Home / Romansa / Moonlight Kiss / BAB 8 : INSIDEN KECIL

Share

BAB 8 : INSIDEN KECIL

Author: Scarlette
last update Last Updated: 2022-03-02 22:39:47

Lantai dansa nightclub X7 malam ini sudah memanas ketika kami tiba di pintu masuk VIP. Para pengunjung menari dengan semangat mengikuti irama musik bergenre EDM dan pop elektro yang dimainkan oleh seorang Disc Jockey wanita berdandan funky.

Kedatangan aku, Rosa, dan Megan di malam ini memang untuk menjalankan misi utama mengorek informasi dari target kami, manager perusahaan Orin bernama Jimmy yang katanya cukup lemah terhadap wanita cantik. Tentu saja demi mencapai tujuan, malam ini kami telah berdandan maksimal dan sexy.

Aku mengenakan mini dress hitam ketat bertali kecil dengan belahan di paha kiriku, dan berpunggung rendah. Pakaian ini cukup banyak mengekspos kulit tubuhku. Saat kami melewati dinding kaca klub malam, sudut mataku tidak kuasa untuk memeriksa penampilanku sendiri. Bayangan pada cermin memperlihatkan seorang wanita dengan binar di kedua bola mata hitamnya, tulang pipi tinggi dengan riasan bold, bibir ranum sewarna coral menggoda, dan rambut hitam panjang dengan ombak ringan yang terlihat berkilau. Aku terlihat sangat menawan.

Rosa memilih untuk mengenakan rok mini lipit berwarna putih yang dipadukan dengan bustier crop top berwarna senada yang memperlihatkan pinggang rampingnya. Rambut sebahunya yang berwarna ash gray membuatnya semakin mencolok. Sedangkan Megan mengenakan dress lateks ketat berwarna biru dongker yang menunjukkan setiap lekuk tubuhnya. Malam ini Megan menanggalkan kacamata dan menggantinya dengan lensa kontak berwarna emas, senada dengan rambut pendeknya yang beraksen emas. Masing-masing dari kami mengapit tas tangan senada berwarna senada dengan pakaian kami masing-masing. Begitu kami memasuki area club malam beberapa pria bahkan tidak melepaskan tatapan mereka pada kami bertiga.

Club malam ini memang merupakan night club kalangan atas, ada cukup banyak negosiasi yang terjadi di dalam klub ini.

“Ros, di mana Kevin? Sepertinya seluruh gedung ini sudah dibooking untuk acara ulang tahun.” Musik yang diputar keras membuatku harus berteriak untuk berbicara dengan Rosa. Memang sudah sangat jelas bahwa pengunjung nightclub malam ini adalah kalangan terbatas, karena setiap pengunjung wanita menggunakan korsase di tangan kanan mereka, sedangkan seluruh pengunjung pria memakai pakaian berwarna hitam.

“Aku belum tahu keberadaannya. Sophie, sepertinya kau benar, seluruh tempat ini sudah di booking, apakah kita harus meneruskan rencana kita?” tanya Rosa padaku.

“Apapun yang terjadi, kita harus meneruskan rencana kita.” Rosa dan Megan mengangguk setuju.

Saat aku berjalan sambil memandang sekitar untuk mencari keberadaan Kevin, tanpa sengaja aku menabrak seseorang di hadapanku. Sepatu hak tinggi tipis yang kugunakan tidak mampu membuat tubuhku kembali seimbang, sehingga aku hampir jatuh terjerembab. Untung saja seseorang di belakangku dengan cepat menangkap pinggangku.

Dalam sekejap aku telah berada di pelukan seorang pria. Aku dapat merasakan dengan jelas kehangatan otot-otot lengan dan dada yang kekar dalam dekapan eratnya. Ketika aku mendongak, tatapanku tidak dapat beralih dari sorot mata indahnya yang tajam dengan bulu mata hitam lebatnya. Entah mengapa wajah tampan berahang tegas dan sorot matanya membuat jantungku seakan melompat keluar.

Tatapan lekat dari pria yang mengenakan kaos turtleneck hitam dan jaket senada, mengingatkanku pada sesuatu yang familiar. Namun aku tidak dapat menemukan jawaban apa dan siapa pria itu. Aroma tubuhnya sangat memikat, aku dapat menghirup campuran aroma ozonic, tonka bean, serta kesegaran jeruk bergamot, dan pir.

“Anda baik-baik saja?” tanya pria itu sambil sedikit tersenyum. Melihat senyum pria itu membuatku kikuk sekaligus sadar bahwa aku telah terlalu lama menatap dan berada dalam pelukannya. Dengan segera aku menarik diri serta berusaha untuk berdiri dengan seimbang.

“Aku, baik-baik saja, terima kasih.”

“Apa kalian teman Lily?” tanya pria itu dengan wajah yang sangat ramah.

Scarlette

terima kasih banyak sudah membaca bab ke 8 dari novel moonlight kiss. Silahkan berikan comment dan jangan lupa jadikan novel ini sebagai novel favorit kalian. Nantikan bab-bab berikutnya ya.... ^v^

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Craft Dede
ceritanya bagus. romantis. bangunan awalnya keren. jadi bingung Sophie sebenarnya suka sama Neil atau Gerard. jadi gak sabar nunggu lanjutan ceritanya. dari gaya tulisan sepertinya penulis adalah seorang wanita. good job, Sis. keep your good work.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Moonlight Kiss   PENGUMUMAN

    Haloo teman-teman pembaca, mohon maaf kalau saya sering terlambat untuk upload cerita moonlight kiss akhir-akhir ini, karena saya sedang mengikuti lomba menulis novel Mizan Writing Boothcamp, dan tantangan dari lomba lumayan banyak, sehingga banyak menyita fokus perhatian saya. Jadi mohon dukungan dan doanya ya untuk keberhasilan saya. Dan saya akan terus berusaha untuk mengupdate novel moonlight kiss meskipun selama periode lomba MWB, saya akan cukup terlambat mengupdate, Terima kasih banyak atas pengertian, perhatian, dan dukungannya. Saya akan kembali dengan chapter menarik lainnya. Mari kita nantikan bersama bagaimana kelanjutan kisah antara Sophie, Neil, dan Gerald. Kemanakah bunga-bunga cinta mereka akan berlabuh? lalu bagaimana mereka mengatasi para mafia dan senjata pemusnah massal M.K. Project alias Moonlight Kiss? Mari kita tunggu kelanjutannya... Love you all... -Scarlette-

  • Moonlight Kiss   BAB 62 : FAKTA YANG MUNGKIN TERLEWAT

    Rasanya sulit menggambarkan perasaanku saat ini. Pada satu sisi aku merasa sangat bersyukur dan gembira karena Gerald telah menyelamatkan kami. Pria bermata sayu itu rupanya memiliki keahlian bela diri. Ia dapat mengalahkan satu per satu lawan dengan menggunakan teknik mematikan. Sejenak aku bahkan merasa seperti telah diselamatkan oleh seorang pangeran berkuda putih. Baiklah, aku pun telah diselamatkan oleh Kevin sebelumnya, dengan keahlian peretas kelas wahid, tapi diselamatkan oleh pria yang kita suka terasa sangat berbeda. Jujur, tindakan Gerald membuatku merasa sangat tersanjung dan terpesona.Akan tetapi, komunikasi kami di sepanjang perjalanan membuatku sangat frustasi. Lompatan-lompatan pikiran Gerald sama sekali tidak dapat kubaca. Mata sayunya tampak tidak fokus, dipenuhi dengan kecemasan yang sangat sulit kukorek. Sepanjang jalan tidak terjadi koneksi di antara kami, baik dalam hal perbincangan maupun dari hati. Wajar saja jika saat ini perasaan kagumku kepadanya sedikit b

  • Moonlight Kiss   BAB 61 : TUJUAN PELARIAN

    Ia masih tidak bereaksi. Sama sekali.Tidak mengangguk ataupun menggeleng.Ia sama sekali tidak menanggapi perasaanku.“Gerald!” Kurenggut lengannya. Ia benar-benar tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.Syukurlah pada akhirnya Gerald menoleh. Sebuah gerakan sederhana yang menunjukkan bahwa ia telah kembali menjadi manusia, bukan patung tanpa nyawa.“Apa? Ada apa?” tanya Gerald dengan mata berkedip-kedip dan pupil yang terus bergerak ke sana ke mari. Ia tampak kebingungan.“Dari tadi aku hanya mau mengatakan terima kasih...,” kuhentikan sejenak perkataanku dan kembali menatap Gerald, memastikan bahwa pria di sampingku telah memulihkan konsentrasinya. Setelah memastikan bahwa Gerald benar-benar mendengarkan, lalu kulanjutkan ucapanku, “Terima kasih karena tadi, kamu sudah menyelamatkanku.”Gerald menatapku secara cepat, hanya sekilas lantas kembali memandang jalur perjalanan di balik kaca bening pelindung kendaraan kami. Gerald menarik napas sangat dalam kemudian menghembuskannya l

  • Moonlight Kiss   BAB 60 : HENING

    Berbeda dengan ketenangan maupun kesigapan yang Gerald tunjukkan saat menghajar para begundal. Laki-laki yang selalu membuat resah hati dan pikiranku, sedari tadi membungkam mulutnya. Kedua bola matanya bergerak ke sana ke mari seakan memikirkan begitu banyak hal. Keringat membasahi pelipis pria seputih pualam itu. Entah apa yang membuat Gerald resah. Namun satu hal yang kutahu pasti, bahwa pria bermata sayu di sampingku tidak akan pernah mau membicarakan isi hati dan pikirannya. Meskipun aku dapat melihat dengan jelas kecemasan dari sorot mata tidak dapat berbohongnya, karena seperti itulah sosok Gerald yang kutahu sejak dulu. Dingin dan pendiam. Seperti sebuah semesta yang tidak dapat kujelajahi. Namun hal itu juga yang menjadi daya tariknya, sebab hanya aku tahu bahwa sebenarnya Gerald memiliki hati yang hangat. Kedua mataku melirik kembali pada pria yang tampak serius mengemudi. Entah mengapa ia selalu menjadi medan magnet perhatianku. Dahi Gerald tampak berkerut hingga jarak ked

  • Moonlight Kiss   BAB 59 : LUKA

    Gerald menggenggam tanganku sangat erat dan sedikit kasar. Ia menarikku dengan cepat. Seandainya aku tidak begitu mengagumi pria di hadapanku, aku dapat mengira bahwa ia sedang menyeretku menuju mobil Mitsubishi Pajero berwarna cokelat muda. Karena posisi mobil yang cukup tinggi, tanpa aba-aba, Gerald membuka pintu, lalu mengangkat tubuhku dengan lembut seakan aku adalah kaca yang sangat rapuh, ia mendudukanku di kursi penumpang depan.Gerakan Gerald sangat taktis dan efisien. Setelah menaikkanku ke dalam mobil, ia meminta laki-laki berjas hitam untuk memanggul Doni yang rupanya tidak sanggup berjalan. Pada awalnya Doni mencoba berlari menghampiri, namun baru beberapa langkah Doni sudah menghentikan langkahnya. Ia terjatuh. Tampaknya pertempuran tadi melukai kaki dan bagian-bagian lain dari tubuhnya.Begitu kami semua telah masuk mobil, Gerald lantas menginjak gas meninggalkan lokasi. Di dalam mobil, Gerald mengemudi dengan kecepatan tinggi. Sedangkan pria

  • Moonlight Kiss   BAB 58 : SAVE THE MOONLIGHT 5

    Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak menunjukkan ekspresi nyeri meskipun pada kenyataannya luka di leherku sangatlah pedih. Aku tidak ingin Gerald terganggu oleh lukaku. Karena hal terpenting yang harus dilakukan saat ini adalah keluar dari situasi mengerikan dengan selamat dan tanpa kehilangan Moonlight Kiss.Tatapanku kembali mencari sosok Doni, rupanya ia telah roboh di samping mobil tesla. Posisi tidak imbang karena rekan Gerald, si pria berjas hitam harus melawan dua orang. Sebelum menghampiri pria berjas hitam, Gerald dengan gagah menarikku agar berada di balik punggungnya. Kali ini bukan aku yang menjadi perisai hidup bagi seseorang, tapi Gerald menjadikan dirinya perisai hidup yang melindungiku.“Gerald, tolong berhati-hatilah!” ujarku dengan pelan, entah ia mendengarnya atau tidak. Aku bahkan dapat mendengar nada keputusasaan dari suaraku sendiri. Tanganku berusaha menggapai punggung Gerald. Namun debar di dada membuatku urung untuk menjangkaunya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status