Share

A Zero to Hero

Hari ini Nick berniat untuk kembali ke dalam kelas, karena ada beberapa mata kuliah yang harus diikuti. Namun dalam perjalanan itu, Nick dijegal oleh kawanan Freddo. Nick di sekap dan dimasukkan ke dalam sebuah mobil Mc Larent P1, yang di dalam sudah ada Freddo serta tiga orang kawannya.

Freddo membawa Nick keluar dari area kampus, menuju sebuah bukit yang tempatnya sama sekali tidak diketahui oleh Nick. Tangan serta mulut Nick diikat, matanya ditutup dengan kain hitam.

Nick benar-benar tak mengerti apa maksud Freddo melakukan hal ini. Rasanya, air mata Nick tak mampu membuat hati Freddo yang sekeras batu karang itu, gembur karena rasa iba. Nyatanya, sama sekali tidak! Bahkan saat Nick hampir sekarat pun Freddo tak pernah merasa kasihan, padahal apa pun keinginannya selama ini selalu Nick penuhi, termasuk menjauhi Alluera Sky dan Stevy Oswald yang secara kebetulan mengidolakan Nick karena kepandaiannya.

Hingga sampai dipenghujung sore, perjalanan mereka tiba di sebuah tempat yang dituju. Pengemudi suruhan Freddo menghentikan lanju mobilnya tepat di sebuah jembatan penghubung antar kota. Kemudian Freddo memerintahkan mereka untuk membawa Nick menjauh dari keramaian.

Nick tak mengerti itu di mana, sebab matanya masih tertutup. Sebelum mata Nick dibuka, Freddo mendorong tubuh Nick hingga terhuyung nyaris terjengkang karena jalan yang licin dan lumayan terjal.

"Fre!" ucap Nick.

"Diam Kau, Bodoh!"

"Kau pantas mati, Bajingan!" umpat Freddo sembari memukul perut Nick.

Sementara Nick terpental, menahan ngilu serta kram perut yang rasanya sudah tak mampu ditahan lagi.

"Selama ini, Aku sudah cukup sabar menghadapimu. Persetan dengan kepandaianmu, Anak haram!" umpatnya lagi, dengan gerakan cepat sebuah pukulan mendarat tepat di tepi bibir Nick.

Tubuh Nick terbating keras mengenai sebuah pohon besar. Freddo benar-benar ingin membunuh Nick hari ini juga. Pukulan demi pukulan kembali dilayangkan kearah Nick. Beberapa kawanan Freddo menghampiri Nick yang sudah membungkuk akibat kram perut yang mengaduk-aduk perutnya, pukulan dasyatnya mampu menghancurkan seluruh isi perut Nick seolah tak mampu bekerja secara baik.

"Fre!" Nick kembali meronta.

Namun Freddo semakin ganas, sama sekali tak merasa kasian melihat Nick yang sepertinya sudah sekarat. Tangan dan tubuh Nick terus dikunci pergerakanannya oleh kawanan yang menemani Freddo sore itu, hingga pukulan terakhirnya, Nick benar-benar terhuyung nyaris tak bernapas lagi.

"Buang Dia kejurang itu! Jangan biarkan bedebah ini hidup!" ucap Freddo.

Seketika dengan langkah cepat mereka semua menyeret tubuh Nick, lalu melemparkan ke jurang yang benar-benar gelap. Freddo tersenyum puas saat memastikan Nick sudah tak terlihat lagi, karena tubuhnya dilempar kesebuah semak-semak yang penuh dengan logam-logam korosi. Sementara, tubuh Nick terpelanting keras di atas sebuah lempengan logam besar. Kepalanya nyaris membentur bongkahan logam yang tertumpuk tak beraturan di sana.

Selang beberapa saat, Nick merasakan sebuah getaran hebat seperti tersengat ribuan volt listrik, yang tak lama kemudian, sebuah cahaya tersembul diantara tempat pembaringannya membuat Nick sepenuhnya sadar.

Cahaya berwarna biru, menyala terang dengan menyembulkan asap berwarna silver. Napas Nick kembali tersengal, merasakan sebuah getaran hebat yang tiba-tiba membuat tubuhnya berkedut hebat.

Dalam jurang yang gelap dengan tumpukan logam berkarat itu, Nick melihat sebuah cahaya yang menyembul mengelilingi tubuhnya. Kemudian, Nick berusaha untuk melepas ikatan tangan dan mulutnya. Dengan menggesek-gesekan tali itu kesebuah logam panjang yang sedikit runcing.

Nick meronta, rasanya sudah tidak ada harapan lagi, logam berkarat itu sepertinya sudah rapuh hingga membuat beberapa rontok, jatuh ke bawah. Nick mendengar, bunyi logam berdenting mengenai sebuah batu yang berada dibawahnya.

Nick menahan keseimbangan, takut-takut tubuhnya akan terperosok kejurang yang lebih dalam lagi. Alhasil, ikatan tangan Nick berhasil terbuka. Namun tubuhnya benar-benar terasa letih, tak mampu menahan gejolak yang seketika menghantam tubuhnya. Sembulan cahaya itu semakin terang, dengan getaran yang nyaris seperti gempa bumi, membuat tumpukan lempeng logam itu menghasilkan bunyi gemeretak.

Nick sedikit menjauh dari area yang sepertinya sebuah jurang yang memang sengaja ditutup dengan lempengan logam itu supaya tidak ada yang terjerembab ke dalamnya. Lututnya yang terluka parah dengan darah yang bercecaran di mana-mana membuat Nick tak mampu menumpukan kedua kakinya secara seimbang. Nick kembali memegangi perutnya yang teraduk-aduk akibat pukulan hebat yang dilontarkan Freddo sebelum Nick dilempar kejurang tadi.

Nick pasrah, tak tahu arah. Harus ke mana lagi untuk melangkah. Melihat ia benar-benar berada di sebuah jurang yang curam dan sempit. Seketika, getaran itu meledak. Tubuh Nick terkena sebuah lempengan logam yang terlempar keras kearahnya, dengan sigap, Nick melindungi kepalanya dari bongkahan logam itu.

Kemudian, sembulan cahaya itu muncul kepermukaan. Seperti sebuah lingkaran, dengan asap serta kobaran api berwarna silver kebiruan mengelilingi sekitarnya. Nick menghalau cahaya yang menyilaukan mata dengan satu lengan, sembari satu tangannya tetap memegangi perut yang masih terasa kencang, akibat kram perut yang menggelinjang dari sekitar lambung menuju jantung yang makin terpacu diantara gelapnya malam yang diselimuti cahaya nyala redup terang.

Tanpa sadar tubuh Nick terbaring di atas serat akar tunggang kayu broti. Nick memandang kearah atas cahaya yang mengelilingi tubuhnya, di bawah pohon besar serta serabut yang menjulang dari atas ke bawah yang tidak pernah Nick lihat sebelumnya.

Cahaya itu sudah berada tepat di atas tubuh Nick. Seketika, cahaya bulat kebiruan yang nyari berkobar itu menyambar tubuh Nick. Seperti sebuah magnet yang memiliki daya tarik empat ribu berat badannya. Benda berongga itu mengikat erat tepat di perutnya, membuat Nick hampir tak mampu mengendalikan sebuah aliran yang tiba-tiba menyengat ke seluruh tubuh.

Cahaya itu terbelah menjadi dua bagian, mengaliar dari atas perut ke kepala dan bawah perut ke kaki. Benar-benar membuat Nick merasakan getaran yang sama seperti saat pertama kali dia merasakan sesuatu yang mirip dengan daya yang membangkitkan tenaganya.

Seketika getaran itu mereda, namun Nick melihat darah yang mengalir ke seluruh kumparan syaraf hingga nadinya seperti teraliri lahar berwarna silver kebiru-biruan, dengan seluruh badan yang nyaris berasap seperti benda yang tengah mengikat erat ditubuhnya.

Nick berusaha melepas benda yang mengikat seperti sabuk dengan lambang Star Balt Blue Fire. Semakin Nick berusaha menarik benda itu secara keras, kekuatan benda itu semakin melekat kuat. Tangan Nick pun mengeluarkan efek biru yang seolah semakin mengunci erat benda itu. Nick nyaris tak mampu menguasai diri, saat angin kencang tiba-tiba muncul disertai hujan deras dan kilatan petir menyambar-nyambar.

Namun saat emosi Nick mereda, cahaya yang melekat di tubuhnya itu seketika hilang. Nick memperhatikan dirinya sendiri yang tengah merasakan keanehan, aliran lahar yang berwarna biru di tubuhnya tadi pun seketikan ikut menghilang. Nick tak mengerti, benar-benar tak mengerti dengan dirinya yang seketika dihinggapi benda yang mustahil Nick miliki.

Benda apa ini? Batin Nick.

Kemudian, Nick mecoba menengadahkan telapak tangan. Mengarahkan ke udara, seketika Nick mampu menyentuh kilatan petir yang membuat tenaga Nick semakin kuat. Lalu ia mencoba mengarahkan tangannya kearah logam-logam besar yang berserakan di depannya, seketika logam itu pun melekat erat di tangan Nick.

Nick panik tak karuan, melihat kekuatan yang ia miliki seperti kekuatan supranatural, sekaligus seperti memiliki unsur fisika elektromagnetik sehingga mampu menarik energi listrik. Dengan bantuan petir itu, Nick naik dari bawah jurang hingga berhasil mendarat tepat di jembatan penghubung antar kota.

Sementara, keadaan malam itu lumayan sepi, tidak ada lalu-lalang kendaraan seperti biasanya. Nick berusaha mencari bantuan untuk kembali ke kota, namun tak ada satu pun orang yang berhenti untuk menolong, saat Nick mencoba melambai-lambaikan tangan kearah satu mobil yang tiba-tiba melintas.

Nick terus berjalan, hingga sampai di sebuah perempatan. Nick meminta bantuan seorang supir taksi untuk mengantarnya pulang.

"Bisa antar Saya ke alamat ini, Pak?" tanya Nick kepada sopir itu.

"Silakan, jika searah sekalian Saya langsung pulang," balasnya.

"Terima kasih," balas Nick seraya masuk ke dalam mobil.

Dalam perjalanan itu, Nick kembali mengingat kejadian luar biasa yang dialami hari ini. Nick tak habis pikir, jika Freddo sebenci ini terhadapnya. Jika hanya masalah wanita, seharusnya Freddo bisa membicarakan baik-baik kepanya. Lalu, apa lagi yang Freddo harapkan dari seorang Nick yang sejatinya bukan tandingannya. Batin Nick.

"Lima menit lagi, sudah sampai tujuan. Apa perlu, Saya tunggu?" tanya sopir taksi itu.

"Bisa tunggu sebentar, Pak. Uangnya ada di dalam rumah," balas Nick.

Saat Nick turun, Nick melihat sebuah tulisan dengan garis polisi mengitari rumahnya dengan tulisan rumah tersegel.

Nick tak percaya, benar-benar tak percaya jika Carlos sampai sejauh ini membenci keluarganya.

Carlos! Nick mengeratkan tangannya. Benar-benar kali ini Nick habis kesabaran menghadapi ayahnya yang bengis itu.

"Kenapa, Pak?" tanya sopir itu, melihat Nick yang pasrah karena rumahnya sudah tak bisa dihuni lagi.

Nick menoleh kearah rumahnya, tanpa menjawab apa-apa. Tentu Nick tak mampu menyembunyikan kesediahannya.

"Bisa, Saya antar kerumah kerabat?" tawar sopir yang baik itu.

Nick menggeleng, tanda bahwa dia sendiri tak tahu harus ke mana lagi.

"Atau mungkin bersedia singgah di rumah Saya untuk sementara waktu."

Nick kembali menggeleng.

"Tidak apa-apa. Saya hanya tinggal bersama istri, Saya. Jadi masih ada kamar untuk istirahat sementara waktu," tawar sopir itu, benar-benar terlihat tulus sampai memaksa Nick yang sudah beberapa kali menolak tawarannya.

"Pak-" Nick menjeda ucapannya.

Pria itu memerhatikan Nick. Kasihan! Batin pria itu.

Air muka Nick, mampu membuat semua orang yang melihatnya malam itu, jika tak merasa kasihan, mereka benar-benar manusia yang tak punya hati.

"Saya tidak tahu, harus ngomong apa lagi, yang jelas jika Bapak benar mengizinkan Saya singgah untuk sementara waktu, Saya tidak akan merepotkan keluarga, Bapak."

"Dengan senang hati, Saya persilakan. Tapi mohon maaf, rumah Kami ala kadarnya," balas sopir itu.

"Saya Nick Walter, Pak. Keluarga Saya sudah meninggal semua-"

"Apakah tidak ada saudara?" sergah sopir taksi itu.

Nick menggeleng.

"Saya, Manfreed. Saya pun hanya tinggal sama istri," balasnya.

"Jadi-"

"Tuhan, sepertinya tidak mempercayakan Kami untuk menjaga anak-cucu. Sehingga sampai saat ini, Kami tidak diberi keturunan," balasnya cepat menimpali pertanyaan yang akan terucap dari bibir Nick.

"Silakan, masuk Tn. Nick," ajaknya saat mereka berdua sudah tiba disebuah bangunan kecil yang terlihat tua.

Sampai di dalam. Nick bertemu dengan istri Manfreed. Grachia benar-benar menyambut Nick dengan senang hati, sampai-sampai Grachia istri Manfreed menyediakan air hangat untuk Nick dan Manfreed mandi malam itu.

"Silakan bersih-bersih, lalu makan malam bersama," ucap Grachia.

"Terima kasih, Bu," balas Nick agak sungkan karena kebaikan Grachia.

Seketika, Nick teringat keteduhan ibunya yang hampir menyerupai Grachia saat memperlakukan Nick.

Saat Nick berada di dalam kamar mandi, tiba-tiba dentuman keras terdengar dari luar, sehingga mengagetkan Grachia dan Manfreed yang tengah duduk di meja makan sembari menunggu Nick.

"Nick..., Nick...," panggil Manfreed dan Grachia, namun tak terdengar jawaban dari dalam sana.

Grachia dan Manfreed panik! Berpikir sesuatu telah terjadi kepadanya. Pun sempat terpikir bahwa Nick bunuh diri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status