Author’s POV
“Aku sedang tidak tertarik dengan siapapun. Lagipula aku tidak keberatan jika aku benar-benar ditakdirkan untuk sendirian,” ujarnya dengan lempeng sembari menyenderkan dirinya dan melipat tangannya,
Adrian tersenyum mendengarnya,”Kamu benar-benar mandiri ya sepertinya,” ujar pria itu yang langsung diangguki oleh gadis itu,
“Aku akan sangat senang jika kamu memujiku seperti itu,” ujarnya yang membuat pria itu tersenyum miring,
“Lalu bagaimana jika ada seorang pria yang tertarik kepadamu? Apa kamu akan tetap pada pendirianmu itu?” tanya pria itu membuat gadis itu berpikir jika apa yang dimaksudkan Adrian adalah Alex, padahal yang dimaksudkan pria itu adalah dirinya sendiri,
“Ya tergantung… kalau aku tidak menyukainya, aku akan menolaknya,” ujar gadis itu dengan santai. Hal itu membuat pria itu semakin menatapnya dan memandangnya sejenak,
&ldq
Author’s POV“Apa?” tanya gadis itu dengan ketus. Alex masih menatapnya dengan lekat, mempersiapkan dirinya untuk berkata-kata kepada Naomi,“Apa saja yang kamu dan Adrian bicarakan tadi?” tanya pria itu dengan penasaran. Pria itu tidak dapat menahan rasa penasarannya terhadap apa yang gadis itu dan Adrian lakukan dan obrolkan. Naomi tampak tersenyum nyaman kepada Adrian, berbeda dengan dirinya yang selalu saja ketus dan ia sangat jarang melihat Naomi bisa tersenyum seperti itu.Mendengar pria itu yang menanyakan hal tersebut, Naomi langsung teringat akan pesan Adrian untuk merahasiakan semuanya dari pria itu. Naomi memasang ekspresi datarnya untuk menjawab pertanyaan pria itu,“Hmm… tidak ada. Hanya mengenai pekerjaan aja sih,” kilah gadis itu yang kurang dipercayai oleh Alex. Pria itu menilik gadis itu, mencari celah di matanya mengenai apa yang baru saja ia katakan. Alex ingin tahu apa y
Author’s POVGadis itu mengabaikannya karena ia berpikir jika itu adalah dari Alex. Ia memutuskan untuk terus mengeringkan rambutnya dan tidak lama kemudian ponselnya berdering. Dengan malas, ia meletakkan hairdryernya dan mengambil ponselnya tanpa melihat siapa yang sedang memanggilnya,“Kau selalu mengangguku, bukankah kau sendiri yang menyuruhku untuk beristirahat?”“Apa aku ada ngomong seperti itu?” tanya Adrian dengan bingung. Gadis itu melepaskan ponselnya dari telinga kanannya dan melihat nama Adrian di layar ponselnya.“Ah! Sorry! Aku kira temanku,” ujarnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Gadis itu merasa bersalah hingga ia menggigit bibirnya, menunggu respon Adrian kepadanya,“Apa aku benar-benar mengganggumu?” Dengan cepat, gadis itu tertawa garing dan menggelengkan kepalanya,”T-tidak kok, hahahah. Beneran tadi aku
Author’s POV“Pura-pura pacaran?!” pekik Seira yang untungnya seisi restoran tidaklah ramai sehingga Seira tidak menjadi pusat perhatian orang sekitar. Naomi menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, meminta sang kakak untuk tidak menarik perhatian orang-orang sekitar.“Kak, pelan dikit suaranya napa...” protes gadis itu yang dikekehin oleh Seira,“Maaf maaf, aku keceplosan. Lebih tepatnya aku terlalu kaget dengan hal ini,” ujar Seira dengan cengiran yang tidak bisa ia bendung,Naomi menghela nafasnya sembari menyenderkan dirinya. Baru 4 hari ia bekerja di perusahaan itu dan sudah banyak saja hal yang terjadi. Dimulai dari pertemuannya dengan Alex hingga sekarang ia pun menjadi pacar bohongannya Adrian.Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hari kedepannya, tapi ia harap tidak ada lagi hal aneh yang terjadi di kemudian hari.Ia harap sih begitu,“Pertama pak Alex, dan sek
Author’s POV“Darius, ini Naomi,”“Naomi, ini Darius,”Darius menggantungkan tangannya di udara sebagai bentuk perkenalannya kepada Naomi,“Salam kenal,” ujar gadis itu sesudah ia menggenggam tangan pria itu dan menguncangkannya,“Baik pak, saya permisi dulu,” Darius yang diangguki oleh Alex. Mata Naomi mengekori pria itu yang dengan sopan keluar dari ruangan Alex. Begitu Darius keluar, matanya kembali kepada Alex yang masih menatap kepergian Darius,“Sekretarismu?” ujarnya yang kemudian ia menepuk bibirnya karena berbicara tidak formal kepada Alex.“Umm… maksud saya, apa itu sekretaris Anda, pak?”“Ya…” ujar pria itu mengangguk. Alex mengambil tempatnya untuk duduk di sofa, dan memberikan aba-aba kepada gadis itu untuk menjelaskan apa saja yang ia lakukan hari ini dan progress seperti apa yang sudah ia kerja
Author’s POVAlex mulai membuka matanya dan menemukan dirinya yang Hltertidur di pangkuan Naomi. Ia mulai bangkit dari tempatnya dan menatap Naomi yang juga sudah ketiduran. Ia menatap arlojinya yang mana waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Sudah sekitar 2 jam keduanya tertidur pulas dan sekarang ini baru Alex yang terbangun.Ia menatap Naomi yang masih tertidur, ia ingin membangunkannya namun ia tidak tega karena gadis itu tidur terlalu lelap. Sebagai gantinya, ia mengambil ponselnya untuk memotret gadis itu yang sedang tidur. Namun sialnya, ia lupa mematikan flash sehingga gadis itu terbangun karena flash ponsel miliknya.Alex buru-buru meletakkan ponselnya di sakunya dan bersikap seakan tidak ada yang terjadi. Sementara itu, Naomi baru saja bangun dan melihat Alex yang juga sudah bangun,“Jam berapa sekarang?” ujarnya yang kemudian merenggangkan tubuhnya yang pegal-pegal/“Jam 8 malam,” pungkas p
Author’s POVAlex menahan dirinya untuk terus tetap tenang karena sedari tadi Benny belum membuka suaranya. Saat ini keduanya masih berada di meja makan, yang mana semua orang meninggalkan keduanya untuk berbicara empat mata. Ini merupakan permintaan langsung oleh Benny ketika semuanya hendak meninggalkan meja makan.“Nak Alex,” panggil Benny kepada Alex untuk pertama kalinya setelah beberapa menit kecanggungan menghiasi atmosfer keduanya. Alex mengalihkan pandangannya kepada Benny yang terlebih dahulu menatapnya,“Ya om…” jawabnya dengan sopan.“Apa kamu… maksud saya, bagaimana tanggapanmu mengenai Naomi? Menurut kamu, Naomi itu seorang gadis yang seperti bagaimana?” tanya Benny tanpa melepaskan pandangannya kepada Alex.Mendengar pertanyaan yang seperti itu, pria itu tersenyum simpul. Ia menjawabnya seolah-olah Naomi ada di depannya, “Menurut saya, Naomi adalah gadis y
Author’s POVSaat ini, Naomi dan Alex baru saja selesai mengisi perut mereka. Alex mengajak Naomi untuk dinner bersama setelah tanpa sengaja di tengah perjalanan terdengar suara perut Naomi yang nyaring bunyinya.Jika Naomi memikirkannya kembali, hal itu sangatlah memalukan.Gadis itu memutuskan untuk menunggu pria itu selesai makan untuk membicarakan sesuatu yang menurutnya penting untuk pria itu ketahui,“Kemarin ngomong apa saja sama ayahku?” tanya Naomi setelah seharian penuh ia menahan dirinya untuk bertanya kepada Alex. Memang, ia mendengar semua percakapan Benny dengan Alex kemarin, tapi kali ini ia mau melihat apa yang menjadi respon Alex setelah apa yang telah diberitahu sang ayah kepadanya,“Hmm… hanya obrolan biasa. Ya kalau di bilang sih seputar pekerjaan dan kehidupan pribadi saja,” ucapnya dengan enteng,Gadis itu melipat tangannya sembari menyenderkan tubuhnya dan menyilang
Naomi’s POVAku melangkah dan meletakkan asal tasku lalu aku duduk di ranjangku. Aku memikirkan apa saja yang sudah terjadi hari ini. Entah mengapa aku merasa aku mengacaukan segalanya hari ini. Aku membuka blazerku dan melemparnya dengan asal, lalu aku berbaring di ranjangku.Aku memeluk gulingku seakan-akan aku sedang memeluk seorang yang kucintai. Semuanya baik-baik saja sebelum mulutku berkata sesuatu yang menyakitkan. Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri dan terus menerus aku bergumul karenanya.Aku kembali bangkit lalu mengambil handukku untukku mandi. Aku rasa aku butuh menyegarkan diri untuk sementara waktu. Aku berjalan ke kamar mandi dan mulai membuka bajuku. Aku menyikat gigiku sebentar. Setelahnya, aku membuka shower untukku membasahi tubuh polosku.Pikiranku selalu kembali ke masa tadi, saat aku berkata sesuatu yang sangat bodoh. Aku merasa terganggu dengan diriku sendiri. Haruskah aku meminta maaf kepada Alex setel