Share

Ch 4 Benih Salah Sasaran

Penulis: Allyaalmahira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-13 17:22:06

“Saya mendapatkan informasi bahwa janin yang sedang dikandung oleh Hania adalah anak saya.”

Seketika semua terbelalak kala mendengar pernyataan dari Sean. 

"Sean, apa maksudmu? Jangan mengada-ngada. Kita tidak pernah melakukan hal itu!" sambar Hania, wajahnya dipenuhi kecemasan.

"Aku tidak mengada-ngada, Hania. Aku serius. Benih yang sedang kamu kandung itu milikku."

Hania membuang wajah, ekspresinya frustrasi. Ia menggelengkan kepala, merasa tak berdaya. Ingatannya kosong, tak ada satu pun kenangan yang terukir tentang pertemuannya dengan Sean sebelum di rumah sakit.

 

Sean melangkah menjauh, memasukan kedua tangannya di saku celana, kemudian ia menjelaskan. "Saat itu …." 

Sean terduduk berhadapan dengan seorang dokter laki-laki. "Bagaimana, apa kerjamu berhasil?" tanya Sean, menatap tajam dokter muda tersebut.

Dokter itu menggelengkan kepala, membuat Sean mengerutkan dahi. 

"Sean, kita salah sasaran," ucapnya. Sean melebarkan mata.

"Benihmu tidak tertanam dalam rahim wanita bayaranmu itu. Benihmu tertanam pada seorang wanita lain yang sudah bersuami," jelas dokter. Sean terbelalak dan menggelengkan kepala.

"Kenapa kalian ceroboh sekali? Kalian ini kubayar, kenapa tidak becus? Kalau sudah seperti ini aku harus bagaimana?”

Perlahan dokter meraih sebuah map di laci mejanya. "Ini data perempuan yang mengandung benihmu.”

Sean meraih map itu dengan cepat, kemudian membukanya dan membaca dengan seksama. Matanya terbelalak setelah membaca data itu. Raut wajahnya berubah, seolah tak percaya.

"Apa, Hania? Jadi perempuan yang mengandung benihku adalah Hania?" ucap Sean terkejut.

Semua yang mendengar ikut terkejut dan menggelengkan kepala tak percaya.

"Karena itu saya datang ke sini untuk bertanggung jawab atas kehamilan Hania. Biarkan saya membantu Anda untuk membiayai kehamilan Hania," ucap Sean. Bian terdiam.

Cukup lama terdiam sebelum akhirnya, Bian terkekeh lalu berkata, "Silakan saja, karena saya tidak peduli dengan Hania ataupun kehamilannya itu!"

Hania merasa malu di hadapan Sean. Bian menunjukan sikap acuh tak acuhnya itu. Setelah menjelaskan apa yang terjadi, Sean pun berlalu pergi bersama kedua bodyguardnya, meninggalkan kebingungan di hati Hania.

"Kenapa ini harus terjadi? Apa alasan Sean hingga harus bertindak seperti ini, dan kenapa juga harus aku wanita salah sasaran itu?" gumam Hania, merenung memikirkan ketidakmungkinan yang terjadi.

Akan tetapi, di sisi lain, Hania merasa tenang. Ia akhirnya dapat membuktikan jika ia tak pernah berkhianat dari Bian. Ia dapat membuktikan jika ia bukan wanita buruk seperti yang dituduhkan.

 

 ***

"Mas, sekarang kamu percaya kan kalau aku tidak pernah mengkhianati kamu," ucap Hania malam itu.

Di bawah cahaya rembulan dan langit malam yang tenang, Hania dan Bian duduk bersama, tetapi tidak saling memandang. Suasana sepi dan hening, tetapi terasa terbebani dengan ketegangan yang tak terucapkan di antara mereka. 

Bian, yang sejauh ini enggan menatap wajah Hania, akhirnya memperhatikannya dengan pandangan tajam. "Halah, mungkin itu hanya akal-akalanmu saja," ucap Bian, "sebenarnya kamu pernah berbuat dengan mantan kekasihmu itu, kan!?"

Hania melebarkan mata. Mengapa Bian masih saja mencari-cari kesalahannya? Hania terdiam, menghela napas berat, merasakan kehancuran di dalam hatinya.

"Jangan mencoba merayuku, Hania. Ingat! Sampai kapan pun hatiku tidak pernah bisa terbuka untuk kamu."

Suara hening malam itu terasa menusuk. Perasaan Hania seketika hancur. Ucapan yang seharusnya bisa memberikan ketenangan justru menyakitkan baginya. Hatinya terasa tercabik oleh keputusan dan perasaan yang tak pernah terbalas dengan baik oleh suaminya.

Apakah ini peran Bian sebagai seorang suami? Yang selalu menyakiti hati dan tak pernah menganggap istrinya ada?

"Tapi, Mas, mau sampai kapan kita seperti ini? Kita sudah menikah, Mas, tapi kamu tidak pernah sedikit pun menganggap aku, lalu untuk apa kita bertahan?"

Bian kembali menatapnya dengan tajam. "Apa kamu pikir aku bahagia hidup denganmu, Hania? Tidak! Asal kamu tahu aku bertahan hanya karena terpaksa," jawab Bian.

Sungguh pedih terdengar. Hania menggelengkan kepala heran dan pandangan matanya nanar.

"Kamu bener-bener, ya, Mas, percuma jika aku berusaha mencintai kamu, tapi kamu tidak pernah menganggap perasaanku," ucap Hania dengan mata berkaca-kaca.

"Seharusnya kamu tahu, Han, aku tidak pernah menginginkanmu. Aku tidak sudi punya istri yang mengandung anak pria lain,” tambah Bian yang membuat Hania kembali melebarkan mata. 

“Tapi ini bukan keinginanku, Mas, aku juga tidak mau ada di posisi seperti ini.”

Hancur! Hancur berkeping-keping, pedih sekali rasa hati Hania. Kata-kata Bian seperti pisau tajam yang menusuk relung hatinya, menghancurkan harapan yang selama ini ia jaga.

"Entahlah, Mas, harus bagaimana lagi aku saat ini?" rintih Hania, bersandar lemah.

"Kamu tidak perlu berbuat apa-apa, kamu hanya harus diam dan ikuti saja alur hidupmu bersamaku, tapi dengan satu syarat jangan pernah menuntut rasa cintaku untukmu."

Hania kembali menegakkan tubuhnya, memperhatikan Bian dengan pandangan tajam. Sorot mata itu seolah penuh keyakinan dan harapan.

"Kalau memang harus seperti itu, rasanya aku tidak sanggup, Mas, untuk apa berumah tangga kalau hanya karena terpaksa? Jadi aku mau ... kamu talak aku aja, Mas, mungkin lebih baik kita berpisah," ucap Hania membuat Bian terbelalak.

 

BERSAMBUNG.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 91 Kemenangan Sean

    Anggi berdiri tegak, matanya menyiratkan keangkuhan yang menusuk. "Bukankah aku pernah berkata, Sean? Aku tidak akan membiarkanmu bahagia. Dan sekarang, jika kau tidak bahagia, maka aku telah berhasil dalam misiku." Nada bicaranya dingin, seperti es yang menusuk tulang.Sean merasakan darahnya mendidih. Tangannya mengepal erat, ingin sekali menghantam wajah wanita di hadapannya. Namun, ia menahan diri. Ia tahu, seorang wanita bukanlah tandingannya, setidaknya dalam hal fisik."Kau benar-benar licik, Anggi," desis Sean, suaranya bergetar menahan amarah. "Kau rela melihatku menderita demi kepuasanmu sendiri."Anggi terkekeh pelan, suaranya seperti tawa iblis yang mengerikan. "Menderita? Kau terlalu lemah untuk merasakan penderitaan, Sean. Kau hanya perlu sedikit waktu untuk menyadari bahwa kebahagiaan yang kau inginkan tidak akan pernah kau dapatkan."Tatapan mereka bertemu, penuh dengan amarah dan kebencian. Udara di antara mereka terasa panas dan menyesakkan. Sean merasakan amarah men

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 90 Ternyata Anggi Adalah Anggi

    Beberapa hari berlalu, mencekam dan penuh harap bagi keluarga Sean. Kegelisahan menggerogoti setiap detiknya. Bayangan Anggi Indrajaya, sosok yang selama ini menjadi misteri, menghantuinya. Akhirnya, telepon berdering, memutus lamunan Vin yang kelam. Sebuah suara tenang, tetapi tegas, terdengar dari seberang.“Saya sudah mendapat informasi tentang Anggi Indrajaya, Tuan. Saat ini ia sedang berada di sebuah restoran mewah seorang diri. Suasana di sana cukup sepi, menunjukkan ia sedang menunggu seseorang atau sesuatu. Saya akan kirimkan alamat restorannya. Lebih baik Tuan menemuinya sendiri,” ucap suara itu, nada seriusnya terasa menusuk.Jeda singkat terasa amat panjang, seakan-akan waktu berhenti berdetak. Vin merasakan jantungnya berdebar kencang, campuran antara ketegangan dan penasaran Pertemuan ini, akan menentukan segalanya.Ia segera mengakhiri panggilan, menunggu pesan singkat yang menentukan nasib perusahaannya. Bayangan Anggi, dengan segala misterinya, semakin jelas dalam bena

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 89 Anggi Indrajaya?

    "Sean, daddy tahu apa yang terjadi. Tak perlu kau jelaskan," ujar Vin, suaranya tenang, penuh keyakinan. "Daddy datang untuk membantu. Daddy akan berbicara dengan mereka yang membatalkan kontrak perusahaanmu." Sean tercengang, matanya terpaku pada wajah sang ayah, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Tapi, Dadd ...." "Tenanglah, Sean. Semua akan baik-baik saja!" Vin menepuk bahu Sean dengan lembut, senyum hangat terukir di wajahnya. "Daddy akan memastikannya." Tatapan Sean perlahan melembut, sebuah senyuman tipis terukir di bibirnya. Seolah beban berat di pundaknya sedikit berkurang, digantikan oleh secercah harapan yang terpancar dari mata sang ayah. *** Waktu terus berlalu, setiap detiknya terasa mencekam. Vin, dengan kecepatan dan ketegasan yang luar biasa, membongkar satu per satu permasalahan pelik yang membelit perusahaan Sean. Bayangan kecurigaan mulai menggelayut, apakah ini sekadar rangkaian kesalahan, atau ada tangan jahat yang sengaja menghancurka

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 88 Terancam Bangkrut

    "Apakah sudah ada informasi mengenai penyebab pembatalan kontrak ini?" Suara Sean terdengar dingin, tertekan, di seberang telepon. Matanya menyipit, rahangnya mengeras, mencerminkan kegundahan yang mendalam."Belum ada informasi pasti, Tuan. Namun, kabar buruk datang lagi. Tim HC juga baru saja membatalkan kontraknya."Sean terdiam sejenak, seolah tertusuk duri tajam. Napasnya tersengal, "Apa? Lagi? Ini sudah keterlaluan! Kenapa semua ini terjadi? Saya tidak peduli bagaimana caranya, cari tahu apa yang sedang terjadi di balik semua ini!""Baik, Tuan. Kami akan segera menyelidiki."Panggilan terputus, meninggalkan Sean di tengah badai kekhawatiran. Pria yang dikenal lembut dan tenang itu kini tercabik-cabik oleh amarah dan kekecewaan. Bayangan perusahaan yang terpuruk, mimpi yang runtuh, dan masa depan yang tak menentu menghantuinya. Ia terjebak dalam pusaran pertanyaan tanpa jawaban, dihantui ketakutan akan kehancuran yang tak terhindarkan.Sean mengusap wajahnya kasar, jari-jarinya m

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 87 Ada Apa Dengan Perusahaan?

    Ada perubahan signifikan pada penampilan Anggi. Jika sebelumnya ia selalu tampil sederhana, kali ini ia terlihat sangat rapi dan elegan, layaknya seorang wanita karir sukses. Rambutnya tertata sempurna, pakaiannya mahal dan berkelas.Perubahan penampilannya itu semakin menambah aura misterius dan berbahaya yang terpancar darinya. Entah apa yang menyebabkan perubahan drastis ini, tetapi satu hal yang pasti, ia tampak lebih dingin dan penuh perhitungan.Setelah mengamati keluarga Sean cukup lama, Anggi meraih ponselnya. Jari-jarinya bergerak cepat, menghubungi seseorang. Suaranya terdengar dingin dan tanpa emosi, berbeda jauh dengan raut wajahnya yang penuh amarah.“Jangan menunggu waktu lama,” ucapnya dengan tatapan tajam, “Aku sangat muak melihat mereka. Secepatnya kalian hancurkan perusahaannya.” Nada perintahnya tegas dan lugas, tanpa ruang untuk penolakan.Ancaman tersirat dalam setiap kata-kata yang diucapkannya, menunjukkan niatnya untuk menghancurkan kebahagiaan keluarga Sean d

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 86 Kebersamaan Keluarga Sean

    Hania menanti kedatangan Sean dengan cemas. Bayangan Anggi, wanita yang telah mengusik ketenangan rumah tangganya, masih menghantuinya. Tatapannya mengikuti setiap langkah Sean begitu ia masuk kamar."Bagaimana, Mas? Kamu sudah bicara dengan Anggi?" tanyanya, suaranya sedikit gemetar.Sean mengangguk mantap, tetapi raut wajahnya masih menunjukkan sisa-sisa ketegangan. "Sudah, Han. Dia sudah pergi," jawabnya, kata-kata itu diucapkan dengan nada yang lebih berat daripada yang diharapkan Hania. Ada sesuatu yang tersirat di balik kata-kata itu.Hania mendesah lega, rasa syukur memenuhi hatinya. Namun, lega itu tak sepenuhnya menghilangkan rasa was-was. "Alhamdulillah," ucapnya lirih, "akhirnya hubungan kita dijauhkan dari perempuan seperti Anggi, Mas."Sean duduk di samping Hania, tangannya meraih dan menggenggam erat tangan istrinya. Tatapannya intens, mencari kedalaman mata Hania, mencari kepastian dan ketenangan. "Kamu tenang ya," bisiknya, suaranya lembut, tetapi tegas. "Tidak akan a

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 85 Keputusan Akhir untuk Anggi

    Tangan Anggi tiba-tiba menggenggam lengan Sean dengan sangat erat, dan matanya yang penuh air mata itu menatap dengan intens. “Jangan ... kalau kamu melangkah lebih jauh ... semua akan berubah,” kata Anggi pelan, dengan suara yang tiba-tiba penuh ancaman."Apa maksudmu? Anggi, lepaskan saya!"***Hania duduk di sofa, memandang kosong ke arah jendela. Matanya yang semula cerah kini terlihat lelah, terjaga hanya karena gelisah yang tak kunjung hilang. Pikirannya berkecamuk. Tidak ada lagi kebahagiaan yang terasa murni sejak Anggi datang ke dalam kehidupan mereka. Setiap sudut rumah yang dulu penuh tawa kini dipenuhi ketegangan yang tak terucapkan. Dan Hania merasa itu semua bermula sejak Anggi muncul.Dia bukan hanya menggoyahkan kedamaian rumah tangga mereka, tetapi juga merusak fondasi kepercayaan yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Anggi bukan lagi sekedar pembantu. Dia sudah menjadi ancaman yang nyata. Bukan hanya bagi Sean, tetapi juga bagi Hania sendiri, yang setiap hari me

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 84 Sean Membuktikan Kebenarannya

    Hari itu terasa lebih berat dari biasanya bagi Sean. Di luar jendela, cuaca tampak cerah, tetapi di dalam rumahnya, perasaan sesak itu masih tetap menggantung. Setiap langkah yang diambilnya menuju ruang tamu seolah membawa beban yang lebih berat. Hania, istrinya tercinta, semakin menjauh darinya, diselimuti oleh keraguan yang tak kunjung padam.Foto itu, meski telah dijelaskan dengan segala upaya, tetap menjadi bayangan gelap yang terus menghantui mereka. Sean tahu, jika dia tidak segera menemukan bukti untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah, semuanya bisa berakhir. Kepercayaan Hania padanya akan hancur, dan hubungan mereka bisa hancur begitu saja. Dia tidak bisa membiarkan itu terjadi. Tidak setelah segala yang mereka bangun bersama, tidak setelah bayi mereka yang baru lahir, yang masih memerlukan perhatian penuh dari kedua orangtuanya."Sean, aku tahu kamu bisa mengatasinya," suara Arum tiba-tiba terdengar dari belakangnya, mengalihkan perhatian Sean dari pikirannya. Arum berd

  • Misteri Janin Di Rahim Istriku   Ch 83 Manipulasi Anggi

    "Apa maksudmu, Han?" Sean terkejut dengan pertanyaan sang istri yang seorang menyerang. Dengan mata memerah Hania menunjukan foto tersebut. Dadanya naik turun, ia merasa begitu sakit hati. Sean terbelalak, ia tak mengerti dengan apa yang ada di hadapannya. Sean menggeleng berulang kali, ekspresi wajahnya menampakan ketidakpercayaan. ***Pagi itu, Hania duduk terpaku di meja makan. Cahaya matahari yang menyelinap masuk melalui jendela dapur seolah tak mampu menembus ketegangan yang melingkupi udara di rumah mereka. Ponsel Sean yang masih tergeletak di atas meja, dengan foto yang telah mengusik pikirannya, kini menjadi simbol dari segala kebingungannya.Hania menatap foto itu sekali lagi, mencoba mencari penjelasan yang masuk akal. Tapi setiap kali matanya beralih pada gambar itu, hatinya terasa semakin hancur. Sean, suaminya yang selama ini ia percayai, terlihat tertidur lelap di samping Anggi. Apa yang sebenarnya terjadi di malam itu? Bagaimana bisa foto seperti itu ada tanpa penjel

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status