Share

6. Sakit

Author: Abarakwan
last update Last Updated: 2021-06-04 11:50:13

Lindsay akhirnya memilih kue vanilla sebagai base, lalu sekarang giliran memilih pastry yang akan dihidangkan untuk tamu. Beberapa karyawan menata meja di depan kami dan meletakkan beberapa piring berisi pastry beraneka jenis.

"Rose, aku butuh bantuanmu. Ayo pilihkan dua puluh yang terbaik!" pinta Lindsay kepadaku dengan wajah merengek.

"Dua puluh? Jadi kau mau aku mencicipi semuanya?!" balasku tak percaya.

"Hehe, lalu bagaimana lagi?" tanyanya ulang sambil meringis.

"Langsung pilih saja! Aku sudah tak sanggup makan lagi!" omelku. Memang aku tak suka kue-kuean, jadi di bagian ini aku menyerah kalah.

"Oh ya? Kau bisa tak sanggup makan? Menarik!" bisik David di sampingku. Aku tak menengok ataupun membalas ucapannya, wajahku menatap lurus pada sebuah croissant cokelat di depanku.

"Kupikir-pikir.... Kau memang terlihat kurusan, kau diet ya?" lanjut David lagi. Aku bergeming, masih melipat tangan di atas meja dengan mata memandang lurus ke depan. "Kau lebih menarik kalau kurus, lanjutkan dietmu!" 

Aku tak kuat dan akhirnya menoleh ke arahnya dengan kesal. "Aku bukan diet untuk kurus! Tapi aku tak makan karena tak punya uang! Puas kau!"

There you go, hilang sudah my anger management. Hancur sudah mantra namaste yang sejak tadi kurapal berulang kali. David juga terlihat sedikit kaget dengan jawabanku dan ia menutup mulutnya, good... very good.

Pertemuan hari ini selesai, Lindsay berujung memilih pastry berdasar penampilannya, ia juga sepertinya agak enggan meminta tolong lagi kepadaku.

"Kita dinner dulu," ucap David dengan dingin, ia menyetir mobil dalam kecepatan tinggi. Aku diam, begitu juga dengan Lindsay. Kami terlarut dalam lamunan masing-masing. David memarkirkan mobilnya di sebuah restoran besar yang menjual menu all-vegan. Aku dengan setengah hati berjalan di belakang Lindsay. Apa David membawa kami ke restoran akibat ucapanku tadi?

"Eat! Aku yang bayar!" ucap David separuh memerintah. Raut wajahnya seakan ia sedang marah. Aku mengedik tak peduli. Mungkin ia sedang putus cinta lagi dengan para model kelas atas yang selingkuh dengan kakek-kakek tua? Ya, Lindsay pernah bercerita kepadaku bahwa kakaknya berubah menjadi super menyebalkan setelah ia putus dari Josephine, seorang model kelas atas yang ketahuan selingkuh dengan bangsawan Italia yang sudah tua bangka. Mungkin hal itu yang menghancurkan harga dirinya... berakibat ia hobi menghancurkan harga diriku? Kenapa aku yang jadi korban?

Lindsay memesan makanan dan aku mengopinya. Selama menunggu makanan datang, aku menesan sebuah lime drink dingin dan meneguknya. Sekali, dua kali aku merasakan nikmat dan segarnya minuman dingin itu, lalu diisapan ketiga tiba-tiba perutku terasa seperti ditusuk oleh belati tajam, sakit sekali. Aku meringis dan memegang perutku. Otomatis Lindsay dan David melihat gerakan tanganku plus raut wajahku yang kesakitan.

"Ada apa?" tanya Lindsay terlihat khawatir.

David diam, tapi wajahnya seperti sama khawatirnya dengan Lindsay.

"Aku tak tahu, sepertinya sakit perut, mungkin PMS?"

"No. Kau saat PMS tak sakit separah itu, pasti ada masalah dengan perutmu. Bagaimana Dave? Apa sebaiknya kita ke rumah sakit?" usul Lindsay.

Dave hanya mengangkat bahunya cuek. Ya, aku merasakan hal yang sama, aku berpikir ke rumah sakit bukan ide yang bagus.

"Aku baik-baik saja, Linds!" ucapku berusaha menghilangkan raut kesakitan dan memaksa tersenyum. Rasanya luar biasa sakit dan aku harus tersenyum... bayangkan betapa indahnya hidupku!

Lindsay bercerita tentang beberapa sahabat kami yang mengiriminya pesan dan bertanya kapan undangan akan diantar.

"Mereka hanya tahu berpesta tanpa tahu betapa sulitnya aku mempersiapkan segalanya!" omel Lindsay.

"Karena mereka tak kau libatkan, mereka beberapa kali memintaku membicarakan ini kepadamu, mereka siap membantu. Lagi pula... memang kau tak berencana mengundang mereka?"

"Ya. Aku akan mengundang mereka tentu... tapi ah, entahlah, aku menjadi sangat sensitif belakangan ini," keluhnya menyeka dahinya.

'Memang, aku sangat setuju! Kau menjadi sama menyebalkannya dengan kakakmu, Linds!' batinku. Selama menunggu makanan, David lebih memilih asyik dengan ponselnya, sementara aku membicarakan tentang lukisanku yang terjual tadi.

"Akhirnya aku punya uang sendiri! Aku sudah patah semangat waktu pameran sudah mau berakhir. Kalau lukisan itu tak terjual... mau makan apa aku minggu depan?" ucapku tersenyum lebar. Ada rasa lega dan bangga saat membicarakan lukisanku yang sudah terjual itu.

"Kenapa kau tak bilang kalau tak punya uang untuk makan? Kau tak menganggap aku temanmu ya?!" protes Lindsay menatapku kesal.

"Aku sudah dewasa ... dan sudah seharusnya mandiri," jawabku dengan tenang. Aku memang bukan orang yang beruang, tapi aku punya harga diri!

Pesanan akhirnya datang. Saat melihat banyak menu makanan yang tersaji di depanku saat ini, aku meneguk air ludah... apakah aku sanggup makan? Aku mencoba sesendok, dan detik berikutnya perutku protes lagi, rasanya lebih sakit berkali-kali lipat dari sebelumnya. Aku tak bisa menahan rintihan yang keluar dari mulutku. 

Menit selanjutnya aku merasa tubuhku melayang, seseorang mengangkatku. Wait, what? Mengangkatku?! Kenapa ia bisa mengangkatku? Apa tak berat? Aku melihat ke atas... wajah David dengan raut serius dan khawatir berjalan cepat menuju parkiran, di belakangnya Lindsay berjalan cepat berusaha menyusul.

"Straight to the hospital." Itu ucapan David yang terakhir kudengar sebelum aku kehilangan kesadaran.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arjus Jhe
..................
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Musuh Besar Si Gendut   108. Perkosa Aku, Istriku! End

    Lindsay mendapatkan happy endingnya. Sehari setelah resepsi pernikahanku di Brazil, ia melangsungjan resepsi pernikahannya di hari berikutnya..di tempat yang sama…sama meriahnya dengan dirinya berbalut gaun indah dan mempesona. Lindsay menjalani pernikahannya dengan indah..ia dan Lucas berlibur ke beberapa pulau eksotis seperti Maldies, Bali dan Jeju…untuk bulan madu mereka. Mereka baru berhenti berpergian untuk bulan madu, saat Lindsay postif hamil dua bulan kemudian. Bukankah itu sangat enak? Lindsay maksudku, ia bisa mendapatkan bulan madunya selama dua bulan, traveling ke tempat indah..sebelum cooling down di Vegas karena hamil. Sementara aku, sejak pernikahanku… aku tak boleh berpergian kemanapun menggunakan persawat… karena kehamilanku, tentu saja. Perutku sudah sangat besar…bahkan aku tak bisa tidur dengan terlentang lagi… aku hamil anak kembar lagi! Dave dengan sperma yang seperti Sparta! Bagaiamana mungkin ia menggunakan kondom dan masih bisa membuatku hamil

  • Musuh Besar Si Gendut   107. The Man Is Mine! And Mine Alone!

    Hal yang paling menyebalkan di dunia adalah menunggu. Aku berada di aula depan kastil kami di Brazil… menghadiri pernikahan super megah dari Dave dan Rose. Ya mereka akhirnya akan menikah, setelah diketahui Rose sedang mengandung anak Dave, mungkin hari ini adalah usia kandungannya yang ke delapan minggu. Seharusnya ini adalah upacara pernikahanku… namun semua itu akhirnya ditunda karena Dave lebih memiliki alasan urgensi. Sementara aku dan Lucas masih berjarak tempat..ia masih di Guatemala.Lucas kemarin malam berjanji akan datang, ia berusaha akan datang…menyelesaikan semua urusannya di sana…dan terbang di penerbangan pertama. Aku sampai sekarang belum bertemu dengannya, padahal acara sebentar lagi akan dimulai. Agh… kenapa ayah menjadi sangat menyebalkan..aku menyesal karena ak ikut dengan Lucas ke Guatemala, bahkan kami belum melaksanakan malam pertama kami. Damn it! Aku sudah protes kepada ayah, dan ia hanya menjawab bahwa Lucas belum m

  • Musuh Besar Si Gendut   106. Kondom Bocor?

    Aku tak menerimanya, mataku memandang lurus ke arah matanya yang memohon."Aku tak suka susu." Jawabku ketus. "I just wanna sleep...in peace! Tak bisakah aku tidur?""Kau boleh tidur setelah meminum ini, kau muntah dan kehilangan tenaga...please Rose!""Kalau ini semua akibatmu, kenapa aku yang harus merasa susah.""Aku menderita saat tahu kau hamil dan kehilangan anak kita setelahnya, aku sering bermimpi dua anak lelaki lucu yang memiliki wajahmu dan warna rambutku... Rose..Mereka anak kita yang meninggal... Aku selalu menangis saat bangun tidur saat bermimpi mereka..jika saja semua baik-baik...mereka mungkin sudah lahir dan sangat menggemaskan..." Ia seperti orang yang meratap. Aku bisa melihat kesedihan dalam wajahnya.Kalau ia sudah seperti ini, aku tak bisa lagi mengelak. Akhirnya aku meminum habis susu itu, dan ia tersenyum lebar. Setelah meletakkan gelas susu itu..ia menunduk dan mencium perutku yang masih datar."Sehat terus... anak-

  • Musuh Besar Si Gendut   105. Dua Garis Biru

    Aku menghabiskan waktu dua hari lagi di pantai yang sama dimana Dave dan aku kembali bersama. Ya.. aku sudah yakin dengan keputusan itu. Sejak saat itu juga, Dave memindahkan semua barang-barangnya ke kamar yang sama denganku."Persetan dengan penunggu kamar pojok! Aku tak mau lagi tinggal di kamar itu. Aku rela membeli berdus-dus kondom kalau perlu." Ucapnya suatu malam, saat aku memaksanya kembali ke kamar. Tentu saja ia mengatakannya dengan tenang dan penuh senyum. Yang ada di kepalanya adalah urusan ranjang. Thats it!"The condom part... Is actually not included!" Jawabku malas. Aku sedang berbalas pesan dengan Lindsay."It is! Tentu saja...! Apa mulai sekarang aku bisa melakukannya tanpa kondom?!"Pft... Ia terus mengulanginya. Ia sengaja membicarakan hal semacam itu agar ia mendapatkan jalur mulus melancarkan aksinya. Biasanya aku selalu terperdaya.Aku diam, malas membalas. Bahkan rambutku belum kering dari kejadian di kamar mandi baru

  • Musuh Besar Si Gendut   104. Pernikahan Vs Tugas Mendadak

    Ia melepaskan ciumannya, memangku dengan serius. "Be mine... Aku tak mau menunggu...now! Be mine! Linds... Please! Marry me!""Bukankah kau memang sudah jadi suamiku?" Jawabku masih terengah."Kau masih marah? Aku melakukannya hanya karena aku menginginkanmu...so bad Linds... Aku tak bisa melihat kau dengan pria lain." Ucapnya lagi."Hmm...""Kau boleh menghukumku.. apapun itu, tapi... Nikahi aku dulu...""Apa aku bisa menolak?" Tanyaku."No.. aku akan membawamu langsung ke altar.. saat ini..detik ini!" Ucapnya. Ia meletakkanku ke kursiku semula.Ia menyetir mobil dengan cepat. Aku hanya diam.. masih setengah shock dengan welcome kiss dari Lucas. Ia bilang mau menikah sekarang juga? Semoga saja ia hanya bercanda.Sepuluh menit berikutnya kami berada di parkiran sebuah capel. Ia tak bercanda!"Lucas!" Protesku."Please..Linds... I can't... Just can't stand it anymore!" Pintanya dengan sungguh-sungguh.

  • Musuh Besar Si Gendut   103. Be Mine, Linds!

    Aku masih tak percaya dengan apa yang Dave barusan bilang. Jadi dia dan Rose bersama?! Bagaimana bisa?! Apa jangan-jangan Dave menggunakan dukun untuk memantrai Jen? Ini di luar akal sehat?! Bahkan aku adiknya saja tak percaya Dave dan Rose akan bersama. Satu karena Rose dan Dave tidak satu kutub...mereka berlawanan, dua karena ada Louis?! Bagaimana bisa Rose meninggalkan Louis?!Aku ingin bicara langsung dengan Rose.. memastikan. Apa yang dikatakan oleh Dave benar. Tapi setiap kali aku meneleponnya kembali, nomor itu tidak diaktifkan.Nonna masuk ke dalam kamar, dengan segelas tehnya..sebuah teh dengan gelas elegan dari dinasti kuno. Mungkin dari dinasti Ming? Entahlah.. yang jelas itu adalah cangkir berharga lebih dari 15000USD dan selalu dibawa kemana-mana oleh Nonna. Rasa tehnya akan hambar kalau diseduh di gelas biasa. Huh the perks of being rich right?!"Linds..." Sapa Nonna dengan wajah senyum elegannya. Ia duduk di kursi yang menghadap jendela..meminum t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status