Home / Thriller / Misteri Rumah Nomor 13 / Bab 3 Sebuah Kejanggalan

Share

Bab 3 Sebuah Kejanggalan

Author: Maylafaisha
last update Last Updated: 2023-11-21 22:00:46

"Gaes, apa kalian merasakan sebuah kejanggalan di sini?" tanya Alma dengan sedikit berteriak pada keenam temannya yang berjalan di depannya.

"Kejanggalan apa, Al? Aku sama sekali tidak merasakan apa-apa, kecuali rasa lelah karena sejak tadi hanya melihat hutan dan hutan lagi. Aku ingin cepat istirahat rasanya," jawab Santi yang berjalan persis di depannya.

"Ish, kamu ini, San. Bagaimana dengan kalian apa di antara kalian ada yang merasakan keanehan di tempat ini?" seru Alma mengulangi pertanyaannya pada teman-temannya yang lain.

Mendengar seruan Alma, Rusdi yang memimpin rombongan remaja pendaki itu pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya, lalu menghampiri Alma yang berada di baris kedua dari belakang.

Melihat Rusdi mendatangi Alma, semua temannya yang lain pun mengikuti jejak langkahnya. Semua mengerumuni Alma dan bertanya apa maksud dari pernyataan gadis itu barusan

"Ck, kalian ini! Apa di antara kalian tidak melihat atau merasa ada sebuah keanehan di tempat ini?" Alma berdecak kesal karena keenam temannya itu tidak mengerti apa maksud ucapannya tadi

"Keanehan apa yang kamu maksud, Al? Kami sama sekali tidak merasakan apa-apa, ya, kan, gaes?" Rusdi bertanya teman-temannya yang lain seolah ingin menegaskan bahwa itu adalah kekeliruan Alma.

Sekali lagi Alma berdecak kesal, dengan nada keras gadis itu menyuruh ke enam sahabatnya untuk mengamati hutan tempat mereka berada saat ini dan mengamatinya dengan lebih teliti dan fokus

Karena merasa penasaran, Santi pun melakukan apa yang diperintahkan oleh Alma. Gadis itu memindai penampakkan hutan yang berada tepat di depannya dengan wajah serius dan pada menit berikutnya gadis cantik itu mengerutkan dahinya.

Melihat sikap Santi, Amar, yang diam-diam menyimpan rasa pada Santi mendekati gadis berambut sebahu itu dan bertanya, "ada apa, Yang? Kenapa dahimu berkerut dalam seperti itu?"

Santi tidak segera menjawab pertanyaan Amar, dia memilih untuk mengamati lagi pemandangan di hadapannya lalu mengambil sebuah pisau lipat dari dalam tas carriernya dan menggurat sebuah pohon besar yang tidak jauh darinya dengan tanda X dan beberapa tulisan yang sedikit lebih kecil ukurannya, seolah ingin membuat sebuah tanda.

Usai membuat tanda itu, dia memberi kode pada Alma dan mengajak ke lima sahabatnya untuk kembali melangkah mengikuti jalan yang ada di depan mereka. Pertanyaan demi pertanyaan yang datang tidak dihiraukan oleh Santi dan Alma

Karena merasa kesal dengan sikap Santi yang dianggapnya mulai aneh karena terpengaruh dengan kata-kata Alma, Baim memerintahkan mereka untuk menghentikan langkah dan dengan sedikit menyentak, dia kembali bertanya pada Santi tentang apa yang terjadi.

"Sst, kamu diam dulu, Im. Ikuti saja apa yang aku dan Alma lakukan, nanti kalian akan tahu apa maksud kami berdua," jawab Santi.

Selesai mengatakan hal itu, Santi kembali mengajak Alma berjalan diikuti oleh Aldi, Amar, Baim, dan Andin yang masih tidak mengerti maksud kedua gadis yang sekarang memimpin rombongan mereka. Sementara Rusdi yang merasa kesal, akhirnya terpaksa mengikuti karena tidak ingin kawan-kawan karib dan gadis yang ditaksirnya berada dalam bahaya.

Dalam keheningan karena adanya perbedaan pendapat yang terjadi di antara mereka, tujuh sekawan itu berjalan menyusuri jalan setapak, hingga akhirnya Alma dan Santi meminta semuanya untuk berhenti.

Sebelum semuanya bertanya, Sinta mengajukan sebuah pertanyaan kepada ke lima muda mudi yang tengah beristirahat sejenak karena merasa lelah.

"Gaes, kalian melihat sesuatu tidak?"

Empat temannya yang sejak awal sudah merasa heran dengan sikap Alma dan Santi hanya saling bertukar pandang dan akhirnya menggeleng secara bersamaan, kecuali Baim yang masih memasang tampang kesal kepada Alma karena dianggap telah mempengaruhi Santi hingga menjadi aneh seperti itu.

Santi menoleh ke arah Alma dan meminta salah satu dari enam sahabatnya itu untuk menjelaskan apa yang sebetulnya sedang terjadi saat itu.

"Kalian coba lihat pemandangan sekitar kita. Apa kalian menemukan sesuatu yang pernah kalian lihat sebelumnya di sini, di tempat ini?" ucap Alma akhirnya

Rusdi, Amar, Andin, Aldi, Baim langsung memindai sekitar mereka, mencoba mencari tahu perbedaan atau persamaan apa yang ada di tempat itu. Setelah beberapa saat, empat dari lima muda mudi itu menggeleng. Mereka mengatakan bahwa tidak menemukan apa pun di tempat itu yang terlihat aneh atau ganjil.

Hanya Baim yang masih mengamati keadaan sekitarnya dengan serius dan berulang-ulang. Pengamatan pemuda itu tiba-tiba saja berhenti pada satu titik, dahinya mengerut dalam. Untuk lebih meyakinkan apa yang dilihatnya, pria muda itu berjalan mendekati sesuatu yang menarik perhatiannya.

"San, ini guratan yang kamu buat tadi sebelum kita meninggalkan tempat ini beberapa menit yang lalu bukan?"

Santi tersenyum, kemudian berjalan mendekati Baim, lalu mengusap beberapa goresan yang tadi torehkan di batang pohon yang berada di sebelah kanannya.

Karena merasa penasaran, ke empat temannya yang masih berdiri dengan wajah bingung pun mendatangi Santi yang masih tersenyum misterius dan Baim yang tampak mulai ketakutan.

Empat orang remaja itu mengamati goresan di batang pohon yang ada di depan mereka, membaca tulisan yang ada di sana, dan seketika mata mereka membelalak karena merasa ketakutan, sepertinya mereka mulai paham dengan apa yang terjadi.

"10920, 16.30. Itu tanggal hari ini dan jam saat kamu menggores pohon ini, kan, San? Apa ini artinya kita sejak tadi hanya berputar-putar saja di sini?" tanya Andin, wajah ayunya menampakkan rasa takut yang mulai dirasakannya.

"Iya dan aku sudah mencoba menyampaikan hal ini pada kalian, tetapi kalian semua sama sekali tidak memahami maksudku. Hanya Santi yang pada akhirnya menyadari semuanya," sahut Alma tiba-tiba.

Rusdi, Aldi dan Amar yang berdiri membelakangi Alma menoleh ke belakang, ke arah Alma yang menghampiri mereka berenam sambil memindai wajah para sahabatnya satu demi satu.

"Maafkan kami, Al, kami sudah tidak mempercayaimu," ucap Amar mewakili teman-temannya yang lain.

Alma mengacungkan kedua jari jempol tangannya, menandakan bahwa dia tidak mempermasalahkan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Gadis itu lalu menghela napas dalam, menunduk sesaat kemudian mengedarkan pandangannya ke arah teman-temannya secara bergantian.

"Bagaimana, kalian sudah paham, kan, apa maksudku tadi?"

"Maksudmu kita tersesad, Al. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita tidak mungkin bermalam di tengah hutan seperti ini, kan? Di sini tidak ada tanah lapang dan landai untuk mendirikan tenda, Alma," sahut Baim dengan nada centil mengalahkan teman-teman perempuannya

"Yup, kita tersesad. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah kita harus berusaha keluar dari sini dan menemukan tempat yang pas untuk bermalam," jelas Alma.

"Tapi, bagaimana caranya kita bisa keluar dari sini, Al? Bukankah sejak tadi kita hanya berputar-putar saja di sini," sela Rusdi.

Alma menghela napasnya, beban yang dia rasakan saat ini tidaklah ringan karena dia dan para sahabatnya harus mencari jalan keluar dari hutan yang telah menyesadkan mereka tersebut. Alma sendiri pun sebenarnya tidak tahu bagaimana cara agar mereka bisa keluar dari tempat itu, tetapi dia harus tetap terlihat tenang agar yang lain tidak bertambah panik.

"Kurasa satu-satunya cara saat ini adalah dengan cara meminta pada Sang Pencipta supaya tabir yang ada di depan kita terbuka dan kita bisa menemukan jalan keluar dari hutan ini," ucap Alma lalu kembali melanjutkan kalimatnya, "buang rasa takut kalian, yakinlah kita akan keluar dari sini."

Teman-teman Alma menganggukkan kepalanya kemudian saling bertukar pandang satu sama lain dengan wajah khawatir. Sejujurnya rasa takut mulai menggelayuti perasaan mereka masing-masing

Kelima remaja belasan itu saling berbisik, mereka bingung sekaligus takut dengan keadaan yang harus mereka hadapi saat ini, sementara itu alam mulai menunjukkan adanya perubahan waktu. Melihat hal tersebut, ketujuh bersahabat tersebut mulai memanjatkan doa dan saat terdengar suara orang mengaji pertanda waktu azan Magrib akan segera tiba, mendadak terdengar sebuah teriakan yang mengagetkan mereka

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 40

    Melihat hal itu, Baim tidak dapat lagi menahan rasa mual yang dia rasakan. Di detik berikutnya, Baim memuntahkan semua isi perutnya yang sudah tidak terlalu banyak. Setelah berhasil menguras habis semuanya, dengan tenaga yang hanya tersisa sedikit, pemuda itu mengajak Alma dan Aldi keluar dari tempat itu. "Tunggu, apa itu? Kalian berdua keluar saja terlebih dahulu, aku menyusul. " Aldi yang melihat beberapa buah gulungan di bawah tumpukan pakaian Andin dan Rusdi pun bergegas mengambilnya dan membawanya keluar menyusul adik dan sahabatnya sambil menatap nanar ke arah mayat kedua sahabatnya yang begitu mengerikan. Setelah Aldi dan dua temannya bergegas keluar dari rumah nomor tiga belas, mereka merasa gemetar dan cemas. Aldi memegang gulungan-gulungan tersebut, dan begitu mereka berada di luar, dia membukanya. Gulungan-gulungan itu berisi sejumlah dokumen dan catatan rahasia. Dalam catatan-catatan itu, terkuaklah rahasia besar yang selama ini tersembunyi di dalam rumah tersebut.Merek

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 39

    "Astaga, Al! Lihat ini, kalian harus melihat ini sekarang! Kalian tidak akan mempercayainya!" Baim berteriak memanggil Alma dan Aldi, sementara Rusdi terkulai lemas di atas jasad Andin dengan darah yang terus mengucur keluar dari luka menganga di lehernyaAlma dan Aldi yang sempat saling pandang satu sama lain langsung mendatangi Baim yang masih heboh menunjuk ke sebuah arah, lebih tepatnya ke bawah tubuh kedua teman mereka tersebut. Kedua remaja tujuh belas tahun itu tersentak kaget, Andin bahkan berteriak lalu menangis saat dirinya melihat apa yang terpampang di depan matanya. "Astaga, Rusdi! Kenapa kamu dan Andin bisa melakukan hal semenjijikan ini di sini, bahkan kalian berdua menjadi gancet dan tidak bisa dipisahkan lagi." Aldi mengusap wajahnya kasar sambil mengentakkan kaki kanannya geram. "Terus bagaimana ini, Al? Apa yang harus kita lakukan untuk memisahkan mereka berdua?" tanya Baim pada Alma yang masih terlihat syok dengan apa yang sudah dilakukan kedua sahabat mereka.

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 38

    Aldi yang berada paling depan otomatis bergerak mundur dengan perlahan, diikuti oleh Alma dan Baim yang sempat terhipnotis dengan sosok bayangan hitam tersebut"Al, kita balik aja, yuk. Aku takut," bisik Baim pada Alma yang berada di depannya. "Ssstt, aku juga takut, Im. Tapi, kita tidak bisa balik lagi, kalau kita balik bagaimana nasib Andin dan Rusdi," kata Alma yang juga berbisik. Baim menghela napasnya dalam, di dalam hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh sahabat karibnya itu. "Ya, sudah kalau begitu. Ayo, kita lanjutkan lagi," sambung Baim masih dengan berbisik. "Sabar, kita tunggu dulu sampai bayangan itu menghilang, baru kita bergerak lagi." Kali ini Aldi ikut menimpali. Alma dan Baim menganggu, mereka kembali bergeser mundur dengan sangat perlahan hingga akhirnya makhluk tak kasat mata yang mengerikan itu menghilang dari pandangan.Setelah memastikan makhluk astral itu benar-benar tidak ada lagi, barulah mereka bergerak maju kembali dengan langkah tak kalah pelan de

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 37

    Alma dan Aldi spontan memelototkan mata mereka ke arah BaIm yang masih tertawa konyol. Tatapan tajam kedua sahabatnya, rupanya mampu membuat tawa Baim hilang dari bibirnya. Pemuda yang terkadang gemar bergaya seperti wanita itu kontan menunduk dan meminta maaf karena kekonyolan yang sudah baru saja dia lakukan. "Sekarang bukan waktunya bercanda, Im. Kami tau kamu pasti merasa tertekan dengan semua tekanan ini. Kami pun sama sepertimu tapi tolong jangan pernah menganggap remeh dunia tak kasat mata jika kau ingin selamat," tandas Alma. "Maafkan aku, Al. Aku hanya ingin kita bertiga tidak terlalu tertekan dengan semua ini, apalagi jika nantinya kita menjumpai Andin dan Rusdi dalam keadaan tidak seperti yang kita inginkan," ucap Baim lirih. "Maafkan aku, ya.""Huft, ya. Maafkan kami juga, Im. Sekarang lebih baik kita kembali fokus mencari Andin dan Rusdi, semoga saja mereka berdua dalam keadaan selamat."Baim dan Aldi mengangguk setuju, sebelum masuk ke dalam ruang bawah tanah lebih j

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 36

    Alma, Aldi, dan Baim terus menyusuri ruang bawah tanah rumah mewah itu, mencari tahu keberadaan Andin dan Rusdi. Di tengah gelapnya lorong, suara aneh bergema di sekitar mereka, dan udara terasa semakin dingin. Mereka merasa bahwa sesuatu yang jahat mengintai di sana.Terdengar suara langkah mereka bergema di koridor gelap ruang bawah tanah. Lampu redup bergetar, menciptakan bayangan yang menakutkan di dinding. Alma, Aldi, dan Baim terus berjalan, hati-hati memeriksa setiap sudut ruang.Saat mereka mendekati pintu yang terbungkus oleh aura misterius, Baim merasa bulu kuduknya merinding. "Apa yang kita cari di sini?" tanyanya, suaranya gemetar.Aldi yang mencoba menjaga ketenangan menjawab, "seperti rencana awal, kita mencari di mana Andin dan Rusdi. Kita sudah terlalu lama terpisah dari mereka berdua, semoga saja tidak terjadi apa-apa pada mereka berdua."Mereka meraih gagang pintu dengan perasaan waspada. Saat pintu terbuka, mereka dihadapkan pada pemandangan yang mengejutkan. Di dal

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 35

    Andin berusaha keras memisahkan diri dari Rusdi tetapi semuanya sia-sia belaka, sebab bukannya terlepas, mereka berdua malahan semakin menempel satu sama lain, milik Rusdi seakan terhisap begitu kuat oleh inti tubuh Andin. Mereka berdua bergerak ke sana-ke mari berusaha melepaskan inti tubuh masing-masing, tetapi hisapan itu semakin kuat seolah tidak ingin melepaskan milik Rusdi. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu terus bergerak liar maju mundur, ke atas dan ke bawah berharap bisa terlepas. Erangan, desahan, dan desisan bercampur baur menjadi satu dengan keringat yang mengalir di tubuh mereka berdua. Keinginan untuk melepaskan diri, timbul tenggelam oleh kenikmatan haram yang mereka reguk bersama-sama. "Ugh, gila, Ndin. Kenapa ini rasanya enak sekali, meskipun agak sedikit sakit tapi rasa nikmatnya sungguh luar biasa," ucap Rusdi dengan napas tersengal oleh kenikmatan duniawi. "Huh, iya, Rus. Enaknya sungguh tak terperikan," jawab Andin. "Gerakan pinggulmu sedikit lebih cepa

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 34

    "Rus, ini semakin aneh. Apakah kamu merasa bahwa kita berada di jalur yang benar?" tanya Andin dengan ketidakpastian.Rusdi mengangguk, "Iya, Andin. Ada sesuatu di sini yang memandu kita, tapi kita harus tetap waspada."Mereka melanjutkan langkah mereka, semakin dalam ke dalam ruang bawah tanah yang gelap. Cahaya senter Rusdi mengungkapkan lebih banyak misteri di sekitar mereka, seperti simbol-simbol aneh di dinding dan lorong-lorong yang tampaknya tak berujung.Ketika mereka berjalan, tiba-tiba suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Rasanya seperti bumi berguncang. Andin dan Rusdi saling memandang, jantung mereka berdebar kencang."Apakah itu gempa, Rus?" tanya Andin dengan nada khawatir.Rusdi merasa udara semakin panas, "Aku tidak yakin, Andin, tapi kita harus mencari tahu. Ini bisa jadi kunci dari semua misteri ini."Mereka terus berjalan menuju asal suara gemuruh tersebut, dengan harapan bahwa mereka akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang menghantui mereka. Akan tetapi,

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 33

    Dengan perasaan campuran antara harapan dan kekhawatiran, Andin berkata, "Rusdi, kita harus mencari Permata Kelam ini. Mungkin itulah kunci untuk menghentikan kekuatan jahat ini."Rusdi setuju, "Tapi kita harus berhati-hati. Kita tidak tahu apa yang akan kita temui dalam pencarian ini. Kami mungkin harus bersiap untuk menghadapi bahaya yang lebih besar."Mereka memutuskan untuk mengakhiri sesi penelitian mereka dan bersiap-siap untuk pencarian Permata Kelam. Dengan harapan dan keberanian, mereka merasa semakin dekat dengan mengungkap semua misteri dan mengatasi kekuatan jahat yang mengancam mereka dan rumah ini.Andin dan Rusdi memasuki ruang bawah tanah yang gelap dan penuh misteri di rumah kuno itu. Mereka membawa senter sambil mencari petunjuk untuk menemukan Permata Kelam yang konon tersembunyi di dalamnya. Suasana yang terasa semakin mencekam membuat detak jantung mereka semakin kencang."Kita harus tetap hati-hati dan selalu waspada, Ndin. Jangan terbuai dengan apapun yang kita

  • Misteri Rumah Nomor 13   bab 32

    Tiba-tiba, suasana berubah. Cahaya merah yang mengepung mereka memudar, dan bayangan itu lenyap. Mereka merasa beban mencekam hilang dari ruangan, dan mereka bisa keluar dengan aman. Namun, mereka tahu bahwa rumah itu menyimpan rahasia yang lebih dalam dan menakutkan dari yang mereka bayangkan.Andin dan Rusdi keluar dari kamar dengan perasaan lega, tetapi rasa ingin tahu mereka menggelitik. Mereka berdua duduk di ruang tengah yang kuno, ditemani oleh cahaya temaram dari lilin yang mereka nyalakan.Rusdi bertanya dengan hati-hati, "Andin, apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini? Mengapa kita merasa ada kekuatan gelap di sini?"Andin merenung sejenak sebelum menjawab, "Mungkin ini adalah rumah yang menyimpan kenangan yang tak pernah terselesaikan. Mungkin ada seseorang atau sesuatu yang masih terikat di sini."Mereka berdua merasa seperti ada yang memanggil mereka. Tiba-tiba, sebuah suara bisikan pelan terdengar di udara, "Kembalilah, kembalilah ke rumah ini..."Rusdi menelan ludah, "

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status