
" Do'akan saya saja Bi ,semoga saya bisa menemukan solusinya ! Tanpa harus menyakiti siapa pun!" Albi meminta do'a yang tulus dari Bi Sari.
" Bibi selalu mendo'akan mu nak ! Ingat demi menolong orang tuamu atau mengangkat derajat orang tuamu kembali ! Jangan sekali pun kamu mengukur sejarah yang sama kepada saudara kandung ibumu ! Itu bukan hal yang menyenangkan bukan !"
" Iya,saya paham Bi !" Albi mengerti maksud dari ucapan Bi Sari.
" Dulu ,Bibi bilang ayahku pernah bekerja di sekolah ! "
" Iya,kenapa nak ? Mau tahu alasan ayahmu keluar kerja dari sekolah ! Ini semua masih ada hubungannya dengan saudara ibumu yang paling akhir "
Albi tercengang saat mendengar penuturan dari mulut Bi Sari.
" Saya pikir ! Ayah murni keluar sendiri atas keinginannya !" Pemikiran Albi ternyata salah.
" diam...dan dengarkan bibi yang bicara sekarang !" Albi menuruti semua kata-kata Bi Sari. " Tuti..." Bi Sari sedang mengingatnya . " Jujur...bibi kesal juga !" " Kenapa Bi ?" Tanya Albi. " Dia bermain licik saat pendaftaran sekolah !" Jawab Bi Sari. " Azizah jadi korbannya !" '' korban ? Maksudnya ?" Albi masih belum paham. " Tuti sama seperti Andi melakukan jalur belakang seperti Andi !" " Padahal seharusnya nama Azizah yang tertera di sana !" " Dari segi kualifikasi nilai dan jarak jelas Azizah menang ! Karena dari nilai Azizah melebihi Tuti dan dari segi jarak lebih dekat jarak rumah Azizah karena saat itu bibi masih menumpang di rumah mertua yang kebetulan jaraknya hanya 1 Km jauhnya !" " Padahal sudah ada
Khusus Hari Minggu Albi meluangkan waktunya untuk Zahra. Gadis penolong yang berbaik hati mengulurkan tangannya untuk Albi di saat otak dan pikiran Albi buntu. Albi sudah bersiap dengan pakaian olahraganya . Albi lebih memilih menggunakan celana training pendek dengan warna yang senada dengan kaos berwarna biru navy. Albi kini sedang mengikat tali sepatunya dan lagi-lagi Ridwan selalu kepo bertanya ini dan itu. " Pagi - pagi udah kinclong terus itu jambul sudah naik juga ! Mau ngapel Zahra ya !" Ridwan yang sudah mengetahui rutinitas Albi di hari Minggu . Albi tak menanggapi dengan serius ucapan Ridwan yang penting bagi dirinya Albi bisa fokus kepada tujuan hidupnya yaitu bisa mengembalikan identitasnya. " Berisik lu... " Jawab Albi seketika selesai menyemprotkan farfum di kaos nya . " Minggu jan
" kita mau kemana ?" Tanya Zahra. Albi hanya diam tidak menjawab pertanyaan gadis yang sedang di bonceng dirinya. Albi menghentikan motornya mendadak di pinggir jalan karena ia baru saja melihat toko jaket. Albi sendiri tidak memakai jaket saat akan bertemu dengan Zahra karena Albi berpikir hanya akan berolahraga saja. " Gak mungkin juga bawa anak orang dengan seperti ini " Albi sejenak berpikir melihat Zahra yang sama dengan dirinya tidak memakai jaket. " Beli jaket dulu " perintah Albi. Albi sudah selesai membeli jaket dan celana panjang untuk dirinya tapi,Zahra masih mematung menunggu Albi. " Kamu gak pilih jaket ?" Tanya Albi. " Nggak " jawab Zahra sambil menggelengkan kepalanya. Tanpa banyak tanya Albi langsung memilihkan jaket untuk Zahra dan membayarnya.
Zahra kembali ke rumahnya saat adzan magrib berkumandang.ia tak menyua-nyiakan waktu yang di beri sang maha pencipta untuk bisa bersujud. Meski rasa lelah dan letih hinggap di sekujur tubuhnya Zahra berlalu mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibannya. " Dari mana kamu ?" Tanya paman Edo yang tadi sore baru kembali dari Sulawesi. " Oh...itu tadi ... " Zahra berbicara sambil terbata-bata karena bingung apa yang harus ia jelaskan. Mulutnya seraya terkunci dan otaknya mendadak mengerem untuk memerintahkan mulut supaya tidak mengeluarkan sepatah kata pun. " Kamu bisa membohongi ayahmu sendiri tapi tidak denganku " Edo berbicara sambil berlalu meninggalkan Zahra yang masih diam mematung dan belum membuka mukenanya. Sang paman berlalu dan menemui kakaknya yang tak lain ayah Zahra. " Kau membebaskan Zahra ?" Tanya Edo sambil d
Hari Edo kembali ke kesatuannya untuk melaksanakan tugasnya memimpin rapat pembentukan Panitia peserta anggota TNI yang baru. Edo memimpin rapat dengan menunjuk orang-orang yang di anggap berkompeten dalam melaksanakan tugas. Para panitia pun menyetujui hasil rapat kali ini dan menanda tangani berkas yang ada tanda sanggup menjalankan tugas. " Ingat dokumen administrasi semuanya harus lengkap !" Edo kembali mengingatkan para panitia yang telah di bentuknya. " Dan jika nanti sudah banyak yang mendaftar ! Seleksi semuanya dan loloskan mereka yang benar-benar memenuhi kriteria. Waktu menunjukkan sudah masuk waktu Dzuhur dan Edo pun membubarkan rapatnya. _-_-_- Rama di sibukkan dengan kegiatan tambahan barunya yakni mencari orang yang terbiasa dengan membangun rumah dari nol hingga ia akhirnya bertemu dengan Pak Rudi salah satu
Hari Minggu pun tiba dengan latihan bertemakan " berenang " Ridwan sedari shubuh sudah menyiapkan menu masakan simple untuk di bawa bekal nanti. Sementara Albi lebih sibuk berlatih dengan menggunakan burble buatannya sendiri. Dari hari ke hari lengan Albi menjadi terlihat lebih berotot. Terkadang jika sedang di berlatih di taman.Alvi lebih memilih pull up bergelantungan di pohon. Badan Albi kini menjadi lebih tegap berbeda saat pertama kali ia bertemu dengan Zahra di mana kulitnya yang masih terlihat bersih bahkan tidak ada warna coklat yang terbakar matahari. " Bi...kamu yang bawa ya !" Ridwan menyodorkan tas yang berisi makanan untuk santap siang mereka di sana. " Hmmm..." Jawab Albi ringan. Zahra sudah datang terdengar dari suara deru motornya. " Simpan motormu di sini saja !"
Edo sang paman melihat Zahra dari seberang jalan saat Zahra,Ridwan dan Albi keluar dari area kolam renang. Tampak jelas dari raut wajah sang paman yang merasa tidak senang ketika Zahra berjalan di apit oleh dua lelaki. Edo hanya berdiam diri saja melihat Zahra dan kedua teman pria nya sedang menaiki angkutan umum. Edo mengikuti mereka bertiga tanpa sepengetahuan Zahra. Saat Zahra bersama kedua temannya sudah sampai di depan kostan sang paman masih dengan posisi mengintai memantau Zahra. Di lihatnya Zahra sangat akrab dengan kedua teman laki-lakinya kemudian Zahra pun pamit undur diri pada Albi dan Ridwan dan langsung menyalakan mesin motornya berlalu meninggalkan mereka . Edo masih dengan setia membuntuti Zahra dari belakang dan setelah setengah jalan menuju rumah barulah sang paman membunyikan suara klakson motornya. Zahra
Usai latihan bersama Zahra,Albi merebahkan tubuhnya di atas tanah. " Cape...." Albi berkata sambil menatap langit sore. " Ini...minumlah " Zahra menyodorkan botol air minum. " Terima kasih " jawab Albi tulus. Albi bangkit sejenak dari rasa nyamannya menggeletakan diri di atas tanah kemudian ia meneguk air minum yang di berikan Zahra. Dahaganya seketika hilang tapi dahaga akan kerinduan dengan sosok keluarga kandungnya tidak bisaiabendung lagi. Banyak pertimbangan jika Albi harus menemuinya sekarang mengingat kondisi nenek,paman,bibi juga Hari dan Tia yang merupakan keluarga dekat sang ibu bisa saja mengusiknya menjadi lebih dari ini. Hari,Ningsih,Supri,Andi,Rika dan Tuti merupakan saudara kandung ibuku ! Mereka terlahir dari rahim yang sama tetapi saat di lahirkan kedunia tentu saja karakter mereka berbeda.