Author’s POV
Dengan penampilan yang sudah begitu rapi, gadis itu melihat arlojinya. Seharusnya sebentar lagi Adrian akan datang menjemputnya. Gadis itu memeriksa ponselnya ketika ia mendengar sebuah pesan masuk dan ternyata pesan tersebut dari Adrian.
Adrian: ‘Aku sudah di luar,’
Ia membuka gorden jendela kamarnya dan melihat Adrian yang sedang berdiri di luar mobilnya. Dengan cepat, gadis itu buru-buru keluar dari kamarnya dan melangkah keluar dari rumahnya untuk menghampiri Adrian. Karena terlalu cepat berjalan, ia tersandung batu yang membuatnya kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh jika Adrian tidak menahannya.
Tangan kekar pria itu menahan gadis itu. Setelah menyadari betapa canggungnya dirinya sendiri, gadis itu menegapkan kembali tubuhnya dan berterimakasih kepada pria itu yang sudah menolongnya,
“Terima kasih telah menolongku,” ujar gadis itu dengan senyum simpulnya,
Author’s POVAkhirnya setelah kisaran 45 menit, keduanya sampai di gedung megah yang merupakan tempat mereka bekerja. Adrian mengendarai mobilnya hingga ke basement dan setelah mereka sampai, keduanya langsung keluar dari mobil. Tidak berselang lama, sebuah mobil yang tidak asing bagi keduanya ikut masuk ke dalam basement dan berparkir tidak jauh dari mobil Adrian.Naomi mengetahui pemilik mobil itu, maka dari itu ia memutuskan untuk tidak menolehkan dirinya walaupun ia sangat ingin melihat Alex keluar dari mobil tersebut. Adrian dan Naomi berjalan menuju lift, menunggu giliran mereka untuk masuk ke dalamnya.Sebisa mungkin Naomi menahan dirinya untuk tidak menoleh kepada Alex yang saat ini tengah berada tepat di belakangnya. Jantungnya berdebar begitu kencang karena hawa keberadaan pria itu sangat ketara baginya. Ia penasaran bagaimana dan ekspresi apa yang pria itu berikan kepadanya setelah apa yang sudah ia katakan kepada Alex sebelumny
Author’s POVNaomi menghela napasnya. Ia tengah menatap dirinya di pantulan cermin. Tidak ada kebahagiaan atau senyuman yang bisa ia berikan kepada dirinya sendiri. Minggu ini akan menjadi minggu yang berat untuknya. Ia masih memikirkan hutang yang jatuh tempo pada minggu ini. Ia masih belum mendapatkan uang apapun meskipun belakangan ini penjualan sang ayah memiliki omset yang semakin tinggi.Namun uang itu tidak cukup untuk membayar hutang yang minggu ini akan ditagih. Sebenarnya bukan ini saja hutang sang ayah, masih ada hutang lainnya diluar sana yang harus ia bayar sedikit demi sedikit menggunakan uangnya dan uang sang ayah. Gadis itu memegang kepalanya dan memijat pelipisnya. Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah membayar hutang tersebut dengan uang yang ada.Ia tidak mungkin meminta lagi bantuan kepada Seira karena beberapa hutang mulai lunas karena bantuan Seira dan suaminya. Naomi menegapkan tubuhnya, memerhatikan penampilannya
Author’s POVAdrian memperhatikan gadis itu, meskipun ia hanya melirik-lirik saja, ia sudah mengerti jika gadis itu tidak nyaman dengan pembicaraan ini. Maka dari itu pria itu memutuskan untuk menghentikan percakapan ini karena mungkin saja gadis itu belum siap untuk menceritakan apapun kepada pria itu.“Tidak usah dipaksakan...” ujar Adrian kepada gadis itu. Naomi menoleh kepada Adrian sebelum ia menunduk sejenak dan meluruskan pandangannya ke jalanan yang sebentar lagi akan sampai ke rumahnya,“Maaf… aku memang belum siap menceritakannya kepada siapapun…” ujar gadis itu sembari menunduk. Adrian mengendarai mobilnya hingga keduanya sampai di depan rumah Naomi. Sementara mobil sudah berhenti di depan rumahnya, gadis itu masih menunduk, bingung bagaimana ia harus pamit dari pria itu dan berterimakasih seperti biasanya karna sudah mengantarnya kembali ke rumahnya.Adrian melepas seatbeltnya dan ia
Author’s POVGadis itu masuk ke dalam rumahnya dan terus memanggil sang ayah. Hingga, ketika Benny keluar, gadis itu langsung memeluknya dengan rasa khawatir. Benny terlihat kebingungan dengan tingkah sang anak yang absurb sekali dan susah ia tebak. Biasanya Naomi tidak pernah bersikap berlebihan seperti ini kepadanya,“Ada apa, Naomi… kenapa kamu kayaknya khawatir begitu?” tanya Benny ketika ia masih dalam pelukan gadis itu. Tidak lama setelah sang ayah bertanya seperti itu, gadis itu melihat-lihat kondisi sang ayah yang masih baik-baik saja. Dalam hatinya, ia merapalkan rasa syukurnya karena sepertinya tidak ada yang terjadi kepada sang ayah meskipun ia sudah berpikir kemana-mana.“Ayah baik-baik saja kan? Tidak ada yang menganggu ayah saat ayah berjualan kan?” tanya gadis itu dengan khawatir. Benny hanya menggeleng, menandakan memang tidak ada yang terjadi terhadap sang ayah.“Kamu kenapa bisa
Author’s POVHari ini adalah hari terakhir Adrian berada di kantor. Aku dan rekan-rekan kami lainnya memutuskan untuk berpesta kecil-kecilan seperti karokean dan makan di restoran korea. Kami pun berkumpul, dimulai dari Wulan hingga ke Seira yang sebenarnya sangat jarang untuk ikut acara beginian. Namun Karena Naomi meyakinkannya dan terus mendorongnya untuk ikut, akhirnya pun ia luluh dengan syarat suaminya harus mengetahui kepergiannya,Dan bingo! Suami kak Seira menyetujuinya dan akhirnya ia pun ikut bersama dengan Naomi dan teman-temannya. Begitu mereka sampai di ruang karaoke mereka dengan asik. Kali ini giliran Wulan dan Lilis yang berduet bersama. Yang lain, seperti Randy dan Bagas, mereka seakan sangat antuasia menunggu giliran mereka. Sementara itu, Seira dan Adrian tampak diam saja menatap keduanya dan yang lainnya yang tengah menghayati lagu yang sedang mereka nyanyikan.Sementara Naomi, ia asyik dengan lagu yang diputar Wulan d
Author’s POVNaomi memutuskan untuk tidak ikut bermain di truth or dare yang sekarang ini sedang dimainkan. Mereka menggunakan botol untuk mereka putar, yang nantinya botol tersebut akan menunjuk orang yang akan menjadi korban truth or dare. Dengan semangat, pria berkulit sawo matang itu ---- Bagas, memutar botol kaca itu dan semua mata tertuju kepada siapa yang akan ditunjuk botol tersebut,Dan ketika putaran botol itu melambat, akhirnya orang pertama yang menjadi korban truth or dare adalah Wulan. Wulan terlihat takut jika ia harus disuruh untuk melakukan hal yang konyol. Maka dari itu, ia memilih truth. Dan karena Bagas yang memutar botolnya, Bagaslah yang akan menentukan pertanyaan yang harus di jawab olehnya,“Diantara semua lelaki yang ada disini, kalau bisa memilih, siapa yang akan kau pilih sebagai pacarmu?” tanya Bagas dengan seru. Wulan melihat sekelilingnya, terdapat Randy, Bagas dan Adrian. Tanpa berpikir panjang, i
Author’s POVHari ini adalah hari Sabtu, saatnya untuk weekend. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Setelah seminggu bertemu hanya saat antar-jemput, kali ini adalah kali pertama kali keduanya berkencan bersama. Adrian sudah mantap dengan baju polonya dan jeans yang menambah kesan santai untuknya. Sementara Naomi, ia memilih memakai bomber dengan tank top hitam di dalamnya, beserta dengan celana jeans hitam yang terpadu sempurna oleh warna tank topnya.Gadis itu tidak terbiasa memakai dress. Bahkan ia sempat bertanya kepada Adrian, apakah boleh jika dirinya hanya memakai pakaian casual saat mereka bersama. Adrian menjawab jika ia tidak mempermasalahkan pakaian apapun yang dikenakan gadis itu karena ia yakin pakaian apapun yang gadis itu pakai, hal itu tidak akan melunturkan kecantikannya.Naomi keluar dari rumahnya ketika ia Adrian menghubunginya jika ia sudah berada di depan rumah gadis itu. Kali ini mereka pergi ke Seaworld Ancol. Gad
Author’s POV“Oh iya, aku selalu lupa menanyakan ini kepadamu,” ujar pria itu sebelum dia menyeruput jus mangganya,“Apa itu?”“Bagaimana dengan Bunga? Apa dia sering nge spam dirimu?” tanya pria itu sebelum dia menyelesaikan makanannya. Naomi mengingat-ingat masa dimana Bunga untuk pertama kalinya mengirim pesan kepadanya beberapa hari yang lalu. Keduanya semakin dekat karena hampir setiap malam mereka saling mengobrol.“Aku baik-baik saja kok dengan dia. Dia juga enggak nge spam aku… mungkin karena aku langsung menjawab pesannya makanya dia ngga nge spam aku,”“Mungkin kamu benar… aku selalu sibuk dengan pekerjaanku hingga aku sendiri tidak menghiraukan pesannya,” Mendengar itu, gadis itu mengibaskan tangannya,“Hei! Gak boleh seperti itu! Selagi bisa dihubungi, layani saja Bunga itu…”“Tapi kan di rumah juga aku