Sebelum mendatangi kantor Nature Chemical untuk meminta klarifikasi, tiag orang manajer sepakat mengadakan briefing hari ini di ruangan rapat Absolute Beauty Chemical. Bu Diar, dari departemen pengembangan, Pak Haes dari departemen produksi dan Mario juga ikut sebagai asisten. Mereka bertiga sedang menunggu Rosie yang belum datang dengan obrolan santai. “Bisa-bisanya Nature Chemical nyari masalah.” Bu Diar memulai pembicaraan seraya membuka map warna marun berisi lembar resume dan list karyawan yang telah resign dari Absolute Beauty Chemical. Resume itu Bu Diar dapatkan dari HRD sebagai referensi yang mungkin akan berguna untuk mengungkap siapa yang membocorkan formula produk Yout serum. “Yah, perusahaan itu memang senang cari masalah, sih!” Pak Haes menimpali. Rosie masuk ke ruang rapat, bergabung bersama mereka yang sudah menunggu. “Pagi, Bu Rosie!” sapa Bu Diar. “Pagi!” sahut Rosie sembari menutup pintu. “Pagi Bu Manajer!” sapa Pak Haes bersamaan dengan Mario. “Ya, Pagi!
"Permisi!" sapa Rosie kepada seorang respsionis wanita. "Ya, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya. "Kami dari Absolute Beauty Chemical. Ingin bertemu Presdir atau mungkin manajer yang menaungi hal produk," jawab Rosie. Resepsionis itu memandang empat orang di depannya secara bergantian. "Apa sudah ada janji?" tanyanya. "Tidak. Belum, kami hanya datang langsung." "Baiklah, tunggu sebentar." Resepsionis pun mengangkat gagang telepon lalu berbicara pada seseorang di seberang sana. Beberapa menit kemudian, resepsionis itu meletakkan gagang telepon dan berkata, "Silakan tunggu sebentar di lobi, ya." "Baik." "Nunggu lagi nih, kita," komentar Pak Haes. Mereka berempat mengambil tempat di sofa yang ada di lobi dan menunggu seseorang menyambut mereka. Siapapun nati yang datang menyambut, mereka hanya ingin sebuah klarifikasi. "Saya mau ke toilet sebentar," ucap Rosie. "Iya, silakan!" ucap Bu Diar, Rosie melewati meja resepsionis. Saat Rosie berbelok di ujung lorong, Ros
Tidak terima diusir begitu, Rosie menggebrak meja. Kekesalannya tumpah di ruangan itu. "Sabar, Manajer Rosie!" Pak Haes mencekal tangan Rosie, mencoba menenangkan rekan kerjanya itu. “Kami belum dapat jawaban tentang klaim kalian!” pekik Rosie. Akan tetapi, Pak Karta melenggang keluar begitu saja. Kemudian, pria yang membukakan mereka pintu saat tiba di ruang meeting berkata,”Maaf, Pak, Bu. Mohon untuk tinggalkan ruangan ini karena akan digunakan lagi!” perintahnya halus. Keempat orang itu dengan wajah kesal bangun dari tempat duduk. Membuat gesekan kaki kursi dengan permukaan meja hingga menimbulkan suara berderit. Keluar dari ruangan itu tanpa rasa puas dan jawaban yang mereka inginkan. “Sial, sia-sia saja kita datang!” cecar Pak Haes. Keempat orang itu berjalan di loby kantor dengan raut kecewa di wajah mereka. Sia-sia saja mereka datang ke sini. Klarifikasi tidak mereka dapatkan dan terlebih lagi buang-buang waktu saja. "Tuh kan, mereka berkilah dan menghindar!" B
Keempat orang itu naik ke mobil operasional, tidak ada yang meracau tentang masalah ini setelah terkena asupan kafein. Mesin mobil pun menderu, dinyalakan oleh Sang Driver. Kemudian, melaju perlahan keluar dari area parkir Nature Chemical. Di jalan besar, kendaraan melaju dengan kecepatan sedang. “Ngomong-omong, apa maksud Pak Karta tadi tentang Bu Rosie?” Bu Diar melirik rekannya itu. “Tidak usah dipikirkan!” jawab Rosie, tatapannya lurus ke depan. “Jangan-jangan Bu Rosie in-,” Kriiit! Tiba-tiba saja Sang Driver mengerem secara mendadak, nyaris membuat badan penumpangnya terjungkal ke depan. “Kenapa, Pak?” tanya Mario pada Sang Driver yang duduk di belakang kemudi tepat di depannya. “Maaf, saya kaget. Sepertinya ada kecelakaan di depan,” jawab Sang Driver. Kesepuluh pasang mata di dalam mobil itu tertuju pada kemacetan di depannya. Sesaat kemudian, suara sirine ambulan terdengan mendekat, melintas di samping kendaraan operasional, menguarai kemacetan. “Padahal di peremp
Rosie membeliak, smartphone masih ditempel di telinganya.“Kenapa?” [Coba tarik saja dulu sampai klaim dari kompetitor dicabut] “Ba-baik!” ucap Rosie lirih. Panggilan pun ditutup. Rosie mengela napasnya pelan lalu bangkit dari tempat duduknya. Bergegas dia keluar untuk mengumumkan perintah dari Pak Harwan. “Perhatian semuanya!” Rosie meninggikan nada. Mengambil perhatian tim departemen pemasaran. Mendengar Rosie, semua yang ada di ruangan itu pun menghentikan sesaat pekerjaannya. Mencurahkan perhatian kepada Sang Manajer.“Kita diperintahkan untuk menarik Youth Serum yang sudah beredar.” Mendengar kabar dari Rosie, semua yang ada di ruangan itu saling tatap bahkan menimbulkan keriuhan kecil mempertanyakan kenapa. “Minoru san!” panggil Rosie seraya mendekat ke Rosie dan berdir di sebelahnya.“Mohon koordinir kepala sales di setiap toko yang sudah menjual Yout Serum.” “Baik!” Mario mengangguk.“Tapi Bu Rosie, kita hampir mengirim Youth Serum keluar Jabodetabek,” sergah salah se
Bruuuk! Tubuh seseorang dihempas hingga membuat kursi lipat di dekat tempat duduk Sang Polisi ambruk.Wajah pria bertopi kupluk hitam itu tampak memar. Pucat, pelipisnya basah karena keringat. Rosie menoleh ke arah pria yang mematung di pintu dan berhasil membuat dirinya tertegun. Pria berparas Korea Selatan yang beberapa hari lalu membuat jantungnya berdegup kencang kali ini datang seperti seorang superhero yang menyelamatkan adiknya. “Dia yang ngejambret!” ucap pria yang baru saja berlaku kasar pada pelaku penjambretan itu. “Lee!” sapa Giesta. Mata wanita itu membeliak. Sama dengan Rosie yang terpukau dengan aksi Lee. Giesta merebut tas tersebut dari tangan pencopet dengan kasar. Dia yakin jika tas di tangan penjambret itu adalah tasnya bahkan sebelum memeriksa isinya. “Wah, persis sama kayak punya Kak Ros. Katanya cuma satu di dunia?” Ethan meledek. Giesta meletakkan tasnya dengan kasar di atas meja. Memeriksa isinya terutama dompet kulit warna hitam. “Benar, ini
Rosie kembali ke ruang kerjanya, sekembalinya dari kantor Nature Chemical dia belum mengerjakan apapun di depan laptop yang terbuka dalam mode tidur. Hari ini, Sang Manajer pemasaran itu begitu terbeban dengan perkara yang terjadi dan mungkin akan berlanjut hingga beberapa waktu ke depan. Meski keputusan untuk menarik produk dari Pak Harwan membuatnya lega, dia tidak dapat menerima jika Youth Serum pada akhirnya berhenti beredar dari pasar. Hanya itu yang membuat Rosie cemas meskipun itu belum terjadi. Rosie melengos asal-asalan, kali ini dia mencoba memfokuskan matanya ke layar. Membuka lembar kerja excelnya dan mulai mengetik laporan yang belum selesai. Seharusnya, bulan ini sudah merilis laporan penjualan Youth Serum, tapi semua tertunda. Bagaimana pun Rosie mencoba berkonsentrasi dalam pekerjaannya hari ini, dia tidak bisa fokus pada data yang hendak dikerjakan. Jadi, dia memutuskan untuk mematikan layar laptop lalu menutupnya. Beranjak dari kursi hidrolik lalu menenteng tas w
Pukul setengah lima sore, tiga puluh menit sebelum jam pulang Rosie kembali ke ruang kerjanya. Buru-buru dia mengemas laptopnya dan kembali keluar untuk mengumpulkan anggota departemen pemasaran. “Semuanya, mohon kumpul sebentar!” perintah Rosie. Mendengar perintah Sang Manajer, orang-orang dari departemen pemasaran itu langsung membentuk setengah lingkaran. “Besok, kita akan melakukan survey di beberapa titik tentang Youth Serum. Hari ini saya akan menyiapkannya. Jadi, mohon bantuannya untuk besok.” “Tapi, Bu. Produk yang sudah ditarik akan kita apakan?” tanya salah seorang wanita berpakaian formal berwajah agak tirus yang usianya masih terbilang muda. “Kita akan gunakan beberapa untuk tester.” “Bagaimana dengan pembandingnya?” “Kita akan siapkan untuk produk dari Nature Chemical yang diklaim sebagai tandingan.” Rosie menjawab pertanyaan sebelum membubarkan timnya. “Itu saja. Mohon bantuannya besok. Waktunya tinggal lima belas menit lagi, silakan bersiap untuk pulang. Terima