Share

Dendam Masalalu

last update Last Updated: 2022-12-28 16:03:47

Nick berjalan menuju laboratorium, berniat memindahkan beberapa bahan kimia EonCor W203 Acid Corrosion Inhibitor untuk proses Pickling Corosion logam, karena bahan tersebut membutuhkan temperatur yang bagus. Minimal harus 90 derajat celsius, namun belum sempat membuka pintu, seorang wanita tiba-tiba lari kencang dari arah yang berbeda tanpa memerhatikan keberadaan Nick yang masih diambang pintu sembari memegang cairan kimia.

Cairan kimia yang baru saja Nick larutankan itu jatuh dan tumpah mengenai tangan mereka berdua.

"Maaf, Aku-" ucap wanita yang secara tidak sengaja terkena tumpahan cairan kimia yang dibawa Nick menuju ruang laboratorium siang itu.

"Tanganmu perlu dikompres," ucap Nick seraya menuntun wanita itu masuk ke dalam ruang laboratorium.

"Lain kali hati-hati," imbuhnya sembari menempelkan kain yang sudah dibasahi dengan larutan Natrium Chloride yang sering disebut PZ dalam istilah medis.

Nick, pria berkacamata oval itu terlihat telaten merawat tangan wanita yang sebenarnya belum dikenal.

"Ma-Maaf! Tadi Aku buru-buru karena terlambat menghadiri kelas," bantahnya.

Setelah selesai menggulungkan perban dilengan wanita itu, Nick akhirnya menarik napas lega. Setidaknya ia mampu memberikan pertolongan pertama supaya tangannya tidak terlalu melepuh.

"Jika sudah merasa enakkan, Kamu bisa kembali ke kelas," ucap Nick seraya merapikan kotak First Aid Kit yang baru saja digunakan untuk merawat luka kecil wanita itu.

"Aku Ste-"

"Stevy Oswald," ucapnya memperkenalkan diri.

"Kamu anak Sains, 'kan?" imbuhnya meyakinkan.

Nick hanya membalas anggukan, sembari membalas perkenalan kecil yang baru saja dimulai oleh wanita yang bernama Stevy itu.

"Nick-, Nick Walter," balasnya singkat kepada wanita yang memiliki binar mata green emerald itu.

Lalu Nick melangkah menuju pintu, sembari berisyarat kecil dengan tangannya untuk mempersilakan Stevy keluar tanpa harus repot membuka pintu.

"Terima kasih. Sekali lagi Aku minta maaf," ucapnya sebelum benar-benar mengeluarkan tubuhnya dari ruangan itu sepenuhnya.

Nick tersenyum, menunjukkan lesung pipi sebelah kirinya yang membuat pesona Nick semakin membuat daya tarik tersendiri bagi Stevy-pun kerap kali semua wanita yang baru pertama kali melihat Nick memang selalu bersikap seperti itu. Sebelum Stevy, dulu Alluera Sky juga primadona di kelas yang mengidolakan Nick namun Nick mengabaikan karena alasan tertentu.

Tanpa sadar keberadaan Nick dan Stevy di dalam Lab tadi telah disaksikan seorang pria yang selama ini sangat membenci Nick hingga sumsum tulang, bahkan sampai darah dagingnya.

"Persetan!" umpatnya sembari memukul tembok merasa Nick selalu hadir menjadi kerikil yang menghalangi jalannya. Pun Pria itu merasa Nick bukanlah tandingannya.

***

"Kau, lagi!" ucap Freddo sembari merebut novel yang sedang dibaca Nick siang itu.

Nick bangkit, membenarkan posisi kacamatanya, merasa bahwa dirinya tak harus meladeni Freddo dengan merebut kembali novel yang ada ditangannya.

"Apa selama ini ucapanku tak cukup membuatmu paham!" ucapnya sembari menjegal krah kemeja Nick dari belakang. Merasa Nick mengacuhkan tantangannya kali ini.

Nick diam. Berusaha menghindari Freddo yang berusaha menciptakan keributan.

"Kembalikan Novelku!" ucap Nick akhirnya.

"Apa?" tanya Freddo lagi sembari mendekatkan telinganya kearah Nick.

"Kembalikan!" bentak Nick merasa Freddo semakin ngelunjak.

Merasa Nick melawan, akhirnya Freddo memukul wajah Nick hingga tubuhnya terpental. Kepala Nick membentur keras ke bibir tangga hingga membuat pelipisnya terluka.

"Freddo!" bentak Stevy berusaha menghentikan tindakan Freddo yang semakin rasis.

"Kukembalikan barang tak berguna Kau! Sekali lagi Kau dekati Stevy, terima risikonya! Paham," desisnya mengancam, sembari mengerucutkan bibir Nick lalu membantingnya keras kearah sekat pembatas tangga saat Stevy datang dan menghentikan tingkah Freddo yang sudah keterlaluan.

Stevy mendekat kearah Nick yang sudah berdarah-darah. Hingga membuat Stevy kepanikan.

"Nick!"

"Aku nggak apa-apa," ucap Nick seraya bangkit lalu meninggalkan Stevy.

"Nick!" ucap Stevy menjeda langkah Nick.

Nick menjeda langkahnya, sembari memegangi pelipisnya yang terluka. Rasanya kepala Nick terasa pusing akibat benturan keras, darah segar mengalir dari dalam hidungnya, hingga tubuhnya terbanting keras ke lantai.

"Nick!" panggil Stevy seraya mendekati Nick yang sudah lemas tak berdaya di lantai. Stevy panik! Berusaha mencari pertolongan dengan menghubungi beberapa sahabatnya.

"Aku nggak apa-apa," ucap Nick sembari menjeda aktifitas Stevy.

"Sandar dulu."

Nick masih memegangi kepalanya yang terasa berputar hingga membuat pandangannya sedikit kabur.

"Kita ke Rumah Sakit sekarang, Nick!" ucap Stevy saat Nick sudah berada di UKS kampus, tapi darahnya masih saja mengalir.

Nick menghela napas panjang.

"Jangan khawatir, Aku sudah biasa seperti ini," ucapnya.

"Maksudnya?" tanya Stevy aneh.

"Kamu, kenal Freddo?" imbuhnya.

Nick diam, tak mengindahkan pertanyaan Stevy. Merasa tak perlu membahas Freddo yang demikian, sebab mau sampai kapan pun Freddo akan tetap begitu. Sejauh Freddo hanya melukai dirinya, Nick merasa tidak perlu ambil hati. Bagi Nick, melawan Freddo hanya sebuah tindakan gila.

Pria itu, tak akan mampu Nick lawan, karena mau bagaimana pun-Freddo tetap teman kecil yang ketika dewasa mengalami banyak kesalah pahaman.

Nick memang sudah biasa diperlakukan Freddo seperti itu, bahkan dulu waktu masih SMP malah lebih parah dari ini. Freddo seolah tidak ingin tersaingi, padahal Freddo jauh lebih dari Nick yang bisa mendapatkan apa saja. Hanya karena Nick selalu mendapatkan bimbingan prioritas dari guru-guru favorit di SMP Negeri waktu itu hingga membuat Freedo seolah buta akan prestasi Nick yang memang tidak mampu dikalahkan.

Nick memang cerdas, ketampanan Nick menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wanita-wanita yang selalu didekati Freedo, namun mereka lebih memilih Nick. Sehingga Freddo merasa tersaingi dalam segala hal. Seperti saat ini pun pertemuan tanpa sengaja dengan Stevy termasuk yang menjadi pokok pangkal utama sehingga membuat kebencian Freedo semakin membabi-buta.

Padahal sejatinya, Nick juga tak pernah meladeni Sky atau wanita lain yang berusaha mendekati dirinya. Namun karena Stevy yang selalu membuat Freedo jengkel dan merasa bahwa Stevyharus menjauh dari Freedo makanya Nick satu-satunya pria yang akan Stevy dekati supaya Freddo tidak lagi menggangunya. Namun sepertinya upaya Stevy justru membuat kebencian yang sudah tertanam sejak lama itu akhirnya bangkit kembali dan membuat Freddo semakin jengkel dengan kehadiran Nick.

Sejauh nama Freddo berada, ia merasa Nick selalu ada di sana. Rasanya, Nick selalu mempu mendapatkan apa saja yang ia inginkan dengan kecerdasannya. Sementara Freddo harus mengandalkan orangtuanya untuk segala upaya agar ia terkesan hebat.

"Nick," ucap Stevy sembari membersihkan luka di pelipis Nick.

Nick menoleh, napasnya menderu. Jantungnya berpacu, saat bertemu tatap dengan Stevy yang manik matanya mengisyaratkan adanya sesuatu kepada Nick.

Melihat keberadaannya sedang diperhatikan Freddo dan kawan-kawannya. Lalu, Nick menjeda aktifitas Stevy supaya tidak semakin dibenci. Namun, sepertinya Freedo terlanjur geram melihat Nick yang terlihat memanfaatkan keadaan.

"Kenapa?" tanya Stevy.

"Nggak-, Nggak apa-apa!" ucap Nick sedikit terbata.

"Aku balik dulu. Terima kasih bantuannya," imbuhnya sembari berlalu meninggalkan Stevy.

"Nick, tunggu!" panggil Stevy.

Sementara Nick benar-benar merasa kacau. Wanita ini perlu diberi penjelasan bahwa saat ini Nick dalam terror karena kehadirannya.

"Sorry, Aku ada kepentingan! So maaf," ucap Nick mencari alibi supaya Stevy tak lagi membuntuti dirinya.

Tanpa sadar Stevy memerhatikan Nick yang jalannya agak sedikit pincang.

"Kamu, suka sama si Bodoh itu?" tanya seorang pria di sebelah Stevy tiba-tiba.

Stevy menoleh kearah Freddo yang tiba-tiba berdiri mensejajari tubuhnya.

"Kenapa?" bantah Stevy.

Freddo tak menjawab, hanya membalas senyum ketus mendengar ucapan Stevy yang selalu menolak kehadiran Freddo.

"Kalaupun iya, itu bukan urusanmu, 'kan?"

"Tentu urusanku!" balas Freddo cepat.

"Masalahnya?"

"Masalahnya Si Bodoh itu, nggak pantas buat Kamu. Paham!"

"Dia atau Kamu yang nggak pantas!" balas Stevy seraya berlalu meninggalkan Freddo.

Bajingan! Gumamnya, merasa kehadirannya selalu ditolak Stevy. Tentu Freddo akan membuat satu perhitungan lagi.

Cari masalah! Tunggu, Kau Nick. Ancamnya dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mr. Walter Pangeran Api Biru   Pembalasan yang Tertunda

    Nick tak menyadari keberadaan Grachia yang mematung tepat dibelakangnya. Wanita itu, tertunduk lemah mendengar berita bencana yang terjadi di gunung tempat Manfreed menggali timah putih. Jika ledakan gunung itu menelan korban jiwa sebanyak dua puluh lima ribu jiwa, tentu Grachia berpikir Manfreed pun telah mati."Bu," Nick menghampiri Grachia yang terpaku, air mata seolah menggenangi tempat Grachia berdiri. "Tuan Nick!" ucap Grachia terbata sembari menekan dadanya yang terasa sesak.Tubuh Grachia lemas, terhuyung ke arah samping, membentur tubuh Nick yang sigap menangkap Grachia yang seolah habis tenaga, hilang nyawa."Tolong!"Nick pun bercucuran air mata, panik, binggung mana yang harus didahulukan! Jika ia harus berlari mengejar badai untuk menyelamatkan Manfreed yang jelas-jelas sudah mati, bagaimana dengan Grachia yang seolah ingin menyusul kepergian Manfreed.Beberapa perawat pun akhirnya berlari ke arah Nick yang tengah memangku Grachia. Memindahkan Grachia ke brankar dan memb

  • Mr. Walter Pangeran Api Biru   Erupsi Gunung Sunset Camp

    "Bagaimana hasilnya, Dok?" tanya Nick antusias. "Luar biasa, Tuan. Anda memiliki golongan darah istimewa. Dimana, golongan darah yang Anda miliki adalah golongan darah Rh-Null paling langka. Tentu, Kami akan segera melakukan transfusi untuk Istri Anda," balas Dokter itu. "Maaf, Dokter. Wanita itu bukan Istri Saya-pun Janinnya juga bukan darah daging Saya. Apakah transfusi masih bisa dilakukan?" Nick memperjelas agar Dokter tidak menduga bahwa mereka ada kecocokan DNA. "Tidak masalah Tuan, Anda orang yang tepat untuk memberi pertolongan, Kami juga tidak bisa mengulur waktu terlalu lama. Jika Tuan bersedia dan yang bersangkutan menyetujui Anda mendonorkan darah untuknya, maka akan segera Kami tangani," balas Dokter muda itu meyakinkan. Nick tak mengerti sepenuhnya apa yang dimaksud Dokter tentang golongan darah istimewa-pun langka ditemukan dalam kasus ini. Meskipun Nick akan tetap bersedia mendonorkan darahnya walau Berlian menolak keputusan itu, yang

  • Mr. Walter Pangeran Api Biru   Golden Blood

    Paginya, Nick seperti tak memiliki semangat hidup lagi. Semua harapannya seolah hilang begitu saja. Ia merasa ada yang hilang dari dirinya, rasa kehilangan untuk yang kedua kali. Jika ia harus memilih untuk memperjuangkan cintanya kepada Stevy, akankah ia mampu mengkhianati janji yang telah diucapkan kepada Berlian kemarin? Keadaan ini sungguh membuat Nick dilema, namun kehilangan Stevy dan merelakan wanita itu dipersunting pria lain benar-benar membuat dirinya terkesan gila. Meskipun pagi ini udara sekitar rumah Grachia cukup dingin, ia sama sekali tak mampu menghirup udara segar, dadanya terasa sesak! Hatinya seperti tersayat pisau tajam, membuat pilu campur aduk menjadi satu. Bimbang, gelisah tak tentu arah. "Selamat pagi Tuan Nick!" Grachia berjalan ke arah Nick yang sedang menatap langit, kedua tangannya memegang ring pembatas balkon. "Sepertinya Tuan kelelahan," imbuh Grachia yang menatap Nick penuh curiga. Grachia merasa ada yang berbeda dari N

  • Mr. Walter Pangeran Api Biru   Terpasung Luka

    "Tuan Nick!"Grachia menghampiri Nick yang sedang berjalan masuk ke dalam rumah. Wanita paruh baya itu nampak mencemaskan Nick, memegangi kedua pipinya. Berusaha memastikan bahwa Nick tidak kenapa-kenapa."Urusannya sudah beres, Bu! Jika mereka kembali lagi, hubungi Saya secepatnya!" ucap Nick seraya menggandeng tangan Grachia masuk ke dalam rumah."Dari mana Tuan Nick mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Grachia antusias."Wanita penyelamat!" balasnya singkat."Wanita penyelamat?" tanya Grachia heran.Nick membalas anggukan kecil, merasa tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang wanita penyelamat dan dari mana uang sebanyak itu berasal, yang jelas Nick merasa urusan hutang itu sudah selesai. Jika mereka kembali, tentu mereka hanya ingin membuat perhitungan saja.Kemudian, Nick merajuk kepada Grachia. Merasa bahwa perutnya perlu diisi, badannya harus segera pulih untuk mengembalikan tenaga yang sejak kemarin terserap energi negatif dari orang-orang yang had

  • Mr. Walter Pangeran Api Biru   Pinjaman $10 Juta Dollar

    "Tunggu!" Nick menjeda langkah Berlian."Jangan terlalu memandangku rendah dengan semua hadiah yang Anda berikan, Nona! Lagi pula untuk apa bercanda perihal cinta," berondongnya.Berlian berjalan kembali ke arah Nick. Mendekati pria yang mematung penuh pesona."Merendahkanmu dengan uang, bercanda soal cinta?" ucap Berlian lagi.Nick menunduk pasrah. Entah apa yang ada di dalam pikiran wanita ini, sehingga membuat dirinya benar-benar merasa kacau. Jika ucapan Berlian benar tentang cinta yang baru saja diucapkan, lalu bagaimana dengan cintanya terhadap Stevy? Nick tentu tidak akan pernah menukar perasaannya demi harta."Aku tidak pernah merendahkanmu, dan Aku juga tidak pernah memaksamu untuk mencintaiku, Nick!" ucapnya penuh penekanan."Kembalilah jika Kamu merasa membutuhkan, Aku akan selalu ada untukmu.""Nona Berlian!"Nick meneteskan air mata."Perihal bayi itu, apa yang sebenarnya terjadi?" imbuh Nick berusaha ingin tahu suami Berlian."Jangan khawa

  • Mr. Walter Pangeran Api Biru   Wanita Penyelamat

    "Tuan Nick!" Grachia menahan langkahnya."Kumohon jangan pergi ke sana, Bapak akan segera kembali!" ucap Grachia menolak keinginan Nick untuk mendatangi gunung berbahaya itu.Nick menjeda langkahnya."Saya pergi dulu, ada hal yang perlu Saya lakukan Bu!" ucapnya."Berjanjilah untuk tidak datang ke gunung itu sendirian!" balas Grachia cemas.Nick membalas senyum, kemudian memeluk Grachia penuh kasih. Berusaha menenangkan Grachia yang terlihat mencemaskan dirinya."Saya pergi dulu.""Hati-hati Tuan Nick," balas Grachia melepas genggaman erat tangannya.***Nick mengendarai mobil Berlian menjauhi pekarangan rumah Manfreed dan Grachia. Sebelum Nick pergi ke gunung penambangan timah putih, untuk menyelamatkan Manfreed, ia harus mendapatkan uang yang telah dijanjikan kepada rentenir itu. Pikirnya! Sesuai janjinya, Nick harus melakukan sesuatu untuk menolong keluarga kecil Manfreed dan Grachia.Tiba di depan rumah megah keluarga besar Oswald, langkahnya dijega

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status