Share

Mustika Naga Bumi
Mustika Naga Bumi
Penulis: AL

Kejadian Tragis

"Ayah pulang...!" Seorang lelaki tampan berteriak sedikit keras, ketika sudah berada di depan pintu sebuah rumah yang tertutup rapat. Tangan kanannya membawa dua biji kelapa muda, sedangkan tangan kirinya memegang erat sebilah pedang.

"Aneh...! Tidak biasanya siang begini pintu rumah tertutup rapat," gumamnya pelan.

"Ningsih, Bayu, ayah pulang... buka pintunya, Nak!" kembali lelaki itu berteriak sedikit keras, sambil mengetuk pintu dengan gagang pedangnya.

Tak kunjung mendapat jawaban, lelaki berumur sekitar 25 tahun tersebut dengan sedikit membungkuk, meletakkan dua buah kelapa hijau di atas tanah.

Sekilas matanya melihat tetesan darah yang mengarah ke dalam rumahnya. Dia menoleh ke belakang untuk melihat bercak darah yang masih segar tersebut.

"Darah siapa?" Hatinya bertanya-tanya.

Lelaki itu menyusuri tetesan darah segar yang mengarah ke pintu belakang rumah. Rasa penasarannya semakin besar setelah tetesan darah yang terlihat semakin banyak. Bahkan gagang pintu pun dipenuhi bercak darah.

 Beribu pertanyaan seketika membanjiri pikirannya, lelaki tampan itupun membuka pintu rumah, lalu menghambur ke dalam rumah. Benaknya semakin kalut karena bercak darah di dalam rumah terlihat jauh lebih banyak. Lelaki itu tak kuasa menahan kekuatirannya, matanya menyaksikan darah menggenang yang mengalir keluar dari dalam kamar.

"Bayu...!" Lelaki itu berteriak sekuat tenaga, sesaat setelah membuka pintu kamar anaknya yang bernama Bayu. Dia melihat jasad anak lelakinya yang baru berumur 3 tahun dengan luka gorokan di leher. Darah menggenang memenuhi lantai hingga mengalir ke luar kamar.

"Bayu, Anakku... Jangan tinggalkan ayah, Nak!" teriaknya kalut. Lelaki itu berlutut di samping jasad anaknya. Dia mulai menitikkan air mata karena kesedihan yang luar biasa.

"Ningsih...?" Dia kemudian teringat dengan anak perempuannya yang berumur 2 tahun lebih tua dari pada Bayu. 

 Lelaki itu berlari mencari anak gadisnya di kamar satunya. Hal serupa pun dia dapati di kamar tersebut. Anak perempuannya juga sudah tak bernyawa dengan banyak sekali luka tusukan. Sekujur tubuhnya penuh dengan darah yang masih segar. 

"Ningsih...!" kembali dia berteriak sekuat tenaga, hingga terdengar sampai di rumah tetangganya yang berjarak sekitar 30 meter dari rumahnya.

"Nilam., jangan-jangan dia..." Pikiran lelaki itu beralih kepada istrinya. Dia curiga jika istrinya yang telah membunuh kedua anaknya.

Lelaki itu berlari sekuat tenaga ke kamarnya sendiri. Pintu yang tertutup rapat didobraknya hingga jebol. 

Pemandangan tidak kalah mengenaskan juga terpampang di depan matanya. Istrinya yang cantik duduk di lantai, dan bersandar di dinding dengan memegangi perutnya yang bersimbah darah. Pakaiannya sudah koyak tidak karuan bentuknya, sehingga memperlihatkan bagian-bagian sensitifnya. 

Kecurigaan lelaki itu kepada istrinya pun pudar seiring melihat kondisinya yang tidak kalah mengenaskan. 

"Siapa yang melakukan ini, Nilam?" Lelaki itu menangis memeluk istrinya. Dia menduga istrinya diperkosa, dan kedua anaknya dibunuh pelaku yang takut belangnya terkuak.

"Win... Winarto pelakunya, Kakang Aji," jawab Nilam terbata-bata dengan suara yang sangat pelan. Nafasnya tersengal-sengal. Detak jantungnya pun sudah sangat lemah.

"Winarto...?" 

Belum sempat mendapat jawaban, lelaki itu melihat istrinya menghembuskan nafas terakhir di pangkuannya.

"Biadab kau, Winarto...! Aku akan membalas perlakuanmu ini!" Aji menggeram marah. Dia tidak menduga jika Winarto yang juga merupakan pemimpinnya di sebuah kawanan perampok, begitu tega berbuat seperti itu kepada keluarganya.

Aji tiba-tiba teringat ketika Winarto menyuruhnya beserta 7 orang temannya untuk merampok di sebuah hutan.

"Jadi ternyata itu alasannya menyuruhku merampok tadi!" ucapnya dalam hati. 

Dia menyesal pernah mengajak Winarto ke rumahnya beberapa hari yang lalu. Ternyata di balik keramahannya, Winarto menyimpan niat buruk kepada istrinya.

Lelaki tampan berusia 25 tahun itu mengayunkan langkahnya cepat keluar dari rumahnya menuju rumah tetangganya, untuk memberitahu kejadian yang baru saja terjadi pada keluarganya.

Tak lama, suara kentongan pun terdengar tanpa berhenti. Di pedesaan, kentongan yang ditabuh berulang kali dengan cepat adalah sebuah tanda sedang terjadi Rojopati atau pembunuhan, bisa juga kejadian kebakaran rumah dan peristiwa besar lainnya.

Aji terduduk di sebuah kursi ketika belasan orang tetangganya berlalu lalang mengurus penguburan anak istrinya. Pandangan matanya sayu seolah tiada semangat untuk hidup. Dia begitu terpukul dengan kejadian itu.

Perlahan, Lelaki tampan itu kembali menangis sesenggukan membayangkan kedua anaknya yang lucu, dan istri yang begitu perhatian kepadanya, kini sudah meninggal dunia. Dia tidak menyangka jika kebahagiaan rumah tangga mereka hanya sebentar saja dirasakannya.

Kegarangannya ketika menjadi perampok seolah sirna, setelah dia merasakan sendiri bagaimana kesedihan yang mungkin dirasakan oleh para korbannya.

Setelah acara penguburan selesai, beberapa tetangga kembali ke rumahnya masing-masing. Mereka tampaknya ikut terpukul dengan kejadian yang menimpa anak dan istri Aji. Padahal keluarga yang baru ditimpa kemalangan itu adalah sebuah keluarga yang harmonis.

Aji yang masih terpaku duduk di kursi sedari tadi, kemudian bangkit dari duduknya. Dia berjalan mencari pedang yang selalu dibawanya ketika merampok. 

"Pedangku, aku tidak akan menggunakanmu untuk berbuat kejahatan lagi. Sekali lagi, bantulah aku untuk membunuh pelaku pembunuh istri dan anakku!" Aji berbicara kepada pedangnya, seolah pedang di genggamannya itu bisa mendengar curahan hatinya.

Setelah menggantung pedang di pundaknya, Aji mengambil tudung kepala yang tergantung di dinding dan memakainya. 

"Selamat tinggal rumah kenanganku. Mungkin kita tidak akan bertemu lagi," ucap Aji pelan. Dia menyulut salah satu bagian rumahnya yang terbuat dari anyaman bambu dengan api hingga terbakar.

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Budi Efendi
mantap lanjut
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
akqkqkakkakak
goodnovel comment avatar
M Arkanudin
hai thorrrt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status