"Aku yakin, dia gadis Athena - 1609. Ia tak suka menunggu serangan, ia lebih memilih memulai serangan," gumam Arthur sembari membuka pintu kamarnya. Berulang kali ia memutar video itu, kesimpulannya selalu sama.
Setelah semua urusan antara Kamila dan Anitta terselesaikan, Arthur dan Adam membawa Kamila dan teman-temannya pulang ke rumah keluarga Yildiz. Tadi, sesampainya di rumah, Arthur berniat untuk mengintrogasi Helen, tapi ia urungkan karena malam telah larut dan gadis itu terlihat letih.
'Aku akan menanyakan secara langsung apakah dia wanita yang sama dengan yang aku temui di gurun lembah panjshir Afganistan saat aku ditangkap kelompok bersenjata gelap.'
Arthur melepas kemejanya begitu saja, lalu menghempaskan tubuhnya di pembaringan. Pikirannya berkecamuk memikirkan bagaimana ia harus memulai pembicaraan dengan Helen. Hal yang sangat mudah bagi orang lain namun adalah hal tersulit buatnya, berbicara dengan seorang wanita secara pribadi.
Di gurun, terakhir kalinya ia berbicara intens dengan seorang wanita, dengan gadis tentara Navy Seals dengan nama kode Athena-1609. itupun dikarenakan keadaan yang sangat memaksa, mereka terjebak di sebuah gua dan dalam perjalanan menempuh badai salju selama berhari-hari.
Arthur bangkit resah dari pembaringn, lalu berjalan mondar-mandir, mencoba menyusun kalimat-demi kalimat yang nanti akan dia utarakan untuk mengintrogasi Helen. Intinya Arthur tidak mau terlihat gugup dan bodoh, jadi dia harus benar-benar menguasai percakapan.
Pukul 23.00, Arthur masih belum bisa terpejam. Bayangan Helen masih mengganggu, dengan masker dan topi yang digunakan seolah-olah untuk menutupi identitasnya. 'Aku tidak akan menahan diri lagi untuk membuka penyamaranmu'. pekik Arthur dalam hati.
Pandangannya terbentur pada Aquarium disisi Kamar dengan jendela kaca, ada dua ikan Peppermint angelfish miliknya yang mungkin sedang tertidur dan bermimpi indah disana. Akhirnya ia menemukan sebuah cara yang dia pikir paling mudah untuk bisa berbicara lebih dekat dengan Helen. Arthur meraih Smartphonenya.
Kamila, Abang sibuk sekali, mulai besok sampai beberapa hari kedepan. Tolong tugaskan lagi asistenmu Helen untuk merawat dan memberi pakan si Jack n Jill. Aquariumnya juga sudah waktunya untuk dibersihkan.
Setelah berhasil mengirimkan pesan singkat itu ke nomor Kamila, Arthur merasa tenang dan mulai menerima rasa kantuknya.
***
Pagi hari yang cerah membawa Helen untuk memulai aktivitas rutinnya. Namun, ia mengawali hari dengan kalut, manakala menemukan rekaman dari mini kamera tersembunyi dikamarnya yang ia putar semalam.Terpampang jelas wajah Arthur sedang menggeledah kamarnya dengan teliti. Membua Helen kian curiga akan identitas Arthur yang sebenarnya, terutama pekerjaannya.
'Kamila bilang abangnya adalah seorang pelukis. Tapi justru ia bertindak seperti seorang agen detektif internasional. Aku harus berhati-hati dan akan ku selediki secepatnya'. Helen membatin sambil melakukan beberapa gerakan olahraga ringan di teras samping yang tak jauh dari kamar yang diberikan khusus untuknya.
Setelah selesai dengan gerakan ringan, Helen memeriksa ponselnya untuk mengecek jadwal si Bos hari ini. Namun yang ia dapati justru sebuah perintah dari Kamila untuk mengunjungi kamar Arthur, memberi pakan dan merawat ikan peliharaan Arthur.
"Mmm...!" Gumam Helen sembari mengetuk-ngetuk dagunya dengan ujung jari telunjuk. 'Akhirnya aku punya celah untuk bisa menyelidiki lebih dekat tentang pria mencurigakan ini'.
Helen menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Memilih busana dengan gaya yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Celana jeans sedikit gombrong, baju kaos putih polos dan ditambah hoodie hitam yang begitu serasi menempel ditubuhnya. Terlihat random namun tetap cantik dan unik. Tak lupa masker dan topi kesayangannya, wajib ia kenakan untuk setahun belakangan ini. Rambutnya yang dulu pirang sengaja ia warnai full hitam untuk menambah penyamarannya.
Helen bergegas menuju lantai dua dimana kamar Arthur berada. Di tangga ia berpapasan dengan Adam yang sudah nampak rapi dan di apit oleh dua orang bodyguard. Ia melihat Helen dan menghentikan langkahnya.
"Helen, kalau kamu bertemu Arthur dan Kamila nanti tolong sampaikan salamku, aku ada urusan penting pagi ini di perusahaan sehingga tidak bisa berpamitan pada mereka, soalnya mereka belum bangun pagi ini" Ucap Adam, rupanya ia menginap semalam.
"Ok, nanti akan aku sampaikan," balas Helen, lalu melanjutkan lagi langkahnya.
"Tunggu" Pekik Arthur tiba-tiba membuat Helen menoleh lagi padanya
"Terimakasih atas kinerjamu selama ini dalam menjaga Kamila. Tim pengacaraku tetap akan memantau kasusmu dengan baik. Mulai bulan ini gajimu akan kunaikkan." Adam memberi kabar menyenangkan untuk Helen.
"Oh, thankyou," jawab Helen singkat, lalu meninggalkan Adam yang melangkah menuruni tangga.
Helen hendak mengetuk pintu kamar Arthur, tapi ia melihat pintu itu justru sedikit terbuka. Helen melongokkan wajah melalu celah pintu yang terbuka. Deg! Penampakan di dalam membuatnya takjub, ia selalu saja terpana dengan ketampanan pria satu ini. Ketampanannya begitu berpendar-pendar bak pangeran dari negeri dongeng.
Arthur sedang terlentang dengan badan diranjang sedangkan kakinya separuh menjuntai, ia masih mengenakan bathrobe berwarna hitam, sepertinya ia baru saja selesai mandi, tapi belum sempat berganti pakaian.
"Ekhemm... Permisi, apakah aku boleh masuk?" Lantun Heilen sok mengakrabkan diri.
"Masuklah." Arthur menjawab singkat. Dia sudah tahu siapa yang datang dan barusan pun ia mendengar langkah kaki, ia hanya berakting tidak tahu. Arthur belum merubah posisinya, tiba-tiba hatinya menjadi kacau.
Helen melangkah menuju aquarium, berlagak mengabaikan pria tampan yang masih terlentang di pembaringan. Ia membungkukkan badan memperhatikan dua ikan cantik yang sedang berenang indah di dalam aquarium.
Helen melambaikan jemarinya bermaksud menyapa terlebih dahulu kedua ikan cantik itu. Namun ia dapati tangannya sudah tergenggam sebuah tangan lain yang cukup kuat, menariknya dengn paksa. Karena terkejut, Helen refleks melakukan gerakan balasan, memutar tangan tersebut sepenuh energi yang dia punya, lalu melakukan gerakan mematahkan lengan, lengan itu masih terbalut bathrobe hitam itu.
"Akh...! Helen, hentikan! Kita harus bicara." Arthur berseru sambil menahan kesakitannya akibat gerakan Helen.
Seketika Helen menghentikan gerakannya, lalu berupaya melepaskan tangan mereka yang berpaut. Namun Arthur tetap menahan genggaman jemarinya dengan kuat dan kembali menarik Helen ke sisi tembok disebelah jendela kaca. Punggung Helen terbentur tembok dibelakangnya, sementara tubuh Arthur sudah terlalu dekat, bahkan wajah Helen bisa merasakan sapuan nafas segar pria tampan dan tinggi di hadapannya. Helen terpana memandang wajah itu.
'Pasti ia tak mengenaliku karena operasi di beberapa bagian wajahku yang rusak waktu itu, hmmm... ' Arthur bermonolog.
Tangan mereka yang masih terpaut ditempelkan ke tembok tepat diatas kepala Helen oleh Arthur, Helen yang masih terpana, menerima begitu saja perlakuan itu. Arthur sendiri merasa seperti orang mabuk, tak bisa mengontrol apa yang dilakukannya, terlalu dekat dengan wanita membuatnya nerveous. Helen menikmati apa yang terjadi meskipun ia tak mengerti. Ia bisa saja mendorong Arthur namun sisi hatinya yang lain melarangnya.
Untuk sesaat waktu seakan terhenti bagi Helen. Menatap seseorang yang bisa membuatnya terpana dengan jarak hanya beberapa senti.
Slap! Slap!
Begitu cepat tangan kiri Arthur menarik masker dan topi Helen.Tampaklah seluruh wajah yang berkilau dengan kecantikan yang natural. Kulit yang bening dan lembut, mata yang indah, namun sayang tertutup kontak lensa, Arthur tak bisa melihat warna aslinya, hidungnya mancung dan bangir, netra Arthur tak bisa menyembunyikan kilatan kekaguman. Arthur semakin kacau, tapi ia masih ingat tujuannya.
"Apakah kamu gadis Navy Seal Athena-1609 yang pernah bertugas di Afganistan dan terjebak denganku di gurun?"
#Bersambung
Halo readers, jangan lupa dukung novel ini ya, terimakasih :)
"Apakah kamu gadis Navy Seal Athena-1609 yang pernah bertugas di Afghanistan dan terjebak denganku di gurun?" Arthur menunduk, semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Helen, hingga hidung mereka nyaris beradu. Melihat gadis itu hanya diam, Arthur mulai kesal. "Apa kamu tidak mendengarku? Jawab pertanyaanku!" Helen tersentak. "A-apa? Apa yang kamu tanyakan?" Sesungguhnya ia tak mendengar apa yang ditanyakan Arthur sebelumnya, ia terlalu fokus pada bibir sensual dan garis rahang maskulin milik Arthur. "Buka telingamu, dengarkan baik-baik. Apakah kamu SEAL WOMAN dengan kode inisial Athena-1609?" ulang Arthur. Helen terkesiap, kali ini ia mendengar jelas setiap kata yang terucap dari bibir Arthur. Kecurigaan Helen semakin membesar, ia mulai berpikir kalau Arthur adalah seorang mata-mata dari kelompok The Shadows. "Aku tak mengerti pertanyaanmu, enyahlah dari hadapanku!" bentak Helen sembari mendorong dada bidang Arthur dengan keras. Beruntung Arthur masih bisa menjaga keseimbangannya.
Blast!!Blast!! Arthur menembakkan poison airghost sebanyak dua kali dari drone Tiny Beast. Lalu.... PRAAAANKK.....!! terdengar suara kaca mobil pecah. Tak ada suara teriakan kesakitan. Hanya ada tubuh limbung dan bergelimpangan di dalam mobil itu, akibat menghirup racun dari Poison airghost. Seseorang sempat membuka pintu mobil, tapi baru berjalan dua langkah ia terhuyung lalu jatuh tak berkutik. Efek poison airghost, hanya beberapa detik setelah dihirup akan menurunkan tingkat kesadaran hingga level terendah selama dua jam. Sunyi..., tak ada lagi pergerakan. Beberapa menit kemudian datang dua mobil berisikan 5 orang dari tim bodyguard Arthur yang dipimpin oleh Bend Akiro. Mereka turun dari mobil dengan menggunakan masker khusus anti poison airghost. "Para pembuat onar ini, terus saja mengincar Mr. G. Kita habisi saja mereka," rutuk Dave. salah satu bodyguard. "No, Mr. G sudah menghubungi pihak berwenang yang memiliki jabatan tinggi untuk menangani mereka. Kita hanya perlu me
The beginning Flash back on! 13 Desember 2019 DARPA Pusat, Virginia, Amerika Serikat Pertemuan Rahasia Para petinggi untuk membahas tentang penggunaan Robot Humanoid dengan Hyper Artificial Intelegence (HAI) atau kecerdasan buatan tingkat tinggi dilaksanakan dengan menghadirkan utusan dari berbagai pihak yang berkepentingan. Para petinggi DARPA, PENTAGON dan pihak Pemerintahan dari Gedung Putih, juga wakil dari para ilmuwan tak ketinggalan hadir dalam pertemuan tersebut. Geon Arthur Yildiz datang sebagai salah satu wakil dari ilmuwan neurorobotics engineer DARPA. Setelah melewati adu pendapat yang alot dan menegangkan, akhirnya kesepakatan dapat juga dicapai. Hasil Pertemuan :Penggunaan robot humanoid dengan Hyper Artificial Intelegence sebagai robot perang (robot warrior) untuk sementara ini adalah dilarang, karena alasan kemanusiaan. Adapun pengembangannya masih diizinkan dengan catatan pengembangan tersebut dibawah pengawasan Lembaga pemerintah yang berwenang. Sebagian
Dalam gelap, bermunculan sosok-sosok hitam, mereka langsung membopong tubuh Arthur. Gerakan mereka begitu cepat dan tepat, sangat mengenal seluk beluk ruangan di dalam laboratorium itu. Bahkan mereka membawa tubuh Arthur melewati sebuah lorong yang menuju pintu keluar rahasia. Pintu yang hanya diketahui oleh orang-orang dalam DARPA. . . . . Beberapa jam kemudian.... "Bangunkan dia!" Arthur terlonjak kaget saat merasakan wajahnya basah oleh bulir-bulir air yang dipercikkan seseorang yang masih terlihat samar-samar dalam pandangannya. Sosok tinggi besar, berkulit hitam, tampak dingin dan sangar, berdiri di hadapan Arthur. "Selamat datang Mr. G. Semoga anda suka dengan sambutan kecil kami." Arthur masih merasa sedikit pening, "Ternyata kau rupanya Robert Kanumba, pecundang!" desis Arthur dengan rahang mengeras. Wajah Robert Kanumba semakin dingin mendengar kalimat Arthur. "Mmm..., aku puas melihatmu ta berdaya seperti ini Mr G." Arthur tak tahu berapa lama ia pingsan. kini len
Arthur terdiam, jika sudah menyangkut keselamatan kedua orang tua dan adiknya, ia tak berani bertaruh. "Baiklah, aku berikan apa yang kalian minta," ucap Arthur akhirnya. Dalam hatinya merutuk kesal, dia sudah berupaya keras untuk menyembunyikan identitas pribadi dari publik demi keamanan orang-orang terdekatnya, tapi The Shadow berhasil menguak semua itu."Hmmm..., keputusan yang tepat. Terimakasih anak baik. Hahahahaha...! Gustavo, pasangkan masing-masing satu gelang minibom di lengannya." Robert Kanumba menarik rambut Arthur dengan kasar.Salah satu personil The Shadow mengerjakan perintah Robert dengan cekatan. Sebuah gelang baja kini telah melingkari kedua pergelangan tangan Arthur. Gelang ini bisa diledakkan kapan saja oleh pemegang kontrol ledaknya. Posisi Arthur kian terpuruk, mau tidak mau harus mengikuti semua keinginan Robert Kanumba."Andai saja sejak awal kau membawa ASTROGUN untuk bekerja di bawah perintah Barbara Clarkson, pasti kau tidak akan berakhir seperti ini, Mr
Geon Arthur Yildiz merasa tak lagi mengenali dirinya sendiri. Hidupnya kini bagaikan hanya menunggu mati.Selama 24 jam non stop selalu dalam pengawasan dan todongan senjata api. Ia tak diizinkan beristirahat kecuali malam hari. Setiap kali terlihat lelah dan lambat dalam menyelesaikan pekerjaan , anak buah khan Zaada langsung memberinya pukulan bertubi-tubi.Fisiknya tak terurus, dekil dan penuh luka infeksi pada sebagian besar tubuhnya. Bahkan wajah Arthur terlihat bengkak pada pipi sebelah kanan. Kulit putihnya seakan tenggelam oleh memar dan daki tebal. Ditambah lagi rambut, kumis,serta jenggotnya yang panjang dan berantakan, dia sama sekali tak terlihat seperti seorang Geon Arthir Yildiz ilmuwan DARPA, ataupun sang Ceo Astrogun.Hanya ingatan tentang Ayah, Ibu dan Adiknya yang membuat Arthur terus bertahan.Pekerjaan Arthur setiap harinya memperbaiki senjata-senjata rampasan yang rusak, merakit senjata baru yang datang dan memberikan fitur-fitur tambahan pada beberapa machine gun
"Galea, Apa kau baik-baik saja?!" Suara Athena memburu dan menegang manakala tak mendapatkan jawaban dari Galea. Ia meniup kepala alat komnikasi nirkabel yang terhubung dengan helmnya, untuk memastikan alat itu masih berfungsi. Tubuhnya semakin berayun-ayun kencang dengan arah terbang helikopter yang tak beraturan. Sekuat tenaga ia mempertahankan tubuh Mr. G yang lemah agar tetap dekat dengannya."Athena!! Putuskan talinya segera!" perintah Galea tiba-tiba dalam keputus asaan."Lakukan saja pendaratan darurat. Heli ini sudah berasap, aktifkan parasutmu dan terjunlah!!" Athena meraung tanpa pikir panjang menarik bayonet Gerber Mk.2 dari sarungnya. Kemudian ia menggunakan tangan kiri untuk memotong tali pengikat tubuhnya sekuat tenaga..Sementara tangan kanannya berpegangan kuat pada tali yang melilit Mr. G. Setelah tali yang mengikat melilit tubuh Athrna terputus, kini tubuhnya menggelantung pada tali yang sama dengan Mr. G, kemudian ia kembali mengarahkan bayonet Gerber Mk.2 , kal
Lembah Panjshir , AfghanistanMusim dingin, 19 Februari 2020Sang waktu beranjak pagi, badai salju telah pergi. Menyisakan berton-ton tumpukan salju di sepanjang lembah.‘’Hei, bangunlah!" pekik Athena berulang-ulang membuat Mr.G terperanjat.“Kalau ingin lekas sembuh, cepatlah makan.” Athena menyodorkan sepotong roti kepada Mr. G, satu-satunya roti yang tersisa di kantong celananya.Arthur memandang roti itu dengan bernafsu, bak menemukan tumpukan ide brilian di otaknya saat ia sedang menghabiskan waktu di laboratorium. Perutnya sudah sangat lapar, terlebih lagi perasaan nyaman karena terbebas dari siksaan dan todongan senapan membuatnya kian menyadari kalau lambungnya sudah sangat kosong keroncongan.Ingin rasanya ia segera melahap roti di tangan 'si gadis hijau', tapi harga dirinya sangat besar. “Kamu saja yang makan, aku belum lapar," ujarnya datar.“Tentu saja aku sudah makan bagianku." Athena berbohong. Ia sangat iba melihat kondisi pria dihadapannya yang tampak kurus dan peny