" diam...dan dengarkan bibi yang bicara sekarang !"
Albi menuruti semua kata-kata Bi Sari.
" Tuti..." Bi Sari sedang mengingatnya .
" Jujur...bibi kesal juga !"
" Kenapa Bi ?" Tanya Albi.
" Dia bermain licik saat pendaftaran sekolah !" Jawab Bi Sari.
" Azizah jadi korbannya !"
'' korban ? Maksudnya ?" Albi masih belum paham.
" Tuti sama seperti Andi melakukan jalur belakang seperti Andi !"
" Padahal seharusnya nama Azizah yang tertera di sana !"
" Dari segi kualifikasi nilai dan jarak jelas Azizah menang ! Karena dari nilai Azizah melebihi Tuti dan dari segi jarak lebih dekat jarak rumah Azizah karena saat itu bibi masih menumpang di rumah mertua yang kebetulan jaraknya hanya 1 Km jauhnya !"
" Padahal sudah ada pengumuman melalui hp bahwa Azizah di suruh mendaftar ulang !"
" Tapi,sayang saat itu entahlah bibi menyebutnya apa ? Entah kata rezeki yang terenggut paksa !"
" Nama Azizah saat akan mendaftarkan ulang malah terhapus dan menghilang begitu saja !"
" Apa bibi tidak berusaha melakukan protes ?" Tanya Albi .
" Bibi sudah melakukan protes dan bertanya pada panitia terkait ! Mereka hanya menjawab bahwa yang menentukan semua ini bukanlah kami itu yang mereka jawab !"
" Saat itu bibi marah dan memaki-maki orang-orang yang ada di sana ! Impian Azizah untuk masuk ke sekolah impiannya menjadi pupus harapan padahal sekolah tersebut terkenal jika siswanya lulus langsung di rekrut kerja ! Makanya Azizah menginginkannya"
" Rezeki yang sengaja di geser itu menurut pendapat bibi !" Sari berucap sambil kedua tangannya menyilang di dada.
" Nenekmu dan Tuti tersenyum saat mendaftar ulang di sana ! Seolah sedang menang !"
" Padahal sudah jelas dari segi nilai dan jarak harusnya Azizah yang menang ! Tapi,bibi bersyukur di balik musibah ini ! Sekarang Azizah bisa sukses dengan usaha kulinernya ! Azizah mampu membeli dan merenovasi rumah yang sekarang kita tempati ini !" Bi Sari merasa bangga dengan anaknya .
" Apa Tuti sudahbekerja ?" Tanya Bi Sari pada Albi.
" Belum bi sampai sekarang belum bekerja ! "
" Ingat Albi untuk mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan harus murni ! Jangan instan !" Bi Sari kembali mencoba mengingatkan Albi.
Albi memahami betul nasihat yang di ucapkan Bi Sari ! Sesuatu yang di dapat murni akan menghasilkan Kilauan intan yang terang.
" Lantas ! Apa hubungannya dengan ayah keluar dari sekolah tempatnya bekerja "tanya Albi.
" Ada...ayahmu sama pengorbannya seperti kepada Andi ! Ayahmu membawanya langsung dan mengatakan bahwa itu adalah adiknya dan masih ada hubungan saudara !"
" Tuti memang menang di terima di sekolah itu dan itu menjadi bumerang untuk ayahmu sendiri ! Di mana rekan-rekan kerja yang lainnya juga sama ingin memasukkan siswa yang di anggap saudara dan di iming - imingi uang oleh para orang tua calon siswa ! Namun,sayang semua rekan-rekan kerja ayahmu tidak ada yang lolos satu pun !"
" Kenapa kok bisa tidak lolos ?" Tanya Albi penasaran.
" Orang tua siswa tersebut memanfaatkan para pekerja di sekolah untuk masuk lewat jalur belakang !"
" Wah , licik dong !" Sela Albi.
" Reka - rekan kerja ayahmu di beri syarat oleh pihak sekolah jika masih ada sangkut paut saudara dan asal usul saudara dari mana ? Maka,pihak sekolah akan meloloskannya ! Dan bisa di buktikan !"
" Karena rekan kerja ayahmu hanya kenal saat pendaftaran sekolah di buka saja ! Jadi sudah terbukti jelas ! Mereka tidak bisa membuktikan masih ada keterikatan saudara dan akhirnya rekan kerja ayahmu tidak bisa meloloskan siswa dadakan tersebut padahal uang menjadi lezat di kala jalur tersebut di tutup !"
" Rekan kerja ayahmu merasa sirik karena merasa ayahmu di anak emaskan bisa meloloskan Tuti padahal jika di jelaskan Tuti masih ada hubungan adik dengan Andi "
"Ayahmu menjelaskan dengan gamblang bahwa Andi setelah sukses tidak menaikkan status keluarga ! Andi lebih memilih ber hura-hura !"
" Bu Rika yang mendengar langsung penuturan ucapan ayahmu langsung meninjau ulang Andi ! Karena ada saudara dari Bu Rika yang bekerja di sana ! Dan hasilnya benar bahwa Andi melupakan dirinya saat berada di angka nol "
" Ya,begitulah hidup melupakan angka nol saat bisa mencapai angka seratus ! Padahal angka seratus hanya bernilai kecil jika tidak di sertai dengan angka nol !"
" Rekan kerjamu ayahmu tak terima dengan keberhasilan Tuti bisa di terima di sekolah tersebut hingga di buatlah isu tidak baik oleh rekan yang lain hingga membuat kegaduhan satu sekolah dan ayahmu lebih memilih mengundurkan diri dari sekolah !"
" Andi seolah tutup kuping mendengar Wawan keluar dari pekerjaannya padahal ini semua ada sangkut pautnya dengan dirinya !"
" Rekan kerjanya tak terima jika Tuti di terima di sekolah itu dengan jalur SKTM (surat keterangan tidak mampu ) semua rekan ayahmu berharap Tuti masuk melalui jalur umum ! "
" Memang,benar Bi ! Apa yang bibi sampaikan ! Sampai sekarang pun Andi masih bersifat egois ! Andi lebih memilih mementingkan dirinya !"Albi membenarkan ucapan Bi Sari.
" Itulah sifat manusia suka lupa pernah mendarat saat sudah berkibar !" Bi Sari menyela.
" Oleh karena itu nenekmu merasa jengkel bukan main ! Andi salah membalas jasa ! Hari dan Tia menjadi acuan berbalas jasa sedangkan Ningsih ,Wawan dan nenekmu menjadi kacang yang lupa kulitnya "
" Makannya nenekmu memanfaatkan Hari dan Tia karena melihat Andi begitu royal memenuhi keinginan Tia dan Hari padahal kalau di ukur dari jasa sajasudahjelas Hari dan Tia tak ikut andil menjadikan Andi sukses seperti sekarang ini !"
" Hari dan Tia melampiaskan kekecewaannya melalui Andi karena uang mereka di kuras untuk biaya kursus Rika yang tak pernah di ikutinya !"
" Aksi balas dendam terlihat di sini !"
" Rumit juga ya Bi !" Jawab Albi.
"Hmmm...keegoisan menghalalkan segala cara hingga lupa bahwa terjadi perang saudara dan saling menyakiti "Bi Sari kembali mengingatkan Albi.
"Dari mana bibi tahu semua persoalan ayahku ?" Tanya Albi dengan hati-hati.
" Karena ada saudara Bibi yang bekerja di salah satu kantin siswa dan dia sering bolak-balik masuk ke kantor dan kebetulan setiap mengantarkan sesuatu selalu mendengar gosip ini dan itu !"
" Ya,begitulah jika karakter anak di didik di awal dengan keegoisan maka terlahirlah karakter yang seperti itu saling tindas ! Saling sikut !saling bersaing dengan cara instan !"
" Walaupun sekarang identitasmu semua palsu karena ulah mereka tapi ingat , perbaiki dengan jalur aman ! Jangan jalur instan juga !"
" Identitas mu memang perlu di kembalikan nak !teruslah berjuang ! Berdo'alah pada sang maha pencipta agar di berikan solusi terbaik !"
Albi mengerti maksud semua ucapan Bi Sari dan ia punpamit menyudahi informasinya.
Walau banyak pertanyaan di benaknya namun Albi akan tetap memilih jalur untuk menyelamatkan semuanya ! Albi berpikir jika dirinya melapor pada pihak berwajib maka ia sendiri tidak ingin Hari dan Tia masuk ke sel jeruji besi bagaimanapun mereka sudah membesarkan dirinya.
Khusus Hari Minggu Albi meluangkan waktunya untuk Zahra. Gadis penolong yang berbaik hati mengulurkan tangannya untuk Albi di saat otak dan pikiran Albi buntu. Albi sudah bersiap dengan pakaian olahraganya . Albi lebih memilih menggunakan celana training pendek dengan warna yang senada dengan kaos berwarna biru navy. Albi kini sedang mengikat tali sepatunya dan lagi-lagi Ridwan selalu kepo bertanya ini dan itu. " Pagi - pagi udah kinclong terus itu jambul sudah naik juga ! Mau ngapel Zahra ya !" Ridwan yang sudah mengetahui rutinitas Albi di hari Minggu . Albi tak menanggapi dengan serius ucapan Ridwan yang penting bagi dirinya Albi bisa fokus kepada tujuan hidupnya yaitu bisa mengembalikan identitasnya. " Berisik lu... " Jawab Albi seketika selesai menyemprotkan farfum di kaos nya . " Minggu jan
" kita mau kemana ?" Tanya Zahra. Albi hanya diam tidak menjawab pertanyaan gadis yang sedang di bonceng dirinya. Albi menghentikan motornya mendadak di pinggir jalan karena ia baru saja melihat toko jaket. Albi sendiri tidak memakai jaket saat akan bertemu dengan Zahra karena Albi berpikir hanya akan berolahraga saja. " Gak mungkin juga bawa anak orang dengan seperti ini " Albi sejenak berpikir melihat Zahra yang sama dengan dirinya tidak memakai jaket. " Beli jaket dulu " perintah Albi. Albi sudah selesai membeli jaket dan celana panjang untuk dirinya tapi,Zahra masih mematung menunggu Albi. " Kamu gak pilih jaket ?" Tanya Albi. " Nggak " jawab Zahra sambil menggelengkan kepalanya. Tanpa banyak tanya Albi langsung memilihkan jaket untuk Zahra dan membayarnya.
Zahra kembali ke rumahnya saat adzan magrib berkumandang.ia tak menyua-nyiakan waktu yang di beri sang maha pencipta untuk bisa bersujud. Meski rasa lelah dan letih hinggap di sekujur tubuhnya Zahra berlalu mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibannya. " Dari mana kamu ?" Tanya paman Edo yang tadi sore baru kembali dari Sulawesi. " Oh...itu tadi ... " Zahra berbicara sambil terbata-bata karena bingung apa yang harus ia jelaskan. Mulutnya seraya terkunci dan otaknya mendadak mengerem untuk memerintahkan mulut supaya tidak mengeluarkan sepatah kata pun. " Kamu bisa membohongi ayahmu sendiri tapi tidak denganku " Edo berbicara sambil berlalu meninggalkan Zahra yang masih diam mematung dan belum membuka mukenanya. Sang paman berlalu dan menemui kakaknya yang tak lain ayah Zahra. " Kau membebaskan Zahra ?" Tanya Edo sambil d
Hari Edo kembali ke kesatuannya untuk melaksanakan tugasnya memimpin rapat pembentukan Panitia peserta anggota TNI yang baru. Edo memimpin rapat dengan menunjuk orang-orang yang di anggap berkompeten dalam melaksanakan tugas. Para panitia pun menyetujui hasil rapat kali ini dan menanda tangani berkas yang ada tanda sanggup menjalankan tugas. " Ingat dokumen administrasi semuanya harus lengkap !" Edo kembali mengingatkan para panitia yang telah di bentuknya. " Dan jika nanti sudah banyak yang mendaftar ! Seleksi semuanya dan loloskan mereka yang benar-benar memenuhi kriteria. Waktu menunjukkan sudah masuk waktu Dzuhur dan Edo pun membubarkan rapatnya. _-_-_- Rama di sibukkan dengan kegiatan tambahan barunya yakni mencari orang yang terbiasa dengan membangun rumah dari nol hingga ia akhirnya bertemu dengan Pak Rudi salah satu
Hari Minggu pun tiba dengan latihan bertemakan " berenang " Ridwan sedari shubuh sudah menyiapkan menu masakan simple untuk di bawa bekal nanti. Sementara Albi lebih sibuk berlatih dengan menggunakan burble buatannya sendiri. Dari hari ke hari lengan Albi menjadi terlihat lebih berotot. Terkadang jika sedang di berlatih di taman.Alvi lebih memilih pull up bergelantungan di pohon. Badan Albi kini menjadi lebih tegap berbeda saat pertama kali ia bertemu dengan Zahra di mana kulitnya yang masih terlihat bersih bahkan tidak ada warna coklat yang terbakar matahari. " Bi...kamu yang bawa ya !" Ridwan menyodorkan tas yang berisi makanan untuk santap siang mereka di sana. " Hmmm..." Jawab Albi ringan. Zahra sudah datang terdengar dari suara deru motornya. " Simpan motormu di sini saja !"
Edo sang paman melihat Zahra dari seberang jalan saat Zahra,Ridwan dan Albi keluar dari area kolam renang. Tampak jelas dari raut wajah sang paman yang merasa tidak senang ketika Zahra berjalan di apit oleh dua lelaki. Edo hanya berdiam diri saja melihat Zahra dan kedua teman pria nya sedang menaiki angkutan umum. Edo mengikuti mereka bertiga tanpa sepengetahuan Zahra. Saat Zahra bersama kedua temannya sudah sampai di depan kostan sang paman masih dengan posisi mengintai memantau Zahra. Di lihatnya Zahra sangat akrab dengan kedua teman laki-lakinya kemudian Zahra pun pamit undur diri pada Albi dan Ridwan dan langsung menyalakan mesin motornya berlalu meninggalkan mereka . Edo masih dengan setia membuntuti Zahra dari belakang dan setelah setengah jalan menuju rumah barulah sang paman membunyikan suara klakson motornya. Zahra
Usai latihan bersama Zahra,Albi merebahkan tubuhnya di atas tanah. " Cape...." Albi berkata sambil menatap langit sore. " Ini...minumlah " Zahra menyodorkan botol air minum. " Terima kasih " jawab Albi tulus. Albi bangkit sejenak dari rasa nyamannya menggeletakan diri di atas tanah kemudian ia meneguk air minum yang di berikan Zahra. Dahaganya seketika hilang tapi dahaga akan kerinduan dengan sosok keluarga kandungnya tidak bisaiabendung lagi. Banyak pertimbangan jika Albi harus menemuinya sekarang mengingat kondisi nenek,paman,bibi juga Hari dan Tia yang merupakan keluarga dekat sang ibu bisa saja mengusiknya menjadi lebih dari ini. Hari,Ningsih,Supri,Andi,Rika dan Tuti merupakan saudara kandung ibuku ! Mereka terlahir dari rahim yang sama tetapi saat di lahirkan kedunia tentu saja karakter mereka berbeda.
Tiga hari lagi daftar ulang para peserta calon anggota Bintara akan di buka dan Albi pun bersiap-siap mengumpulkan berkas yang akan di bawanya nanti. Albi masih di sibukkan dengan kegiatannya menjadi kuli bangunan. Hari ini tidak seperti biasanya Pak Rudi mengumpulkan semua pegawainya termasuk Ridwan dan Albi. " Ridwan dan Albi kalian pindah ke tempat yang baru" Pak Rudi memberi perintah. Tak ada bantahan baik dari Albi ataupun Ridwan keduanya hanya bisa manut jika masih menginginkan pundi-pundi rupiah masukke kantong mereka. Rumah yang akan di bangun kali ini milik Edo yang tak lain paman dari Zahra. Saat jam istirahat berlangsung Edo meninjau langsung lokasi yang akan di jadikanya hunian dan beberapa petak kontrakan. Edo melihat jelas sosok Albi dan Ridwan yang tempo hari ia lihat bersama dengan Zahra.