Pagi ini Via sengaja bangun telat karena tidak perlu menyiapkan sarapan untuk Aryo karena mereka sudah ada pembantu baru dirumahnya. Tapi Via selalu bersikap waspada dengan kehadiran Salsha dirumanya. Via yang masih terpejam seketika menjadi kaget ketika sentuhan yang terasa sangat dingin diperutnya. Ia membulatkan matanya saat mendapatkan Aryo yang sedang bertelanjang dada dan hanya mengunakan handuk sebatas pinggang tengah tersenyum kepadanya dengan tangan masih menempel di perutnya. "Mas Aryo," ucap Via pelan "Maafkan aku, Sayang. Aku hanya ingin membangunkan baby," jawabnya. lalu mencium perut Via yang masih rata. Via merasa sangat geli dengan perlakuan suaminya. Via tersenyum, "Nggak apa-apa. Mas." Via memegang tangan membuang muka "Iya enak," jawab Aryo lalu menoleh ke arah Salsha "Ini siapa yang masak?" tanya Via menatap Salsha "Aku Non," ucap dengan sangat pelan. Prokk, prok. "Amboi ... Amboi, enaknya mengaku masakan orang." Suara Nuri
Pukul 4.00 sore Via pulang kerumah, ia sedikit kaget melihat mobil suaminya sudah ada digarasi.'Tumben mas Aryo pulang jam segini, pasti tuh cewek ngadu. Ah, sudah ku duga.' batin Via lalu melangkah masuk kedalam rumahnya melihat suaminya yang telah menunggunya di ruang tamu."Assalamualaikum," ucap Via pelan sembari tersenyum."Waalaikumussalam, dari mana aja? Jadi gini kelakuan kamu selama aku nggak ada dirumah." ucap Aryo to the point.'Wow, baru kali ini aku dibentak oleh mas Aryo, pasti ini semua gara-gara termakan omongannya si wanita j*lang itu. Awas aja akan ku balas lebih dari ini.' grutu Via dalam hati."Maaf mas, sebenarnya tadi pagi tiba-tiba perutku merasa keram, jadi aku ajak Intan untuk periksa ke dokter. Karena sebelumnya kan aku belum periksa," jelas Via pelanMendengar penjelasan Via,
Pagi-pagi sekali Via sudah sibuk dengan ponselnya saat suaminya masih tertidur dengan pulas. Via berbalas chat dengan Intan tentang apa yang mereka rencanakan kemarin, Via akan membeli sebuah Kedai Kopi yang jauh dari tempat tinggal mereka, rencananya kedai itu akan dikelola oleh Intan dan tentunya rencana itu semua tanpa diketahui oleh Aryo.[Via, nanti siang pemilik kedai ingin bertemu dengan kita. Kamu bisa nggak?] kata Intan dipesan singkatnya[Oke! Nanti aku usahakan.][Yakin kamu nggak akan dicurigai keluar rumah terus?][Ya, nanti aku akan cari cara.]Setelah sepakat dengan Intan, Via berniat untuk mandi, namun ia urungkan kerena ia ingin membaca apa saja percakapan Aryo dan Salsha karena semalam ia melihat suaminya tidur sudah larut malam. Via langsung membuka WhatsApp milik Aryo.[Mas, aku minta
"Ya sudah kamu tunggu disini," ucap Aryo lalu melangkah untuk mengambil mobil diparkiran. Namun, tiba-tiba....."Aww!" Salsha tersungkur"Copet!" teriak Salsha, seseorang telah membawa lari belanjaannya. Aryo tetap berlalu karena pikir istrinya sedang bergurauBanyaknya orang disana tak dapat mengejar copet itu, karena copet dengan cepat naik ke atas motor teman yang telah menunggunya.Setelah mengeluarkan mobil dari parkiran, Aryo pun melajukan mobilnya dan berhenti di depan Salsha."Hu....hu...""Kamu kenapa sayang? Apa yang terjadi?" Aryo membantu Salsha berdiri"Mas copet itu membawa lari semua belanjaan dan tas aku.""Apa! Di dalam tas kamu ada ATM ku, semua uang berada di sana, bagaimana bisa kamu hilangkan begitu saja." Aryo meninggikan suaranya.
"Dubrarakkk!" Aryo membuka pintu kamarnya dengan kencang lalu berlari ke kamar mandi.Mendengar Aryo yang tengah sibuk di kamar mandi seperti sedang menyiram sesuatu yang pasti bukan mandi.'Aduh! Pasti panas banget tuh!' gumam Via pelan sambil menahan tawanya yang hampir lepas.Via tersenyum mengernyitkan bibirnya kala mengingat apa yang telah lakukan tadi sore.*Setelah membaca percakapan Aryo dan Salsha, Via membawa hati yang terasa panas keluar kamar. Di lihatnya Salsha sedang senyum-senyum sendiri duduk santai di sofa sambil menggoyang-goyangkan kakinya.Via sangat geram dengan tingkah Salsha yabg berlagak seperti bos dirumahnya, ia pun menghembus napas kasar lalu berjalan perlahan menghampiri Salsha, " Sha!"Seketika Salsha gelagapan. Dengan cepat ia berdiri, "I—iya Non."&nb
Tidak ada makanan dirumah, Via sengaja mengajak Aryo sarapan diluar, karena ia tahu kalau Salsha tidak bisa masak dan tidak punya uang.Setelah makan ia pun ikut Aryo ke kantor.Sudah hampir magrib, Aryo dan Via pun tiba dirumahnya. Setelah menghabiskan seharian waktu diluar."Kok sunyi, Mas?" tanya Via saat membuka pintu"Salsha!" teriak Aryo langsung masuk"Sha!""Mungkin Salsha sedang tidru mas, aku langsung cek ke kamarnya ya," lanjut Via. Lalu berjalan setelah Aryo mengangguk"Kemana perginya perempuan itu?" gumam Via setelah melihat kamar dan lemari yang Salsha tempati kosong."Apa mungkin dia pergi karena kelaparan atau takut ketahuan kalau nggak bisa masak?" tebak Via.Via pun keluar dari kamar itu dan&nb
Diperjalanan lagi-lagi Aryo merasa sangat bersalah karena telah membohongi Via lagi, sebenarnya ia mendapatkan telpon dari Salsha bukan dari kantor.Didalam telponnya Salsha mengabarkan kalau ia sakit di apartemen yang dulu ia tempati.Padahal Aryo sangat ingin tahu perkembangan janin dikandungnya istrinya, awalnya ia tidak suka dengan kehamilan istrinya, namun entah kenapa seiring berjalannya waktu tumbuh rasa kasih sayang yang sangat besar untuk calon anaknya itu.Tidak dapat dipungkiri, Aryo merasakan kalau sekarang ia menjadi takut jika harus kehilangan sosok wanita polosnya, wanita yang selalu menemaninya dalam suka maupun duka."Aku tidak mau kehilangan kamu, Via." gumamnya lalu menelan ludahnya dengan kasar."Aku harus melepaskan Salsha secepatnya. Jujur aku sudah tidak tahan dengan sikap ego-nya yang selalu ingin menang sendiri, s
Jam 1 dini hari Via belum juga memejamkan matanya, ia masih asyik dengan ponselnya berbalas chat denga Intan.[Tadi pas kamu ikutin mas Aryo, kamu nggak meninggalkan jejak kan?] tulis Via di pesan singkatnya untuk Intan[Ya enggaklah! Emangnya lo meragukan kemampuan gue?] Balas Intan langsung.[Bukan begitu, kan kali aja. Hehe, kamu emang sahabat yang bisa diandalkan.][Iya dong! Tapi lain kali lo nya jangan kasih tugas mendadak gitu. Baru hari pertama buka kedai pelangan juga lumayan. Eh, malah disuruh ngikutin Aryo. Untung aja Evan mau jagain kedai.][Soalnya aku juga dapat idenya mendadak Tan, maafin aku ya.][Eh, jangan baperan dong. Kan gue bercanda.] Balas Intan lagi[Nggak Tan, aku udah lama kenal kamu.][Hehe! Bumil tidur gih, jaga kesehatan deb