Share

Bab 40

Penulis: Pelangi Jelita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-18 20:01:30

Hidup Adrian perlahan kembali normal setelah pemakaman Mei Lin.

Udara pagi terasa ringan, sinar matahari masuk ke rumah tua keluarga Tan dengan hangat.

Mereka masih memiliki beberapa hari untuk menuntaskan semua hal di rumah tua ini.

Tak ada lagi bisikan misterius, tak ada lagi aroma pandan yang menyeruak tiba-tiba.

Setiap sudut rumah kini tampak damai, seolah beban bertahun-tahun perlahan-lahan diangkat dari dinding kayu yang lapuk.

Adrian berdiri di balkon, menatap taman yang dulunya menyimpan banyak rahasia.

Rumput hijau berkilau oleh embun, bunga-bunga kecil bergoyang lembut diterpa angin.

Di sampingnya, Raina menatap senja pagi dengan mata teduh.

“Kau terlihat lega hari ini,” bisiknya pelan.

Adrian tersenyum tipis.

“Ya, sangat lega, tapi ada sesuatu yang tetap mengganggu,” ja
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Misteri Wangi Pandan Di Tengah Malam   Bab 47

    Hujan Hong Kong telah reda, meninggalkan udara dingin yang menggantung di antara gedung tua dan jalanan basah. Adrian menatap ke arah pintu toko antik Yuan, napasnya tertahan. Langkahnya terasa berat meski kaki tetap menapak di lantai keras. Raina di sampingnya menggenggam tangannya erat, dan Bu Evelyn menatap mereka berdua dengan mata penuh kecemasan dan kehati-hatian. Yuan menatap Adrian dengan mata tajam. Ia, sedikit teringat dengan kejadian yang baru saja berlalu di depan matanya. “Kalian sudah siap? Ini bukan ruang bawah tanah biasa. Energi di sini… sangat berbeda dari cermin yang kalian lihat di rumah keluarga Tan atau yang sebelumnya di Hong Kong.” Adrian mengangguk pelan. “Aku siap. Aku harus menghadapi apapun yang ada di sana.” Raina menatapnya penuh kekhawatiran. “Adrian… aku takut. Energi it

  • Misteri Wangi Pandan Di Tengah Malam   Bab 46

    Lampu-lampu jalan Hong Kong memantul di jalan basah yang masih disiram hujan sore. Adrian, Raina, dan Evelyn berjalan beriringan, masing-masing membawa tas berisi dokumen, peralatan doa, dan benda-benda penangkal energi yang dipersiapkan Ustadz Danur. Suara hujan menimpa payung mereka dengan ritme yang seolah menegangkan setiap langkah mereka. “Menurut alamat dokumen kakek..,” kata Bu Evelyn sambil menatap smartphone, “toko ini milik keluarga Mr. Chou. Kakek menulis, cermin itu disimpan di bawah tanah, tersembunyi dari pembeli dan pemeriksa biasa.” Adrian mengangguk, wajahnya tegang. “Kita harus berhati-hati. Ini bukan sekadar antik. Lian Hua, aku bisa merasakan energi gelapnya sudah semakin dekat.” Raina menggenggam tangan Adrian sebentar, matanya menatap tajam. “Aku tidak

  • Misteri Wangi Pandan Di Tengah Malam   Bab 45

    Setibanya di Shanghai. Hujan masih turun ketika Adrian, Raina, dan Bu Evelyn menuruni tangga gudang antik di Shanghai. Udara lembap dan dingin, namun mata Adrian tetap tajam menatap setiap rak, setiap dokumen lama yang disimpan dengan hati-hati. Bu Evelyn membuka laci besar dari lemari besi tua, mengeluarkan beberapa folder berdebu. “Ini sebagian arsip kakekku,” ujar Evelyn, menghela napas, suaranya setengah takut, setengah bersemangat. “Tidak semua terlabel dengan rapi. Ada puluhan dokumen perdagangan antik yang dikirim keluar negeri, terutama Hong Kong dan Singapura, tahun 1980-an.” Adrian mendekat, matanya menelusuri dokumen satu per satu. Tangannya terasa gatal untuk menyentuhnya, merasakan energi masa lalu yang masih tersisa di kertas dan tinta tua. Raina duduk di meja, membuka laptopnya dan mulai men

  • Misteri Wangi Pandan Di Tengah Malam   Bab 44

    Malam itu, di kamar Adrian, hujan turun dengan derasnya, membasahi halaman rumah hingga bunyi tetesannya bergema seperti dentingan ritmis di langit-langit. Adrian duduk di tepi tempat tidur, matanya kosong menatap langit-langit kamar. Ia merasa letih, lelah yang bukan hanya karena fisik, tapi juga pikiran dan jiwa yang terbebani serangkaian kejadian supernatural belakangan ini. Di sampingnya, Raina duduk di lantai, laptop di pangkuannya, menatap layar dengan serius. “Aku ingin memeriksa sesuatu sebelum kita pergi ke Shanghai,” ucapnya, suaranya tenang tapi tegang. Adrian mengangguk, meskipun rasa lelahnya mendorongnya untuk memejamkan mata sejenak. Raina menekan beberapa tombol dan membuka rekaman CCTV rumah. Kamera-kamera itu memang sengaja dipasang sejak awal serangkaian kematian misterius, sebaga

  • Misteri Wangi Pandan Di Tengah Malam   Bab 43

    Malam tiba dengan sunyi yang berat, seolah langit menahan napas. Di ruang kerja Adrian, cahaya monitor memantul di wajahnya yang letih. Tumpukan berkas dan catatan perjalanan cermin kembar berserakan di meja. malam ini, perhatian Adrian tidak tertuju pada peta atau arsip melainkan pada layar komputer.Ia mengamati dengan seksama, yang menampilkan berita investigatifnya, yang ia publikasikan beberapa bulan lalu tentang kisah Mei Lin dan kelima pelaku.Ia menyesap teh hangat, mencoba menenangkan diri, ketegangan itu tak pernah benar-benar hilang. Raina duduk di sebelahnya, menatap layar yang sama, matanya sayu karena lelah tapi waspada. “Adrian, aku merasa ada sesuatu yang salah,” ucapnya lirih.Adrian mengangkat bahu. “Aku juga merasakannya, Raina. Semacam energi yang terus bergerak di sekitar kita. Aku tidak tahu dari mana datangnya.”Sementara itu, di kota lain, beberapa orang yang sebelumnya mem

  • Misteri Wangi Pandan Di Tengah Malam   Bab 42

    Senja menyelimuti kota dengan cahaya jingga lembut, ketika Ibu Evelyn Goh menutup pintu kantor lama keluarganya. Bangunan itu sudah jarang digunakan, sebagian besar dokumen dan arsip lama tersimpan di ruang bawah tanah yang remang. Malam harinya, ada dorongan aneh yang membuat Ibu Evelyn turun ke sana, langkahnya berderap di tangga kayu tua, hati berdebar lebih cepat dari biasanya. Ia membuka brankas tua yang berkarat di pojok ruangan. Kunci itu berdecit saat diputar, membuka pintu besi yang berat. Debu beterbangan, menusuk hidung, tapi Bu Evelyn tidak peduli. Matanya menatap rapi deretan dokumen kuno, catatan harian, dan gulungan perkamen yang dilapisi lilin. Ia meraih satu folder kulit yang tebal, bertuliskan tulisan tangan halus yang nyaris pudar: “Cermin Kembar Giok Naga”.Hatinya bergetar. Selama ini, ia hanya tahu sebagian cerita tentang kakeknya, Tuan Goh. Namun selembar dokumen ini nampak berbeda.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status