Share

18. Sebuah Rasa

“Gimana keadaanmu?” tanya Mama Arun yang melihat Arun duduk di belakang rumah sambil menikmati udara pagi.

“Udah baikan, Ma. Besok Arunudah ke toko,” jawabnya.

“Jangan dipaksakan lagian di sana juga sudah ada Winda.”

“Iya, Bu, tapi di rumah terus bosan,’ sahut Arun.

Bu Erika hanya menatap anaknya.

“Run, bagaimana kalau kita menambah karyawan untuk membuat kue,” usul Mamanya.

“Terserah Mama saja,” jawab Arun datar.

“Kamu marah sama Mama, karena kemarin Mama bersama Saka,” ucap Mama.

“Arun tak punya alasan apapun untuk marah ke Mama, Arun tahu semua di luar dugaan Mama.

“Mama juga kaget ketika ketemu Saka,” lirih Mama.

“Sebelumnya Arun sudah tahu kalau Saka tinggal di kota ini, kalau enggak salah dia tinggal di perumahan dekat toko roti kita,” jelas Arun pada Mamanya.

Mama Arun menautkan kedua alisnya. “Lalu apa rencana kamu, Run?”

“Maksud Mama tanya seperti itu?”

“Iya dulu kamu pergi ‘kan tanpa pamit dan sekara
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status