Share

Perjodohan Maira

Penulis: Nurmoyz
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-20 10:08:55

Hari ini Safiyya menyusuri seluruh sudut kota Yogya. Sesekali wanita berkulit kuning langsat itu menyeka peluh di dahinya. Dia yang masih tampak cantik dengan seragam hitam putih, menarik napas lelah. Amplop coklat yang digenggamnya pun diletakkan di atas kepala untuk melindungi wajahnya dari sengatan sinar matahari.

Sudah sejak pagi Safiyya kesana-kemari mencari pekerjaan. Berharap ada satu perusahaan yang bersedia mempekerjakan dirinya sebagai karyawan magang. Tapi, hari sudah menjelang sore tak ada tanda-tanda dia akan berhasil. Semua tempat yang didatanginya sedang tak membutuhkan karyawan magang seperti dirinya.

Tiba-tiba dering suara ponsel terdengar dari dalam tas, tertera nama Maira di layar. Safiyya berhenti dan memutuskan duduk di depan sebuah mini market, kemudian mengangkat panggilan itu.

"Assalamualaikum, ada apa, Mai?" tanyanya pada orang di seberang.

" ......"

"Aku di jalan, lagi nyari lowongan buat magang, kenapa?"

" ......"

"Di mana? Kamu kirim lewat chat aja alamatnya. Biar aku yang nyamperin kamu." Sambungan terputus setelah itu.

Bergegas Safiyya mencari angkot setelah Maira mengirim alamatnya. Sekitar lima belas menit akhirnya dia sampai di sebuah Cafe kawasan Kaliurang. Begitu masuk suasana fancy dan premium langsung menyambutnya. Coffee shop satu ini sangat pas untuk disinggahi. Mengadopsi konsep khas Spanyol dan Latin. Dekorasi dan interiornya pun memiliki urban style yang sederhana namun terlihat elegan. Tempat ini juga tak kalah cocok untuk bertemu klien, mengerjakan tugas, atau nongkrong sambil ngopi bersama para sahabat.

Ketika masuk Maira sudah menunggunya di sudut ruangan. Wanita yang tampak cantik dengan balutan gamis berwarna nude berpadu hijab nevy itu melambaikan tangannya begitu melihat kehadiran Safiyya.

"Sorry lama." Safiyya menyambar Lychee tea Maira dan menenggaknya hingga tandas. tak memedulikan orang di depan sekarang tengah menatapnya dengan wajah protes. Setelah itu ia langsung duduk di hadapan Maira tanpa menunggu persetujuan sahabatnya.

"Ada apa?" sambung Safiyya sembari menyeka kasar sudut bibirnya yang basah terkena minuman. Ada hening sejenak karena Maira tak langsung menjawab pertanyaan itu. Safiyya mengangkat alis ketika Maira menghembuskan napas berat. Ia hafal sekali kebiasaan sahabatnya tersebut. Jika Maira menampakkan raut putus asa seperti itu, sudah tentu ia tengah ada masalah yang mengganggu pikirannya.

Maira paham Safiyya mungkin tengah kelaparan. Ia pun memutuskan lebih dulu memanggil pelayan sebelum sang sahabat mengeluh ini itu. "Kamu mau pesan apa, Saf?" tanya Maira begitu pelayan sudah ada di depan mejanya.

"Emmm ... Spaghetti Con Pesto aja deh sama peach tea." Setelah pelayan pergi, Dua wanita itu kembali dengan pembicaraan serius mereka.

"Ada masalah apa?" ulang Safiyya. Maira tak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Dia sibuk menyusun kalimat yang akan diucapkan pada wanita di depannya. Maira menatap Safiyya lekat-lekat. Ada perasaan ragu di hatinya. Tapi ia tak memiliki pilihan lain selain meminta tolong pada Safiyya. Walau dirinya juga tak bisa jamin sahabatnya bisa membantu, Maira tetap akan berusaha.

"Emmm ... aku mau kamu gantiin aku ketemu calon suami aku," ucap Maira tanpa basa-basi.

Safiyya yang mendengar kalimat enteng itu meluncur dari bibir Maira, hanya bisa terpaku sembari mengarahkan tatapan tak percaya.

"Bentar-bentar … sejak kapan kamu punya calon suami? Kok kamu nggak cerita sama aku?"

Maira memutar mata bosan mendengar pertanyaan Safiyya. "Udah deh jangan bahas itu dulu. Yang penting kamu mau apa nggak?"

"Ya nggak mau lah. Males banget. Nanti kalau ketahuan gimana? Bisa runyam urusannya. Hidup aku udah terlalu runyam saat ini. Jadi nggak perlu lagi kamu tambahin. Ini aja masih pusing mikirin tempat magang sama skripsi. Pake ditambah masalah begituan," grutu Safiyya.

Obrolan dua wanita itu terhenti ketika seorang pelayan datang mengantarkan pesanan.

"Please, Saf. Kali ini aja bantuin aku, ya?" rengek Maira begitu pelayan pergi.

"Nggak. Aku bilang nggak ya enggak," jawab Safiyya tegas. Wanita itu lebih memilih melahap makanan di depannya tanpa mempedulikan Maira yang terlihat putus asa.

"Kamu jahat banget, ya, sama aku," lirih Maira dengan wajah ditekuk.

"Bodo amat," jawab Safiyya tanpa menghentikan aktivitasnya makan. Terjadi keheningan setelah itu.

Maira tak kunjung membuka percakapan lagi. Ia tahu memaksa Safiyya menolongnya untuk masalah seperti ini jelas tak akan mudah, sahabatnya ini sangat keras kepala. Dengan wajah murung dan putus asa ia terus memikirkan masalah perjodohan itu. Maira bahkan belum pernah bertemu laki-laki yang akan dijodohkan dengannya. Meski kata Hizam Firdaus, Ayahnya, orang itu adalah anak dari sahabat lamanya yang tinggal di Jakarta. Hisam juga bilang dulu mereka sering bertemu. Sedang seingat Maira, anak yang dimaksud sang ayah adalah bocah gendut berkacamata yang suka sekali mengerjai dirinya saat kecil. Maira tak akan pernah sudi jika yang dimaksud ayahnya adalah dia. Maka dari itu, demi menghindari kemungkinan tersebut Maira lebih memilih tak menemuinya sekalian.

Safiyya pun akhirnya tak tahan melihat Maira tampak begitu putus asa dan murung. Bagaimana pun juga Maira sudah banyak menolongnya selama ini. "Ck! Ya, ya. Aku mau. Puas kamu, Mai," ujar Safiyya pada akhirnya.

Maira menyunggingkan senyum lebar mendengar jawaban tiba-tiba sang sahabat. "Kamu serius, Saf? Kamu lagi nggak bercanda, kan?" Wajah Maira yang tadinya ditekuk berubah secerah matahari terbit. Maira bahkan langsung bangkit dan memeluk Safiyya ketika wanita itu mengangguk.

"Aaaa … makasih, sayangku. Kamu memang yang terbaik."

Safiyya memutar mata bosan dengan tindakan sahabatnya. "Jadi kapan aku harus ketemu sama laki-laki itu?" tanya Safiyya ketika Maira sudah kembali ke tempat duduknya.

"Hari minggu besok, hari libur nasional. Kata Papa dia ngajak janjian ketemu di benteng Vredeburg."

"Hah, nggak salah? Ngajakin kencan sepenting itu di sana? Mau ngajakin kamu main perang-perangan apa gimana?" Terdengar tawa Safiyya setelah itu.

Maira mendengus. "Nggak usah ngeledek deh."

"Ya habis kek nggak ada tempat lain yang romantis dikit buat kencan."

"Maka dari itu. Aku nggak bisa bayangin laki-laki itu sekolot apa. Pasti dia tipe laki-laki culun, serius. Jelek, dan berkacamata, iewww," Maira bergidik ngeri membayangkan jika benar itu yang terjadi.

"Terus kamu mau jadikan aku kambing hitam, gitu? Curang, ya, giliran cogan aja di embat sendiri."

Keluhan Safiyya hanya dibalas ringisan Maira.

"Tenang aja, aku sudah merekomendasikan kamu ke Papa. Agar dia menerima kamu magang di perusahaannya."

"Serius?" Safiyya memastikan. Raut wajahnya yang kesal pun kini berubah ceria. Seakan kata-kata Maira mampu memberi solusi untuk satu masalah di hidupnya.

Maira mengangguk pasti dengan pertanyaan itu."Impas 'kan, sekarang. Kamu dapat kerjaan. Aku selamat dari perjodohan ini."

"Tapi, besok aku mesti gimana buat menghadapi dia? Aku aja nggak tahu orangnya kayak apa."

Maira menyunggingkan senyum misterius "Masalah itu biar aku yang urus. Intinya yang penting kamu datang aja besok. Nanti aku beritahu kamu."

"Terserah kamu aja deh. Kalau bukan demi persahabatan kita. Ogah aku."

Maira kembali memperlihatkan deretan giginya yang rapi mendengar gerutuan kesal sahabatnya. Dua gadis itu memilih melanjutkan makan siang sambil diselingi obrolan kecil. Safiyya menarik napas dalam. Dia tak tahu bahwa keputusan itu akan merubah seluruh hidupnya kelak.

"Aku merasa beruntung banget punya sahabat sepertimu. Makasih, ya, Saf," ujar Maira tulus, sambil menggenggam tangan Safiyya yang ada di atas meja.

Safiyya pun mengangguk dengan senyum. Ia juga merasakan hal sama. Bagaimana bersyukurnya ia bisa memiliki sahabat seperti Maira. Walau berasal dari keluarga kaya, Maira tak pernah membeda-bedakan teman.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Akhir Bahagia

    Tiga bulan berlalu dari semua kekacauan hidup yang Safiyya alami. Wanita itu kini tengah menikmati kebahagiaan berlimpah. Terlebih keadaan Nalen pulih dengan cepat setelah melakukan banyak terapi. Kini keduanya tengah berbahagia untuk menanti kelahiran buah hati. Usia kandungan Safiyya kini sudah berusia enam bulan.Safiyya menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Gaun putih brokat dengan detail payet nan mewah bermodel mengembang, membalut tubuh Safiyya dengan pas. Hijab putihnya dipercantik dengan mahkota kecil di atas kepala. Penampilannya hari ini sungguh sangat menakjubkan.Safiyya tersenyum lebar lalu menarik nafas untuk menghilangkan kegugupan, mengingat hari ini acar resepsi pernikahannya akan segera digelar. Keduanya memang sepakat untuk mengundur rencana peresmian pernikahan mereka sampai Nalen benar-benar pulih. Seperti rencana terakhir kemarin, acara itu benar-benar digelar di Bali. Tepatnya di belakang cafe Nalen dengan latar danau Baratan dan pure-pure nan megah."Sayan

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Rasa Putus Asa

    Safiyya menatap gundukan tanah merah di depannya dengan perasaan tak menentu. Di sampingnya Maira terus menenangkan wanita itu yang tampak sudah kelelahan. Pemakaman tersebut hanya dihadiri beberapa rekan kantor dan orang-orang yang kenal baik dengan Anna. Sedangkan Brian dikuburkan di samping makam Anna. Keduanyya meninggal dalam waktu bersamaan. Meski dengan kematian keduanya kasus kecelakaan Alice akhirnya tak diusut, Safiyya tetap merasa bersyukur. Mungkin ini yang terbaik menurut Allah.Ya, hari ini Safiyya tengah berada di depan makam Anna dan Brian untuk mengantarkan mereka ke peristirahatan terakhir. Setelah perjuangan Anna selama beberapa hari, wanita itu akhirnya menyerah.Bersamaan dengan itu, Nalen juga dirawat di ruang ICU. Suaminya masih belum bangun hingga detik ini setelah menjalani oprasi."Ayo kita pulang. Anna sudah tenang di alam sana bersama Brian," ujar Maira sambil menuntun Safiyya menjauh dari pemakaman.Safiyya tak banyak bicara, sejak semua kejadian itu ia me

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Pengorbanan

    Safiyya terbangun subuh hari karena suara putrinya yang memanggil. Gadis kecil itu naik ke kasur empuk dimana di sana ada ibunya yang masih terlelap."Bunda, Papa pergi." Tiba-tiba Nafis berkata seperti itu sambil mengguncang tubuh Safiyya. Mendengar ucapan putri nya, Safiyya reflek bangun, ia mendapati tempat tidur di sampingnya sudah kosong. Wanita itu menundukkan kepala karena sedih. Firasatnya ternyata benar, Nalen pergi setelah mengucap salam perpisahan padanya semalam."Permisi, Bu."Bu Anni menginterupsi obrolan Safiyya dan putrinya, lalu masuk ke kamar. "Ada apa, Bu Ani?" tanya Safiyya dengan nada lemah, wajahnya terlihat pucat dan sembab karena terus menangis sejak malam tadi."Pak Nalen semalam menitipkan ini pada saya. Dia bilang maaf karena pergi dengan cara diam-diam. Beliau nggak mau melihat Ibu sedih dan menangis lagi." Bu Ani lalu menyodorkan sebuah surat pada Safiyya."Ibu tolong bawa Nafis keluar dulu, ya."Bu Ani pun mengangguk lalu membawa gadis kecil itu keluar ka

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Ancaman Pembunuhan

    Seperti rencana kemarin, hari ini Nalen dan keluarga kecilnya berangkat lebih dulu ke Bali. Ia berusaha melakukan yang terbaik untuk melindungi keluarganya. Bukan tanpa alasan mengapa Nalen merasa khawatir dengan belum tertangkapnya Brian.Mark mengatakan pada Nalen beberapa minggu lalu, bahwa Brian pernah memiliki catatan buruk masalah kesehatan mental yang dia derita. Laki-laki itu meski lahir dari keluarga kaya, tapi keluarganya terlalu misterius untuk ditelusuri. Kemungkinan alasan Brian tinggal bersama neneknya di Australia, adalah karena latar belakang keluarganya.Mark hanya bisa membantu Nalen untuk menyelidiki sebatas itu. Dia bilang terlalu berisoko menelusuri lebih jauh keluarga Brian. Sebab Brian sudah lama memilih tinggal terpisah dengan keluarganya yang kaya dengan alasan penyembuhan. Neneknya lah yang mengasuh Brian sejak dia duduk di bangku sekolah menengah.Kenyataan itu semakin membuat Nalen ketakutan setiap hari. Terlebih ia pernah memiliki masalah dengan laki-laki

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Bahaya Yang Lebih Besar Mengancam

    Safiyya menatap kondisi Anna dari jendela kaca besar di sebuah kamar rumah sakit. Wanita itu masih terbaring lemah di ruang ICU setelah dua hari ini dirawat. Safiyya kembali mengingat perkataan dokter yang menangani Anna waktu itu. Sebuah kalimat yang membuat hatinya seakan ikut tersayat."Wanita ini telah mengalami pemerkosaan yang sangat parah. Sekujur tubuhnya mengalami luka memar akibat pukulan yang sangat keras. Organ vitalnya pun telah dihancurkan dengan cara paling tak manusiawi. Saya tak yakin dia akan sadar dalam waktu dekat setelah siksaan yang ia terima. Beruntung dia masih kuat pergi jauh ke rumah Anda untuk meminta pertolongan. Jiak tidak saya tak yakin dia mampu bertahan dalam waktu tiga hari saja dengan kondisinya yang seperti ini."Dada Safiyya sesak membayangkan apa yang menimpanya dulu harus dialami pula oleh Anna. Meski Anna begitu jahat padanya, tapi hati nuraninya sebagai sesama wanita yang pernah mengalami nasib tragis itu, benar-benar ikut merasa sakit. Butuh wa

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Pembalasan Tuhan

    Anna membanting pintu dengan keras begitu ia masuk ke dalam rumah. Tatapan matanya menyiratkan kebencian dan amarah. "Hah, Brengsek! Bisa-bisanya mereka mentertawakan aku seperti tadi. Awas saja kalian, tunggu pembalasanku." Napas Anna naik turun karena teriakan itu. Bukan saja marah karena lelucon sahabat Safiyya. Ia juga marah karena wanita itu akhirnya mengandung anak Nalen. Jika sudah begitu semuanya akan semakin sulit."HAAAAAH!" Terlalu kuat teriakan itu hingga membuat nafas Anna kembali naik turun. Merasa sudah tak sanggup lagi menghadapi kesedihan dan rasa putus asa, Anna jatuh terduduk lalu suara tangisnya mulai terdengar memenuhi rumah itu.Haruskah ia menyerah sekarang atau berjuang hingga titik darah penghabisan? Kenapa cinta Nalen begitu sulit untuk digapai? Mengapa perjuangannya tak pernah sedikitpun dilihat olehnya? Memikirkan semua itu, mata Anna tiba-tiba menggelap karena dendam. "Jika aku tak bisa memilikimu, maka kamu tak akan bisa menjadi milik orang lain," ujarnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status