“Kenapa kau menghubungiku?” Aku kembali bertanya pada Alice.
“Um, aku melihat calon istrimu.” Jeda sejenak. “Dia ada di pub.”
Aku mengerutkan dahi. Pub? Daisy ada di sebuah Pub? Sejak kapan dia suka ke tempat itu. Aku tahu betul dengan Daisy, dan dia tidak mungkin tengah minum-minum di pub.
“Konyol,” kataku.
“Yasudah kalau tidak percaya.”
Alice langsung memutuskan sambungan. Rehan mengirimiku sebuah pesan.
Rehan : Pak, aku menemukan Daisy.
Rehan mengirimkan sebuah gambar. Daisy tengah menari di lantai dansa sebuah pub.
“Apa yang kau lakukan di sini?”Daisy langsung mendorongku saat sadar kalau aku ada di dekatnya.“Aku mengkhawatirkanmu, sayang.” Aku kembali mendekat.“Pergi! Pergi dari sini sekarang juga. Aku sudah tidak mau lagi melihatmu!” Daisy berteriak kencang.“Aku mohon. Dengarkan dulu penjelasanku.”“Penjelasan apa lagi? Semua sudah cukup menjelaskan, Drew. Kau ba-ji-ngan!” Daisy memukulku dengan bantal berulang kali.Mendengar suara keributan, Carla tiba-tiba masuk ke dalam kamar. “Hei, ada apa ini?”“Tolong suruh bajingan ini pergi, aku sudah tidak mau lagi meliha
Aku tidak menyerah. Keesokan harinya aku kembali ke rumah Daisy.Tapi Carla menyiramku dengan seember air.“Pergi dari sini dan jangan kembali. Kau bajingan, Drew!” Carla berteriak. Membuat para tetangga keluar untuk menyaksikan keributan yang terjadi di antara kami.“Kasih aku satu kesempatan lagi untuk menjelaskan kepada Daisy.” Aku memohon.“Tidak. Kau tidak akan pernah mendapatkan kesempatan lagi. Hubungan kau dan Daisy sudah berakhir!”“Aku mohon jangan seperti ini, Carla.”“Hei!” Carla berkacak pinggang. “Sekarang, lebih baik kau melunask hutangmu! Membayar ganti rugi atas pernikahan kalian yang gagal.”Aku mengusap wajah frustrasi. “Aku aka
Alexa menarik napas dalam-dalam. “Jadi, kau akan menyerah? Pernikahan kalian sebentar lagi.”“Batalkan saja. Mungkin, aku tidak akan menikah.”*****Sejak ditinggal pergi oleh Daisy, aku mulai putus asa. Aku tidak tahu harus apa dan bagaimana. Kabar terakhir yang aku dengar, katanya Daisy sudah pergi kencan buta dengan lelaki pilihan kakaknya.Itu membuatku gila. Sampai aku mengurung diri di apartemen selama seminggu. Aku tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam apartemenku. Termasuk keluargaku sendiri.Aku membuka kaleng soda, meneguknya hingga habis, kemudian membuangnya ke sembarangn tempat.Aku menoleh sejenak dengan mata menyipit.
“Alexa, aku mengizinkan kau masuk untuk bicara."Aku mendengus sebal. Sudah kutahu resikonya kalau bertemu Alexa.“Tunggu, aku tidak mungkin bisa bicara dalam kondisi seperti ini. Aku sudah menghubungi seseorang untuk membereskan kekacauanmu.”Aku memutar bola mata jengah. “Siapa? Aku tidak ingin orang lain masuk ke dalam apartemenku.”“Jadi, kau mau begini terus selamanya? Bukan hanya lalat yang mampir ke apartemenmu nanti. Tapi, ular juga! Kau ini bagaimana sih, Drew.”Aku diam. Aku tidak akan melawan Alexa lagi, karena berdebat dengan Alexa akan buang-buang waktu.Menjelang tukang bersih-bersih datang, aku menghabiskan makanan yang dibaw
Dia akan datang nanti sore," kata Alexa yang bikin aku terbelalak.“Apa?”Alexa bangkit berdiri. “Kau persiapkan saja dirimu. Aku sudah mati-matian membujuknya agar mau bertemu denganmu.”Alexa hendak pergi, tapi aku segera menahan tangannya. “Lex … bagaimana mungkin aku menemuinya dalam kondisi seperti ini?”“Memangnya, kau kenapa?”“Aku—“ aku melihat diriku sendiri. “Kacau. Sangat kacau.”Alexa terkekeh geli. Ia menepuk pundakku. “Kau ini adikku yang sempurna. Bagaimana mungkin seorang Mr. Perfect meragukan penampilannya sendiri. Ayolah, Drew. Kau laki-laki hebat, bukan? Kau harus berani me
Aku berjalan ke lemari. Memilih pakaian yang pas.“Aku harus terlihat sempurna.”Dan tak lama kemudian, bell apartemenku berbunyi.Sial!Aku mengambil stelan jas, dan sepatu pentofel.Setelah memastikan bahwa penampilanku sempurna, aku berjalan menuju pintu. Mengintip dari lubang pintu terlebih dahulu, Daisy sudah berdiri di depan pintu.Aku semakin gugup.Aku menarik napas berulang kali, lalu membuangnya. Aku lakukan hal itu terus-menerus.Sebelum akhirnya, aku membuka pintu.
“Sebenarnya, aku memang sudah pernah menikah dengan Alice.”Daisy membuka mulutnya untuk beberapa saat. Mungkin sulit untuknya menerima kenyataan pahit yang selalu aku sembunyikan kepada siapapun.“Dua tahun yang lalu.” Aku melanjutkan. “Awalnya pernikahan kami baik-baik saja. Kami juga sepakat untuk tidak punya anak dulu, karena waktu itu umur kami masih muda. Yah, ternyata perniakahan kami tidak berjalan dengan mulus. Di usia pernikahan kami yang ke satu tahun, Alice ketahuan selingkuh dengan lelaki lain. Aku tidak kenal siapa si brengsek itu. Tapi, setelah mengetahui hal itu, aku langsung mengusir Alice.”Aku menarik napas dulu.“Alice wanita yang picik. Dia pergi bersama selingkuhannya dengan membawa banyak uangku. Aku dan kel
Membuat Daisy syok. “Sudah cukup, Drew. Berhenti menyakiti dirimu sendiri, dan juga aku.”“Aku akan buktikan semuanya kepadamu, Daisy. Semuanya! Kalau aku benar mencintaimu, dan rela melakukan apa saja untukmu. Tunggu saja, aku akan mencari bukti kalau anak yang dibawa oleh Alice itu bukan anakku.”“Bagaimana mungkin aku bisa mempercayai kata-katamu lagi, Drew.” Daisy tertekuk lesu seolah sudah menyerah dengan keadaan.Aku langsung berlutut di hadapan Daisy. “Aku mohon. Percayalah padaku. Setidaknya, kasih aku satu kesempatan lagi.” Aku terlihat lemah dan bodoh.Daisy menarik napasnya dalam-dalam. “Okey. Satu kali kesempatan lagi, Drew. Hanya sekali.”“Iya, hany