Share

6.UNKNOWN

Author: Moni
last update Last Updated: 2021-09-26 21:49:42

Alieen pada akhirnya tetap pulang ke rumahnya. Tapi sampainya di rumah justru ia kembali melihat sosok yang ia benci. Siapa lagi jika bukan kakak yang tidak ingin orang lain ketahui statusnya itu. Bintara.

“Baru pulang? Kenapa kalian tidak pulang bareng saja?” Tanya sang Ibu.

“Tadi aku—“ ucapan Alieen terpotong.

“Tadi udah mau pulang bareng bu, tapi anak gadis ibu yang enggak mau. Malu katanya.” Ujar Bintara yang menyela nya.

Alieen menatap wajah Bintara dengan kesal. Bintara berbohong dengan Ratih, Ibu mereka. Ratih juga percaya dengan ucapan Bintara yang justru menambah kekesalan dalam diri Alieen.

Alieen sudah muak dengan ini semua, ia memutuskan untuk segera masuk ke dalam kamarnya. Walau Ratih memintanya untuk kembali segera turun agar bisa makan malam bersama tapi Alieen tidak ada niatan menuruti perintah ibunya.

Alieen menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, dengan seragam yang masih lengkap. Ia memandang langit-langit kamarnya, lalu ia membuat ruang di kamarnya menjadi gelap.

“Ok G**gle, matikan lampu kamar.” Perintah Alieen.

Lampu pun padam, membuat ia bisa melihat rasi Bintang yang terbentuk di langit-langit kamarnya. Hal kecil seperti ini sudah membuatnya sedikit tenang, dan tiba-tiba banyak notifikasi yang masuk ke ponsel milik. Alieen mengerutkan dahi ketika melihat notifikasi itu.

“Unknow? Siapa ini, kok dia bisa tau kontak gue?” Alieen bertanya-tanya dan mencoba kembali mengingat kembali. Apakah ia pernah memberikan nomornya  kepada orang lain atau tidak.

“Perasaan gue enggak kasih nomor gue ke siapa pun. Oh, apa karena masalah itu? Pasti orang iseng. “ ujar Alieen.

Saat ia membuka notifikasi itu Alieen semakin terkejut, karena ‘Unknow’ ini tau apa masa yang sedang ia hadapi.

Unknow : Apa lo baik-baik aja, setelah di paksa masuk ke dalam mobil itu?

Unknow : Lo pasti ketakutan bukan?

Alieen : Kok lo tau?

Alieen : Dan dari mana lo tau nomor gue?

Alieen : Siapa lo!

Unknow : Engga penting siapa gue sekarang.

Unknow : Lo harus Jawab dulu pertanyaan gue tadi.

Alieen : Gue tau siapa lo.

Unknow : Lo tau? Bagaimana caranya?

Alieen berjalan menuju balkon kamarnya dan dari balkon kamarnya, ia dapat melihat jika Bintara sedang memegangi ponsel, dan jari jemarinya tidak berhenti mengetik sesuatu. Di saat bersamaan si pengirim pesan misterius itu juga terlihat sedang mengetik. Ting! Satu pesan kembali muncul, seketika Alieen segera melihat pergerakan jari Bintara. Ternyata juga terdiam.

Alieen segera memperingati pengirim pesan aneh itu, agar tidak mengganggu dirinya lagi. Lalu segera ia memblokir nomor misterius itu. Alieen pun segera kembali masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu, membuat Bintara seketika terkejut mendengar bantingan pintu.

“Tuh anak kenapa sih?” heran Bintara.

“Itu suara apa tadi, Bin?” tanya Ratih.

“Eung, suara tv bu.”

“Astaga, tv? Kamu kalau nonton jangan terlalu kencang suaranya.”

“Iya Bu, maaf.”

Ratih kembali ke dalam dapur untuk mempersiapkan makan malam mereka. Tapi apa alasan Bintara berbohong kepada Ibunya?

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, tapi Alieen masih saja di dalam kamarnya. Padahal Bintara dan Ibunya sudah menunggu dirinya di meja makan.

“Kenapa adikmu tidak kunjung keluar kamar, Bintara?”

“Aku tidak tau, bu. Mungkin dia sedang diet?”

“Ibu akan menghampiri kamarnya.”

“Eung, baik bu. Tapi Ibu jangan memarahinya ya?”

“Buat apa Ibu marah kepadanya, dia kan tidak melakukan apa pun yang salah.”

“Iya, kali aja ibu mau marah sama dia karena tidak kunjung keluar kamar?”

“Kamu khawatir adikmu ibu terkam, ya? Haha.”

Bitara mengiyakan nya, membuat Ratih semakin senang. Karena ia melihat Bintara sangat menyayangi adik perempuannya.

Ratih pun menghampiri putrinya yang mengurung diri di dalam kamarnya.

“Tok-tok, apa ada orang di dalam?” Ratih membuka pintu kamarnya, dan Alieen menoleh ke arah dirinya.

“Ibu?”

“Kamu tidak mau makan malam? Sedang diet ya?”

“Enggak bu, hanya lagi enggak nafsu makan saja.”

“Apa kamu sakit?” Ratih segera menempelkan punggung tangannya ke dahi putrinya. Lalu ia merasa lega karena tidak merasakan panas di dahinya.

“Ibu, Alieen enggak sakit.”

Ratih mengajak putrinya untuk duduk berdampingan di tepi kasur.

“Lalu ada apa?”

“Tidak ada bu.”

“Yakin? Apa karena ada Bintara?”

Mata Alieen membulat ketika mendengar nama itu lagi dari mulut sang Ibu. Ratih sebenarnya tau, jika Alieen tidak senang dengan Bintara yang kadang bersikap berlebihan padanya. Ia tau jika Alieen pasti takut dan tidak senang.

“Alieen, kamu ingat apa pesan Ayah terakhir kali?”

“Ingat bu.”

“Apa pesannya?”

“Agar Alieen sama kak Bintara akur.”

“Nah, itu kamu paham. Terus kenapa masih tidak akur?”

Alieen tidak bisa menjawabnya, ia tidak ingin Ibunya tau jika Bintara itu terlihat berbeda jika di belakangnya. Karena itu bisa saja melukai hati Ibunya yang sudah mempercayai Bintara adalah anak baik.

“Alieen, Ibu juga berharap kamu sama Bintara itu akur seperti kakak dan adik lainnya. Sepertinya akan terlihat adem jika kalian tidak saling cuek seperti sekarang.”

Ucapan Ratih dapat dimengerti oleh Alieen, tapi hati Alieen tetap tidak bisa terima. Lalu Bintara datang membuka pintu kamar Alieen.

“Bu, aku langsung pergi ya?” pamit Bintara.

“Loh? Kamu tidak menginap di sini?” tanya Ibu mereka.

“Tidak, aku harus segera kembali. Ada urusan lain di kos-an.” Jawab Bintara.

“Kenapa tidak tinggal di sini saja, sih?” cetus Ratih.

“Ibu...” ucap Alieen.

“Udah bu, aku harus segera pulang nanti terlalu malam pasti dimarahi ibu kosnya.” Ucap Bintara.

“Ya sudah, hati-hati di jalan.”

“Iya, bu.”

Keesokan harinya, kebetulan hari ini adalah minggu. Jadi Alieen tidak perlu bangun lebih pagi seperti biasanya. Tepat jam tujuh lewat tiga puluh, Alieen bangun dan ponselnya kembali mendapatkan pesan dari Unknow itu membuatnya geram. Di saat yang bersamaan Bintara menghubunginya. Alieen dengan malas menerima panggilan itu.

“Halo, ada apa pagi-pagi telepon?”

“Maaf, apa anda keluarga dari Pemilik ponsel ini?”

Ternyata yang menelepon dirinya bukan Bintara, melainkan suara perempuan. Seketika Alieen bangkit dari ranjangnya, dan mulai berpikir macam-macam.

“Iya, benar. Saya Adiknya. Ada apa ya? Apa terjadi sesuatu sama kakak saya?”

“Pasien mengalami kecelakaan, dan sedang di rawat di rumah sakit—“

“Apa dia terluka parah? Kalau begitu kami segera kesana!”

Alieen menutup panggilan itu, lalu ia baru melihat isi pesan yang di kirim oleh Unknow itu. Ternyata isi pesan dan situasi Bintara tidak sinkron. Membuat Alieen kembali penasaran, siapa dia ini? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misunderstood First Love    31. KELAKUAN ANEH KEDUANYA

    “Rina! Kenapa dia ada di sana!” Alieen terkejut dengan kemunculan Rina di dalam berita. “Lokasi Cafe itu enggak jauh dari sini.” Ucap Bagas yang melirik ke arah Bintara. “Kenapa dia lihat gue begitu? Seperti lagi mengejek gue karena gue polisi tapi malah enggak bertindak apa pun. Menyebalkan. Gue tahu maksud nya.” “Kalau begitu kita harus segera kesana!” Seru Alieen dan dirinya bergegas akan pergi keluar namun Bintara menahannya. “Jangan ke sana. Lebih baik Lo ikut gue dulu ke tempat Ibu berada. Ibu sudah khawatir banget sama Lo.” Ucap Bintara dengan lembut. Alieen selama ini belum pernah melihat Bintara selembut ini. Membuatnya merasa aneh. “Tapi...” “Kalau Lo masih tetap menghawatirkan teman Lo yang munafik itu biar si Bagas dan Kapten, si kakaknya Bagas yang urus. Toh di sana ada beberapa anak buah organisasi yang di ikuti Bagas, dan Kapten pasti sudah di jalan. Jadi Lo sekarang ikut gue. Jangan menjauh dari gue buat sementara, gue mohon sama Lo Alieen.” Bintara memegangi ta

  • Misunderstood First Love    30. BERITA MENGEJUTKAN LAINNYA

    Alieen sedang berada di dapur dan mencuci mangkuk yang ia pakai untuk makan. Tapi pikirannya sedang bekerja keras mencari cara agar dirinya bisa pergi menemui Shintia tanpa siapa pun menemaninya. Ia meletakan mangkuk ke rak dan menghela nafasnya sesaat.Namun ia mendengar suara percakapan seseorang di ruang tengah. Alieen merasa penasaran dan berjalan mendekati sembari bersembunyi dengan hati-hati.“Bintara, gue tahu semuanya. Apa Lo enggak mau interogasi gue?” Ujar Bagas yang duduk di sofa dengan tangannya yang sibuk dengan tendo.Bintara menatapnya sesaat lalu memasang wajah terkejut. “Ah! Benar, kenapa gue enggak tanya Lo buat cari tahu alasan Lo gabung organisasi mereka!”Ekspresi Bintara yang terlihat terkejut polos itu seketika berubah datar. “Lo pikir gue enggak tahu soal Lo? Walau enggak semuanya karena enggak berguna buat gue. Tapi gue sudah tahu kenapa Lo gabung sama mereka, tentu dari kakak Lo. Kalau enggak, saat datang ke sini gue sudah pisahkan kepala sama badan Lo itu.”

  • Misunderstood First Love    29. TELEPON TAK TERDUGA

    Alieen baru selesai menyantap sup, dan hendak akan keluar kamar untuk meletakkan mangkuk sup ke dapur di rumah ini. Namun ponselnya berdering dan nama yang muncul di layar adalah Shintia. Alieen langsung menjawab telepon tersebut.“Halo, Shintia?”“Gue rasa keadaan Lo baik-baik saja, dari suara yang terdengar segar.” Ketus Shintia.“Iya, bisa di bilang seperti itu. Kenapa telepon?” “Hah? Serius Lo tanya gue, kenapa telepon Lo? Yang benar saja Alieen! Lo itu tiba-tiba hilang di tengah kebakaran panti, susah di hubungi, ke mana saja Lo!”“Maaf bikin Lo khawatir, Hp gue rusak jadi susah di hubungi.”Alieen tidak sepenuhnya berbohong soal Hp nya yang rusak di temui oleh Bintara saat di panti asuhan karena jatuh dari genggaman Alieen saat dirinya di culik tiba-tiba. Tapi tetap saja ini terasa canggung saat dirinya di telepon Shintia seperti ini.“...Alieen, ada hal yang mau gue cerita ke lu. Gue merasa bersalah karena melibatkan Lo dalam masalah.” Shintia terdengar putus asa.“Kenapa dia

  • Misunderstood First Love    28. BOLEH SEBENCI ITU

    Alieen membuka matanya dan melihat sekitarnya. Ia menghela nafas saat mengetahui jika dirinya hanya sendirian saat ini, Alieen pun duduk di tepi kasurnya.Sebenarnya pikirannya sangat penuh berbagai pertanyaan dan kenyataan yang membingungkan dirinya. Namun bukan saatnya dirinya berdiam diri, Alieen memikirkan kembali perlahan apa yang baru terjadi kepadanya.“Baik, perlahan pikirkan kembali. Gue awalnya ada di panti asuhan yang Shintia kunjungi. Gue berasumsi dirinya sudah lama tinggal di sana dan gue juga dengar dia masih ada orang tua tapi kurang memperhatikannya. Tapi tiba-tiba gue di culik? Karena gue adiknya Bintara, padahal gue kurang paham masalahnya mereka. Yang pasti ini masalah sebuah organisasi WL itu kan? Gue enggak tahu apa saja organisasi itu lakukan. Gue harus cari tahu, tapi pertama gue harus lepas dari pengawasan Bintara. Selama ini dia sudah lama memasang alat pelacak diam-diam, berarti ada semacam CCTV tersembunyi atau alat perekam suara tersembunyi seperti di film

  • Misunderstood First Love    27. ANAK TIDAK BERGUNA

    Terdengar suara bantingan pintu yang mengejutkan seorang lelaki berusia 45 tahunan. Namanya adalah Gerdy, seorang pemimpin mafia di antara jaman modern saat ini.“Walau kamu adalah anakku sendiri, bukannya sudah di ajarkan tata krama di sekolah?” Dengan santai Gerdy menghisap rokok sambil sibuk melihat dokumen yang berserakan di mejanya.“Papa! Apa maksudnya papa bakar panti asuhan! Papa tahu kan ada bunda di sana! Terutama ada Alieen dan aku di sana!! Apa papa mau membunuh anak sendiri?!” Teriak Shintia yang amarahnya sudah meledak-ledak.Sebuah dokumen tebal langsung menghantam wajah Shintia, dan yang melemparinya adalah Gerdy. Papanya mungkin terlihat tenang namun ada amarah yang tidak ia tunjukkan secara langsung.“PAPA!”Mata Gerdy sangat dingin kepada anaknya sendiri, perlahan dirinya mendekati Shintia, lalu berbicara dengan suaranya yang serak dan berat.“Dengar, jangan pernah bicara masalah ini. Kita sudah sepakat bukan. Sejak kau gagal bawa Bagas kemari, maka tidak ada kemuda

  • Misunderstood First Love    26. KERIBUTAN

    Perlahan Alieen membuka matanya dan ia mulai mendengar suara keributan, lalu Alieen menyadari jika ada suara Bintara yang sedari tadi berteriak memanggil namanya. Dengan lemas ia berusaha untuk bangun dari tempat tidur lalu berjalan perlahan menuju pintu kamarnya. Setelah membuka, Alieen benar-benar melihat Bintara yang sedang berargumen keras dengan seorang perempuan yang berdiri di depan Bagas. Karena penasaran Alieen berusaha mendekati mereka. “Alieen!” Seru Bintara yang menyadari kedatangannya. Ia dengan cepat berlari mendekat dan memeluk tubuhnya. “Lepas!” Alieen mencoba menolak pelukan Bintara. “Alieen, lu kenapa keringatan banyak begini? Lo demam? Maafkan gue, gue memang enggak becus jadi kakak Lo.” Bintara dengan lembut mengelus wajah Alieen. “Berhenti berakting, gue tanya sama Lo, kenapa bisa Lo ada di sini? Bagas, apa Lo yang kasih tahu dia?” “Apa untungnya buat gue Alieen...” “Tapi Lo selalu bilang dia bakal datang temui gue, itu maksudnya apa?” “Tanya saja kakak Lo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status