Share

Chapter 3 (Rahasia di Villa)

Malam itu juga aku melahirkan putra kami. Beruntung kami memiliki sopir yang  sangat cekatan membantuku dan mama mertua dengan mengantarkan kami ke rumah sakit.  Mas Akram datang menampakkan wajah tak bersalahnya di hadapanku tepat setelah tiga hari kelahiran Zubair. Aku pun seolah tak punya tenaga untuk mengajaknya berdebat. Aku masih terlalu lelah setelah melahirkan dengan jalan operasi caesar, karena ternyata air ketubanku sudah benar-benar kering sementara pembukaan pada  jalan lahir tak mengalami peningkatan sama sekali. 

“Maaf,” ucap suamiku saat mata kami saling berserobok. Aku bergeming, tak berminat untuk membahas kejadian malam itu. Suasana hatiku pun sedang tidak baik-baik saja. Aku berusaha agar tidak terserang baby blues seperti yang dikhawatirkan sebagian besar perempuan di dunia ini. Dengan tetap berpikiran positif, kucoba untuk mengendalikan diri ini. 

“Malam itu mas berenang di villa. Mas baru pulang menemani Fara ke acara pesta pernikahan sahabatnya tepat setelah kami tiba di sana.”

Kutajamkan pendengaranku dan menyimak apa yang sedang diceritakan oleh suamiku. Tentu saja aku penasaran atas apa yang terjadi di antara mereka berdua. Rupanya perkiraanku tidak meleset, suara gemericik air yang terdengar malam itu berasal dari air kolam renang. Untuk apa suamiku berenang di saat larut malam seperti itu? 

“Mas sebenarnya dua hari ini demam, maaf kalau mas 'gak buru-buru pulang saat dengar kamu melahirkan.”

Jadi, dia sudah mendengar kabar kelahiran putranya tepat saat aku melahirkan? Luar biasa sekali, bahkan dia tidak sempat untuk sekedar menghubungiku melalui panggilan telepon sama sekali. 

“Iya, Mbak. Maaf ya. Malam itu aku dijebak sama teman-teman.” Tiba-tiba saja Fara bersuara dari depan pintu ruang perawatan di rumah sakit. Sejak kapan dia berada di sana? Sungguh aku tak menyadari kehadirannya. 

“Dijebak?” tanyaku sambil mengernyit. Kulemparkan pandangan ke arah suamiku. Dia tidak menyadari sama sekali bahwa aku sedang memandanginya untuk mendapatkan jawaban dari apa yang baru saja kudengar melalui mulut adik iparku. Kulihat Mas Akram menggeleng samar ke arah di mana Fara sedang berdiri, seolah memberikan isyarat agar perempuan itu tak meneruskan penjelasannya. Namun, sepertinya Fara tak mengindahkan isyarat dari Mas Akram. 

“Teman-teman memasukkan obat perang**** ke dalam minumanku, Mbak.”

Sepertinya aku mulai tertarik untuk tahu lebih jauh dengan perbincangan ini. Tak peduli jika apa yang akan kudengar nantinya akan menyakitkan. 

“Fara!” ucap suamiku menginterupsi. 

Perempuan itu mengembuskan napas kasar saat suamiku menghentikan ucapannya, “Mas kok ngebentak aku!” ucapnya dengan wajah kesal, sementara Mas Akram justru memalingkan wajah ke arahku dan mengabaikan kekesalan yang ditunjukkan oleh adiknya.

“Sudahlah, kamu istirahat saja. Fara baik-baik saja, jangan khawatir,” ucap Mas Akram seolah aku sangat cemas dengan keadaan adik kesayangannya itu. 

Suara tangisan bayi kami memecahkan keheningan yang berlangsung beberapa detik. Senyum bahagia tergambar jelas di wajah suamiku kala mendengar tangisan putra kami untuk pertama kali baginya. Dia berdiri menghampiri ranjang bayi yang berada di sisi brankar tempatku menjalani pemulihan pasca operasi. 

“Anak ayah kenapa? Haus?” ucapnya dengan lembut sambil membelai pipi chubby milik buah cinta kami menggunakan punggung jari telunjuknya. 

“Zubair?” Suamiku mengernyit saat melihat nama yang tertulis di ranjang bayi milik putra kami.

“Mama yang ngasih nama. Buat sementara aja, Mas. Soalnya nunggu kamu tiga hari 'gak muncul-muncul.  Namanya boleh diganti kok.” Sengaja aku menyindir ketidakhadirannya selama tiga hari ini. Tak sekalipun kulihat perubahan di raut wajah suamiku. Itu artinya dia tidak keberatan dengan nama yang diberikan mama mertua kepada putraku. 

“Kesannya tua banget ya?” ketus Fara. 

“Maksudnya?” tanyaku kemudian. 

“Ya nama anakmu lah, Mba. Kesannya tua banget." 

“Ga masalah, selagi maknanya baik. Lagipula itu nama salah satu sahabat Nabi,” jawabku dengan santai. Percuma jika aku mendebat perempuan ini, yang ada nantinya aku yang akan disudutkan. Fara memutar kedua bola matanya. Tak sekalipun dia ingin menyentuh keponakan barunya. Perempuan itu tetap berdiri di muara pintu sambil memainkan kuku-kuku panjangnya yang dibalut pewarna. Dia memang pandai merawat tubuh meski usianya sudah kepala tiga, tapi masih terlihat seperti gadis usia dua puluhan. Sayangnya perempuan itu justru tak bisa merawat mulutnya untuk tidak mengucapkan kata-kata yang menyakitkan. 

“Mas, aku capek.” Fara mendekati suamiku dan menggenggam serta menarik-narik tangan pria itu.

“Sebentar, mas masih kangen sama anak mas,” jawab suamiku dengan lembut sambil mengacak puncak kepala adik kesayangannya. 

“Kalau gitu, aku pulang sendiri aja," ketus adik iparku. Tak sadarkah dia bahwa posisinya saat ini tak jauh lebih penting dari aku dan putraku bersama kakak kandungnya itu?

“Jangan, sebentar lagi mas selesai. Mas yang akan mengantar kamu pulang.”

Ya Allah, drama apa lagi ini. Setelah kejadian malam itu yang hingga saat ini masih membuatku penasaran, sekarang sikap Mas Akram terhadap adiknya  jauh lebih posesif dari pada sebelumnya.  Fara menghentakkan kaki dan berniat meninggalkan kami. 

“Fara! Dengarkan mas. Mas 'gak mau kamu dicelakakan orang lagi.”

Fara menghentikan langkahnya kemudian membalikkan tubuh, “Aku capek, mas. Rasanya tubuhku belum pulih setelah kejadian malam itu. Aku mau  pulang dan tidur,”

Aku mengamati perbincangan kedua orang itu seperti seorang penonton yang menyaksikan sebuah pertunjukan drama. Mereka nampak seperti pasangan kekasih yang sedang bertengkar. 

“Sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian?” tanyaku penasaran. 

“Sudahlah, 'gak terjadi apa-apa. Aku hanya menjaga Fara dari tindakan iseng teman-temannya,” sangkal Mas Akram. Namun, sepertinya Fara sengaja berniat membocorkan rahasia malam itu. 

“Aku mabuk dan dijebak meminum obat perangsang, Mba. Mas Akram yang nyelamatin aku.”

Aku masih menyimak dengan terus memokuskan pandangan ke arah adik iparku, menunggu dia menyelesaikan ceritanya meski kudengar Akram berusaha untuk menghentikan ucapan adiknya. 

“Mas Akram menceburkan diri bersamaku ke dalam kolam renang. Katanya supaya reaksi obat itu lebih cepat hilang.”

Oh, begitu rupanya. Aku sedikit tenang mendengar pengakuan adik iparku. Menurutku, tindakan yang dilakukan Mas Akram merupakan keputusan tepat. Tak kubayangkan jika reaksi obat itu tetap memengaruhi akal sehat Fara sementara  hanya ada Mas Akram di sampingnya. Meskipun mereka berdua adalah saudara kandung, bisikan setan tentu akan memperkuat reaksi obat itu. 

“Di luar dugaan. Bukannya menyelamatkan, keputusan Mas Akram justru membuatku nyaris hipotermia karena suhu dingin. Mau 'gak mau Mas Akram membantuku ke kamar dan mengganti pakaian basahku dengan pakaian yang lebih hangat."

Sungguh! Aku tak ingin berpikiran yang bukan-bukan. Tapi penjelasan Fara membuatku terganggu. Aku benci dengan pikiranku sendiri. 

“Fara!  Ayo pulang." Mas Akram bergegas bangkit menghampiri adik kesayangannya. Sungguh aku penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Namun, aku memutuskan untuk seolah tak acuh dan tak terpengaruh dengan cerita Fara.

Tatapan mata Fara nampak protes saat pergelangan tangannya dicengkram oleh Mas Akram yang berusaha membawanya ke luar ruangan. 

“Mas nanti akan ke sini lagi,” ucap suamiku. 

Ucapannya tak kuiyakan sama sekali. Toh, meski aku memintanya untuk tetap bertahan di sini, keputusan selalu ada di tangannya. Kedua kakak beradik itu melangkah menjauh. Namun, masih bisa kudengar perdebatan di antara mereka bedua. 

“Kenapa sih, Mas? Apa yang salah sama penjelasanku.” 

Samar kudengar Fara berbicara pada suamiku. Aku kembali menajamkan pendengaran. Beruntung Zubair sudah tak menangis lagi. Bayi lucu itu memang tak terlalu rewel. 

Kudengar Mas Akram membalas ucapannya dengan kalimat bisikan yang sulit kuterjemahkan. 

“Loh, apa salahnya dia tau kalau Mas malam itu tidur denganku, lagi pula saat itu cuma Mas yang bisa meredakan penderitaanku. Untung saja bukan laki-laki lain yang berhasil meniduriku, 'kan!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status