Happy reading!
-----
Dave menoleh. "Katakan padaku, rencana apa yang akan kamu lakukan untuk penyembuhanku? Kalau aku merasa hal itu mungkin, maka aku akan setuju dengan kesepakatan ini."
=====
Estelle berdeham, melarikan tatapannya dari Dave yang seolah sedang menantang dirinya. Jujur saja, ia belum merencanakan lebih jauh soal apa yang akan ia lakukan untuk penyembuhan Dave.
Namun, karena ia juga sudah menduga Dave akan berbicara seperti itu. Jadi, dalam waktu singkat ini, ia hanya bisa menyiapkan sebuah ide kecil.
Beruntung semalam dirinya sudah mencari tahu tentang gynophobia lewat media sosial lalu mempelajari apa saja yang menjadi inti masalah fobia itu dan semuanya ... di sebabkan oleh luka. Sama halnya seperti Noel yang dulu terpenjara luka sebab kematian sang istri.
"Pertama, pertemukan aku dengan dokter yang merawatmu."
"Aku sudah lama tidak pergi memeriksakan diri," sambar Dave ringan
Happy reading!-----“Nona penguntit! Benarkan?”=====Seakan semua suara di sana seketika meredam, hanya sebuah nama panggilan yang terdengar seperti alunan petir yang melintas di kepala. Sebuah panggilan yang mengundang rasa panas di hati.Estelle membeku, menoleh seraya menatap dengan pandangan tidak bersahabat. Sungguh, ia tidak menduga akan mendengar panggilan seperti itu di sini dan kesalnya semakin menjadi ketika baru ingat ia tidak memakai mafela untuk menutupi wajahnya yang sudah di kenal oleh warga kota ini!Kristal cokelat gelapnya semakin melekat, melihat pria yang masih begitu nyaman menyentuh lengannya. Seorang pria dengan outfit musim dingin yang sialnya terlihat berkelas untuk Estelle. Wajah oval yang membingkai senyum tulus malah membuat risih hatinya.“Bukan. Maaf, tapi bisa tolong anda lepaskan ini?” tegur sopan Estelle, ia pun melirik sekilas pada genggaman tangan
“Take your time,” seru Andrew yang langsung mendapat tatapan sinis. Pandangan yang seolah berkata, ‘ini semua karenamu!’=====Angin dingin berembus lembut menerbangkan beberapa helai dari surai chestnut yang memanjang cantik di mata Andrew, wanita yang baru ia temui sekali dan selebihnya hanya melihat dari berita yang membuatnya terbahak.Sudah lama ia ingin bertemu dan berbincang dengan wanita energik yang sudah beberapa kali mengintip ke arahnya meskipun sedang sibuk berbicara pada ponsel yang melekat di daun telinga. Namun, Dave dan Sam selalu bungkam soal Estelle. Ia bukan pria kaya dengan banyak koneksi aneh yang bisa mencari informasi dengan mudah seperti dua teman yang baru beberapa tahun berhubungan dengannya.Dua pria yang membuat atensinya nyaman untuk selalu memperhatikan mereka. Kehidupan yang lucu, menurutnya. Dua sahabat yang terkadang datang padanya untuk menyuarakan keluh kesah mereka. Cerita-cerita h
Tiga menit sebelumnya.Sebuah pesan teks masuk ke dalam ponsel milik Dave. Pria yang baru bisa melepaskan rasa berdebar tidak nyaman itu langsung kembali dibuat berdebar oleh sebuah pesan yang hanya terdiri dari tujuh kata. Tepat setelah membaca kalimat menyebalkan itu, hatinya langsung mengutuk sang pengirim pesan dan wanita yang baru saja meninggalkan ruangannya ini.[Aku menuju restaurant Estrella bersama nona penguntit.]Isi pesan yang tentu langsung membuat Dave berdiri dan bergegas dengan membawa amarah menuju tempat Estelle dan dokter gilanya berada. Apa yang sebenarnya ada di otak mereka? Damn! Mereka benar-benar mengesalkan!Berjalan dengan aura yang membuat para pegawainya menunduk tidak berani menatap. Dave memasuki lift dengan pikiran yang sudah menerka-nerka apa yang akan terjadi jika orang yang mengawasi dirinya tahu keberadaan Andrew yang bertemu dengan Estelle.Di sini, semua lantai memiliki mata dan telinga. Dave mema
“Huh? Sebentar Dave, kita mau ke mana?” tanya Estelle, mematungdi samping maserati perak. Setelah setengah menit berdiri linglung di depan hotel. Ia pikir Dave mau mengajaknya bicara soal Andrew, tetapi sekarang malah muncul sebuah mobil dengan supir yang baru saja meninggalkan mereka.Dave yang baru ingin mengitaridepanmobil jadi berhenti. Menoleh dan memandang Estelle malas. “Memberikanapa yang kamu mau," singkatnya, sedikit terpaksa mengeluarkan suara untuk wanita yang sejak tadi terus saja mempertanyakan geraknya.Estelle mengerutkan kening, angin yang berembus menerpa wajahnya itu sama sekali tidak bisa mendinginkan pikirannya yang runyam. Sejak tadi, Dave seolah sedang berbicara dengan bahasa yang hanya pria itu mengerti.Estelle membuyarkan raut masamnya. “Memberikanyang aku, mau?SeriouslyDave, aku benar-benar tidak paham."Sungguh, ia sama sekali tidak terpikirkan apa pun. Yang ia i
Wangi yang beraneka ragam. Harum yang selalu melekat dalam ingatannya. Seperti bau tubuh mendiang ibu yang selalu bisa membuat hati mendamai. Oleh karena itu, meski waktu kembali berputar, yang terbaik tetap merelakan rumah daripada Bloom Florist.Keputusan singkat yang begitu membuatnya berdosa sampai sekarang, menjual satu-satunya kenangan yang telah mereka bangun sejak dirinya masih menjadi embrio. Tega, kejam? Benar ... seperti itulah ia melabel dirinya."Kenapa kamu melamun?" tanya Merry, pelanggan setia Bloom Florist.Estelle tersentak dan memberikan senyum untuk menutupi luka lama yang kembali menganga. "Aku tidak melamun, aku hanya bingung membandingkan ... bunga itu selalu mutlak dibilang cantik oleh semua orang, tapi aku merasa itu salah, karena menurutku Auntie Merry lebih cantik dari bunga hyacinth ini."Estelle pun memberikan seikat hyacinth biru yang sudah ia rangkai itu. "Suamimu juga akan setuju dengan perkataanku."Merry terk
Klinik Rain. Huruf-huruf besar yang berdiri tegak di atas rerumputan yang tertampung dalam wadah marmer persegi panjang nampak begitu estetis dan bersahabat di mata.Estelle langsung takjub begitu dirinya keluar dari mobil, melihat pemandangan klinik yang terasa nyaman dan indah ini. Taman hijau dengan gazebo cantik dan beberapa bunga yang tumbuh menghiasi tepi batas taman di sana. Meski sederhana tetapi tampilannya cukup memukau hati.Ia pikir akan terlihat kecil dan biasa saja sebab akses menuju ke tempat ini cukup dalam dan jauh dari perkotaan. Namun, ini ternyata lebih luas dan indah, ditambah pemandangan laut yang tidak jauh dari bangunan ini berdiri.Tidak sampai di situ, masuk ke dalam klinik, rasa hangat dan harum aromaterapi bunga lebih mendominasi daripada bau obat-obatan. Lagi-lagi, hatinya dibuat kagum dengan interior yang benar-benar mengedepankan estetika demi menjaga kenyaman pasien ini. Sofa yang berwarna warni dan lukisan air sepanjang dinding y
Dua aroma kopi yang menguar memenuhi setiap sudut kini sudah meredup. Pembicaraan yang serius itu tanpa terasa ternyata sudah berlangsung selama dua jam.Entah sudah berapa kali Estelle membekap mulutnya sendiri, wanita itu sungguh amat tidak menyangka dengan prilaku kejam yang Dave terima dari pengasuhnya sendiri.Bisa ia bayangkan, bagaimana ketakutannya Dave sewaktu kecil. Dipukul tanpa tahu kesalahannya, diraba tanpa mengerti apa itu kenikmatan sentuhan dewasa.Usia sekecil itu hanya mengerti tentang sentuhan kasih sayang, bukan sentuhan diluar batas normal untuk kepuasan seksual. Mengajarkan anak kecil tentang apa itu nikmat birahi, tanpa mau tahu betapa Dave sudah sangat tersiksa dengan berbagai alat yang di masukan ke dalam tubuhnya.Memikirkannya saja sudah membuat Estelle ingin muntah. Dave menjalani hari-harinya dibawah ancaman sang pengasuh. Bertahan selama itu, sungguh ... entahlah, Estelle sudah tidak sanggup membayangkannya. Rasanya, semua m
Happy reading!-----"Dave jatuh sakit. Dia bertemu lagi dengan wanita iblis itu. Sekretarisnya bilang, kondisi Dave berbeda dari biasanya, sulit didekati oleh siapa pun. Sepertinya, kita harus segera melihatnya."=====Kepada siapa harus menyalahkan semua ini? Haruskah menyalahkan pada si pemberi luka atau pada diri yang masih betah mempertahankan rasa sakit?Luka yang susah payah dikikis, kembali membentuk hanya dalam hitungan waktu yang singkat. Sakit yang sudah berlalu lama, masih teringat seakan baru terjadi kemarin. Berulang dan terus berulang sampai diri merasa muak. Hanya pertemuan singkat dan perkataan menjijikkan, mampu membangunkan diri yang lemah.Semua gelap, ruang hampa yang menakutkan. Dave berjalan dalam ruang yang tidak berbentuk, berbau ataupun bertekstur. Pupil emerald itu semakin membesar demi mencari setitik cahaya. Namun sia-sia, semua kosong dan hitam. Bahkan di mana kakinya berpijak pun ia