Share

05. Kunci

Matahari telah menunjukkan eksistensinya, menandakan hari sudah pagi. Suasana di rumah Yeri lebih ramai dari biasanya karena para sahabatnya menginap. Dentingan garpu dan sendok menggema di ruang makan, sesekali terlontar candaan membuat minggu pagi ini terasa lebih menyenangkan.

"Oh iya, Yeri dimana?" Tanya Jena saat menyadari Yeri belum berkumpul dengan mereka. Semua yang ada di ruang makan hanya saling menatap hingga Wendy bersuara, "Dia masih di kamar"Jawab Wendy sambil menyantap makanannya.

-:-

Yeri baru saja menyelesaikan ritual paginya, mandi. Setelah memakai busana, Yeri melihat pantulannya di cermin, memoles sedikit bedak pada wajahnya dan menyisir rambutnya.

Dukk

Gerakan Yeri terhenti. Yeri mengedarkan pandangan keseluruh penjuru kamarnya, namun nihil. tidak ada apa-apa. Yeri mengangkat bahunya dan kembali mematut dirinya di cermin. Tak berselang lama, suara itu terdengar lagi. Kali ini pandangan Yeri tertuju pada lemari pakaiannya. Dengan tangan yang masih mengenggam sisir, Yeri mendekati lemari itu. Tanganya terulur memegang kenop pintu lemarinya, gerakannya sempat terhenti saat Ia merasa ragu.

Dengan sekali gerakan cepat pintu lemari terbuka lebar, dia hanya melihat baju-bajunya yang tergantung dengan rapi. Kemudian Yeri menyibak pakaiannya, untuk memastikan tidak ada sesuatu di dalam lemarinya. Yeri masih terdiam di depan lemari. Kemudian suara ketukan pintu dan seruan wendy terdengar. Yeri menoleh ke arah pintu, “Kenapa, Wen?”

“Ayo sarapan!” ajak Wendy. Yeri menjawab ajakan Wendy tanpa membuka pintu kamarnya. Di saat yang bersamaan, sebuah tangan yang penuh luka dan darah muncul perlahan dari dalam lemari. Tangan itu terus bergerak berusaha menggapai kepala Yeri yang sedang menoleh kearah pintu.

Setelah menyuruh Wendy pergi lebih dulu, Yeri kembali menoleh ke arah lemari. Menatap baju-baju yang tergantung. Yeri hendak menutup pintu lemarinya, namun gerakan tangannya terhenti saat Ia mendengar suara gesekan besi dari dalam lemarinya. Seperti suara yang dihasilkan saat Ia menyibak pakaiannya yang tergantung. Yeri langsung berlari keluar kamarnya menuju ruang makan. Setelah Yeri keluar dari kamarnya. Pintu lemari yang tadi tidak tertutup sempurna itu tertutup dengan sendirinya secara perlahan dan dibarengi dengan suara tawa yang mengerikan bagi siapapun yang mendengarnya.

-:-

Waktu sarapan sudah terlewat, Yeri dan sabahat perempuannya lebih memilih menghabiskan waktu di kamar Yeri. Bercanda dan saling bertukar cerita mereka lakukan, namun Yeri tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi. Mata nya sesekali mencuri pandang ke arah lemari.

"Yeri!"

"E-eh iya?" Yeri menoleh ke arah Wendy yang di sambut oleh raut bingung empunya.

"Kenapa sih lo? daritadi gue panggil ga nyaut, malah melamun." celetuk Wendy, Yeri hanya bisa meringis meminta maaf.

Mereka pun melajutkan acara girls time mereka, kali ini mereka memutuskan menonton drama korea di laptop. Dengan punggung bersandar di headboard kasur, laptop diletakkan diatas bantal, selimut melilit tubuh dan minuman serta camilan yang sudah tersedia di atas meja nakas. Mereka sangat menikmati itu. Tapi-

BRAK

Gagal sudah. Pintu terbuka kasar dan menampilkan lelaki dengan raut jenaka dan tak berdosa, menyandarkan badannya di daun pintu. Wendy yang kesal pun melempar bantal ke arah Helmi yang sayangnya langsung ditangkap oleh Helmi. "lagi ngapain sih? ngebokep ya?" tanya Helmi dengan jahil.

"sini loh!!" Wendy bangkit dari tempat tidur dan langsung mengejar Helmi yang belari menuju ruang tamu. Tara yang baru keluar dari kamar Key terkejut kala Wendy tiba-tiba lewat di hadapannya. Ia pun memasuki kamar Yeri.

"Kenapa mereka lari-larian gitu? lagi syuting film india?" tanya Tara. Serena tertawa kecil sedangkan Yeri menghela napas. Kakaknya itu selalu sukses membuat Yeri darah tinggi. Tara pun menyuruh Yeri dan Serena ke ruang tamu dengan alasan semua orang sedang berada di sana dan Yeri tidak bisa membantah. Yeri menyuruh Serena untuk keluar kamar terlebih dahulu. Setelah mematikan Laptopnya, menaruhnya ke atas meja dan mengambil kembali bantal yang tadi dilemparkan oleh Wendy, Yeri pun berjalan Keluar kamar.

Samar-sama telinga Yeri mendengar suara tawa dari dalam kamarnya, namun kali ini Yeri mengabaikannya dan bergabung dengan yang lain di ruang tamu.

-:-

“Dadah Yeri!” Seru Wendy. Yeri membalas dengan lambaian tangan. Mereka pulang saat hari sudah sore, mereka betah sekali di rumah Yeri. Yeri masih berdiam diri di teras rumah, mengamati sahabat-sahabatnya beranjak pulang hingga eksistensi mereka menghilang di ujung jalan.

Yeri pun masuk kedalam rumah dan berjalan menuju kamarnya. Ia ingin menyelesaikan tugas yang harus dikumpulkan esok hari. Baru saja tangannya memegang kenop pintu kamarnya, terdengar deritan pintu. Yeri menoleh dan mendapati pintu loteng terbuka sedikit. Ia mengangkat sebelah alisnya bingung. Setahu Yeri, pintu itu terkunci dan Tara kehilangan kuncinya.

“Udah ketemu kuncinya?” tanya Yeri entah pada siapa. Ia pun berjalan menuju pintu loteng. Namun, suara pecahan dan teriakan Jena terdengar saat Yeri ingin membuka lebar pintu loteng. Yeri reflek menoleh kearah belakangnya. Jena mecahin gelas kali, pikirnya. Yeri pun membalikkan badannya kembali. Yeri terkejut saat mendapati pintu loteng yang tadi terbuka sekarang tertutup rapat. Yeri pun mencoba untuk membuka pintu namun nihil. Pintu itu terkunci.

Yeri memandangi pintu itu bingung sekaligus takut. Ia yakin melihat pintu itu terbuka tadi, lalu kenapa pintu itu tiba-tiba tertutup dan terkunci? Yeri melangkah mundur dan kemudian lari menuju ruang tamu.

Saat berada di ruang tamu, ia melihat Jena sedang membersihkan pecahan vas bunga sedangkan Key sedang duduk disofa sambil menonton serial kartun. Yeri memandang Jena dan Key bergantian, “Kenapa? Key mecahin vas bunga?”

“Bukan. Vas bunganya jatuh sendiri.”

“terus kenapa lo teriak?”

“Ya kaget lah. Vas bunganya jatoh padahal ga ada yang nyenggol sama sekali.” Gerutu Jena kemudian pergi ke dapur untuk membuang pecahan vas bunga. Tatapan Yeri mengikuti Jena yang beranjak kedapur dan beralih menatap pecahan vas bunga yang masih tersisa di lantai. Yeri mengangkat bahunya kemudian bergabung dengan Key duduk di sofa.

-:-

Yeri berjalan mengendap-endap masuk ke dalam kamar kakak laki-lakinya. Tara sedang pergi, maka dari itu Yeri ingin mencari kunci pintu loteng. Entahlah, Yeri sangat yakin kalau kakak laki-lakinya itu bohong kalau kunci loteng hilang. Yeri yakin pasti Tara sengaja menyembunyikan kunci pintu loteng.

Yeri menutup kembali pintu kamar Tara saat dia sudah berhasil masuk. Dia langsung menyapu pandangannya ke setiap sudut ruangan. Mendekati ranjang dan kemudian Ia duduk di pinggir ranjang, tangannya mengambil pigura yang ada di atas nakas. Foto keluarga nya. Yeri tersenyum kecil dan meletakkan kembali pigura itu. Setelah itu, Yeri langsung bergegas membuka semua laci meja dan lemari yang ada diruangan itu. Bahkan Yeri mencari di kolong tempat tidur juga.

Menit telah berlalu. Setiap sudut dikamar Tara sudah Yeri telusuri namun Ia tidak menemukan kunci itu. Yeri mulai putus asa. Mungkin Tara benar, kunci itu hilang. Akhirnya Yeri memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Saat hendak beranjak, tiba-tiba Yeri teringat tempat yang belum ia periksa.

“Semoga ada disini,” Ucap Yeri. Tangannya menyeret kursi kedekat lemari. Ia pun naik ke atas kursi dan dia langsung tersenyum saat melihat kotak berukuran kecil di atas lemari. Yeri mengambil kotak dan membukanya, "Yes, ketemu juga kuncinya."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status