Share

Part-3: Get Ready To Crash

    Aileron yang terletak di kiri-kanan sayap macet, tak bisa bergerak turun naik. Pesawat Hercules Lockheed C-130 itu gagal melakukan rolling untuk menghindar. Rudder yang ada pada trailling edge vertical stabilizer di bahagian ekor pesawat juga ngadat, tak bisa bergerak kiri kanan. Pesawat Hercules Lockheed C-130 itu juga gagal berputar untuk menghindar.

     Mengap-mengap jadinya pesawat Hercules itu menjelang kiamat. Menyentuh ambang badai, terjadi lagi suatu peristiwa aneh di sana. Badai yang tadi terlihat seperti asap hitam menyerupai awan badai cumulonimbus itu tiba-tiba saja berubah bentuk. Sepertinya terjadi suatu pusaran angin yang besar menerpa kabut asap itu hingga membentuk lengkungan yang sangat besar karena terpaan angin yang berputar-putar. Dapat dikatakan, gumpalan asap hitam itu kini menyerupai bentuk tempurung kelapa, atau sebuah mangkok raksasa, namun dalam keadaan tertelungkup.

    Lengkungan kabut hitam itu sangat luas, berdiameter hingga belasan kilometer. Dan jika diilustrasikan, pesawat Hecules Lockheed C-130 itu seolah-olah terjebak dalam sebuah mangkok raksasa berwarna hitam. Mirip gambar sebuah tangan dengan kelima jari mencengkeram ke bawah. Bagai seseorang yang bersiap-siap menyergap seekor belalang di atas rumput. Dan pesawat Hercules itu diibaratkan adalah belalangnya.

     Namun sayang....., semuanya itu terlambat diketahui, pesawat Hercules Lockheed C-130 itu sudah keburu berada dalam cengkeraman pusaran asap hitam. Seketika itu juga sisi kiri dan kanan pesawat kembali gelap gulita berwarna hitam seperti tadi.

     Lampu indikator yang menunjukkan kecepatan pesawat atau ‘air speed indicator’ dan tanda peringatan lainnya ‘altitude allert’ berkedip-kedip secara bersamaan. Kemudian diikuti dengan suara tanda bahaya. “biiib.... biiib.... biib.... biiib.... biiib....” Maka...., mendekati sempurnalah kemalangan demi kemalangan yang dihadapi oleh pesawat Hecules Lockheed C-130 itu.

     “Level di 15.000 feet Kep….! ” Sukhairi berteriak.

     “Ini tak mungkin, tak boleh terjadi, puuuuull uuuuuup….!” Adam bersorak.

     “Tak bisa Kep, masih terus terjerembab.” Jantung Sukhairi mencak-mencak.

     “Climb....! climb....! climb....! climb....!” Adam masih mencoba bertindak.

     Berkali-kali kedua orang Perwira muda itu berusaha untuk menstabilkan ketinggian, namun sayang...., aileron yang terletak di kedua ujung sisi sayap dan Elevator di bagian vertikal ekor pesawat masih belum mampu bekerja untuk mengembalikan badan pesawat yang terlanjur menukik tajam.

*****

     Suatu kemalangan yang benar-benar malang. Lepas dari mulut harimau, diseruduk tanduk kerbau. Terpental dari tanduk kerbau, terjun bebas tercebur dalam ngarai. Entah apa lagi namanya, tapi itulah yang sedang terjadi, seperti terjun bebasnya pesawat Hecules Lockheed C-130 itu menuju lautan.

     Pesawat yang tak lagi berdaya itu masih terus di hajar. Sebuah sentakan misterius mendadak menyapu badan pesawat dari sisi atas. Lalu diikuti dengan gelegar halilintar yang menerjang angkasa luas. Sambaran petir tunggal dari awan ke bumi atau cloud - to - ground - lightning melibas badan pesawat dengan begitu keras. Pesawat menghempas ke bawah hingga terjerembab terjun bebas. Suara mesin Turbo propeller mendenging tinggi terkena imbas sambaran halilintar yang begitu panas.        

     “Kiamat Kapten....! pesawat terjun bebas....!” Sukhairi menjerit keras.

     “Lightning strike, pesawat tersambar Letnan....!” Adam menghela napas.

     “Apa Kapten....?” Sukhairi ternganga pucat. Letnan itu bahkan tak menyadari pesawat telak tersambar halilintar.

     “Pesawat tersambar.....!” Suara Adam terdengar bergetar.

     “Ya Allah, kita akan mati Kapten....!” Sukhairi berteriak pasrah.

     “Jangan, jangan, ini tak mungkin Let....!” Adam berteriak tak ingin menyerah.

     “Ampun mak....! menyentuh level 9.000 feet sekarang, pesawat masih menukik tajam,     mati....! mati....! kita akan mati Kep....! mampuslah kita Kep....!” Sukhairi cuap-cuap pucat

      “Oh Tuhan…., Astaghfirullah, AllahuAkbar, AllahuAkbar, Lailahaillallah.” Adam berzikir dan berucap. 

      “Thrust zero….! thrust zero....!   mampus....! mampus....! kita mampus Kep....!” Sukhariri kelabakan.         

      “Oh no....! it is impossible....!” Adam tercengang. Stick kemudi dia rasakan mendadak bergoyang-goyang.

     “Aku tak mampu lagi Kapten, pesawat terlalu berat, kita akan terus menukik, AllahuhuAkbar.....! AllaahuAkbar….!” Teriak Sukhairi kejang-kejang.

     “Climb....! climb....! climb….! Ini tak mungkin….! climb....! climb....! climb....! AllahuhuAkbar.....! AllaahuAkbar….!” Adam semakin kelabakan. Pilot termuda itu tak mampu mempertahankan ketinggian.    

      “4.000 feet Kapten….!” Lagi-pagi Sukhairi berteriak tegang. Level ketinggian pesawat terpantau di 4000 kaki, hanya sekitar 1.200 meter di atas lautan. Kiamat pun kini benar-benar datang.

     “Oh Tuhan, AllahuAkbar, AllahuhuAkbar !  AllaahuAkbar....!”

     “Lailahaillallah, Allahuakbar....!”

     “Astaghfirullah, Astagfirullah, Allahuakbar....!”

     Kengerian menyentuh puncak. Jeritan kematian terdengar bergema dalam ruangan kokpit pesawat. Panggilan pada Yang Kuasa “AllaahuAkbar...., AllahuAkbar....!” Tak henti-hentinya terucap. Pesawat Hercules itu semakin terjerembab dengan sebegitu cepat. Panggilan ‘Mayday Mayday’ pun tak sempat terucap.

*****

     Di balik kesulitan....., terselip sebuah kemudahan, begitulah firman Nya. Begitu juga yang terjadi kini. Suatu keberuntungan...., terhempas di bawah ketinggian 3.000 kaki di atas permukaan laut, pesawat terlepas dari jeratan badai siluman, pengaruh induksi elektromagnetik pun seketika menghilang. Permukaan air laut sangat dekat, begitu rendah pesawat itu terlihat, berada pada level paling bawah dari gumpalan awan yang mematikan..

     Menakjubkan....., sistem navigasi dan hydrolyc pesawat tadi ngadat kini kembali bekerja normal. Elevator di bagian vertikal ekor pesawat perlahan kini mampu berfungsi maksimal.    Walaupun masih menukik, namun posisi badan pesawat sedikit mendatar.

     Namun kengerian ternyata belumlah hengkang. Baru saja mereka menghela napas panjang, Sukhairi kembali kejang-kejang di tebas kekagetan

     “Kapten....! lihat pulau itu ada lagi!” Teriak Suakhairi terperanjat menyaksikan pulau misterius yang tadi sempat mereka lihat dari kejauhan kini kembali muncul sekitar 5 mil jauhnya dari pesawat.  

     “Mustahil....!” Adam yang ikut menyaksikan geleng-geleng tak percaya.

     Pulau misterius yang mereka saksikan kali ini lumayan besar. Agak memanjang dengan sedikit melengkung mirip mentimun bungkuk. Walaupun terlihat gelap, namun sepintas lalu tak terlihat warna hijau di sana. Bisa dikatakan pulau itu begitu gersang. Permukaan pulau berwarna kecokelatan, terlihat angker sekilas dipandang.

     “Sepertinya itu bukan pulau Kep, lihat banyak bangunan piramida di sana....! apa mungkin....!” Sukhairi merinding memperhatikan.

     “Ada yang tak beres, mungkin saja itu bukan sebuah pulau.” Adam juga ikut getar-getir memandang

     “No choice Letnan, emergency landing, kita arahkan ke sana tepat di pinggir pantai.” Adam seketika itu juga membuat keputusan. Memang tak ada pilihan lain yang harus dia ambil selain mendaratkan pesawat di sekitar pulau misterius itu walaupun terlihat angker dipandang.

     “Siap Kapten…!”

     “Bersiap, get ready for crash” Adam memberi isyarat sebagai pertanda sebuah pendaratan darurat.

     “Ready for impact.” Ulang Sukhairi ikhlas menganggukkan kepala.

*****

     Menuju detik-detik penghujung hayat, pekikan dan jeritan, kekalutan dan ketakutan serta kecemasan serta-merta buyar seketika itu dalam pikiran mereka. Maut begitu jelas menghadang di depan mata. Pangkat, harta, jabatan, orang tua dan kekasih tercinta mereka tinggalkan semua dan dikubur dalam-dalam di atas dunia. ‘Mati’ itulah kini kata-kata terindah bagi mereka.

     “No flap.” Adam memulai prosedur pendaratan darurat.

     “Flap zero degree.” Konfirmasi dari Sukhairi posisi flap atau sirip pesawat di kedua sayap pada posisi nol derajat tidak terbuka.

     “No gear.” Adam mengingatkan.

     “No gear Kapten.” Ulang Sukhairi memastikan bahwa roda-roda pesawat tetap dalam keadaan terlipat.    

     Celaka, dan benar-benar suatu kemalangan besar. Detik-detik menuju hempasan sekonyong-konyong kanal sebuah petir seperti garis zig-zag beliku-liku mengejar bagian sayap.

     “Awaaaaas…!” Adam memekik kaget.

     “Ya ampun…!” Sukhairi terperanjat pucat.

     Mengejutkan, terjadi sebuah sambaran petir tunggal. “Duuuuuummm…!” Ledakan halilintar terdengar garang. Bahkan mampu mengejutkan jin dan setan.

     Dalam sekejap mata, ujung streamer petir seperti cambuk api raksasa menyabet habis permukaan tangki bahan bakar yang terletak dalam sayap pesawat. Dua pasang static discharge yang terletak di kedua ujung sayap pesawat yang berfungsi untuk melepaskan muatan listrik statik tampaknya tak terlalu banyak membantu. 

     ‘Electric spark’ atau percikan api yang terjadi di antara dua sambungan bahan logam yang terdapat di atas tangki bahan bakar pesawat tak dapat di redam oleh lapisan ‘seal’ pengaman secara sempurna.

     Seluruh ruangan dalam pesawat akhirnya diselimuti asap dan gas yang mengandung karbon monoksida. Mata ber-kunang-kunang, kedua orang perwira yang tangguh itu mulai menggeliat kejang-kejang.

     Sabetan pamungkas halilintar kembali menerjang bagian sisi atas sayap pesawat Hercules Lockheed C-130 itu, telak mengenai tangki bahan bakar yang ada di sana. Seketika itu juga percikan partikel panas menyambar cairan yang mudah terbakar. Tangki bahan bakar pesawat terbakar hebat. Pesawat menukik tajam menuju permukaan laut tak jauh dari pulau misterius yang menyeramkan.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status