Share

Bab 9

Septian dan Jihan tampak terburu-buru menuju rumah sakit. Mereka baru saja mendengar bahwa nenek Septian masuk rumah sakit dan karena Jihan juga sangat dekat dengan Nenek Septian. Jadi dia juga merasa sangat khawatir dan ikut menjenguk sang nenek. Karena kebetulan nenek Septian juga ingin bertemu dengan Jihan. Membuat Jihan langsung setuju saat Septian mengatakan kalau neneknya ingin bertemu Jihan. 

Kini Jihan dan Septian pun sejenak melupakan perdebatan mereka lalu akhirnya mereka pun menuju ke rumah sakit bersama-bersama, setelah sampai dirumah sakit mereka bingung karena tidak tahu harus mencari kamar rawat sang nenek . Karena kedua orang tua Septian tidak memberi tahukan di ruangan mana sang nenek dirawat. 

"Lo tanya sono sama resepsionisnya dari pada kita kayak orang bego, celingak celinguk gak jelas kayak gini," Ucap Jihan. 

"Lo nyuruh gue?!" Septian menunjuk dirinya sendiri.

"Males ah. Ini bunda sama ayah juga kenapa lagi handphonenya gak aktif. Eh tapi bentar, kok resepsionisnya cantik bener ya? Ya udah lo tunggu disini ya, gue mau nanya dulu ke resepsionisnya, habis antik banget sih."  

Septian pun langsung menghampiri resepsionis rumah sakit itu. Dengan gayanya yang cool untuk mencari perhatian pada wanita yang menjadi resepsionis rumah sakit tempat sang nenek dirawat.

"Dasar cowok semua sama aja. Gak bisa lihat cewek bening dikit aja udah deh langsung keluar belangnya. Kayak si curut ini, padahal masih cantikan gue kemana-mana kali," gerutu Jihan  sambil memainkan rambutnya menunggu Septian bertanya pada sang resepsionis. 

"Iya deh gue akui lo paling cantik princessnya curut," Bisik Septian. Yang kini sudah ada disampingnya. membuat Jihan terkejut, karena yang Jihan tahu Septian batu menghampiri resepsionis.

"Issh..., Tian ah bikin Jihan kaget aja gimana kalau Jihan pingsan karena terkejut? Demen banget sih bikin orang kaget, gue kira tadi hantu ini kan rumah sakit pasti ada banyak  hantunya. ihh serem banget," cerocos Jihan yang memang sedikit penakut.

"Kebiasaan lo kalau kaget pasti nyerocos ngomongnya kayak petasan aja, untung lo cantik kalau nggak gue bakalan seret lo kamar mayat. Terus gue kunciin lo disono mau lo?!"

Mendengar ucapan Septian membuat Jihan cemberut dan kini bibirnya sudah mengerucut karena kesal.

"Iihh..., gak mau entar-"

"Sssttt..., berisik lo mau ikut nengok nenek gue gak?" Tanya Septian memotong ucapan Jihan yg kini sudah berjalan lebih dulu. 

"Ya mau lah! Tian eh maksud gue  Curut tungguin gue dong...!" Teriak Jihan membuat beberapa orang yg berada disitu menoleh ke arah Jihan karena teriakannya. Namun, Jihan tidak menghiraukannya, dia malah berlari mengejar Septian yang sudah berjalan jauh darinya.

*****

Kini Septian dan Jihan sudah sampai di ruangan nenek Septian. Disana sudah ada orang tuanya dan orang tua Jihan juga Kiara dan Penghulu juga beberapa saksi. Membuat Septian juga Jihan kebingungan melihat Mereka semua. 

"Loh Mah. Ini ada acara apa? Kok kayak mau ada yang nikahan?" Tanya Jihan yang terlihat penasaran melihat semua persiapan yang ada di ruangan tempat nenek Sarah dirawat. 

"Iya kok kayak mau ada nikahan? emang siapa yang mau nikah dirumah sakit Bun?" Sambung Septian, bertanya pada sang Ibu karena dia juga merasa penasaran seperti Jihan. Namun, sebelum ada yg menjawab Nenek Septian memanggil Septian dan Jihan untuk mendekat padanya. 

"Tian, Jihan. Kemari sayang, Nenek ingin bicara dengan kalian berdua," Ucap Nenek Septian. Tanpa menunggu lama. Mereka berdua pun menghampiri sang Nenek dan kini mereka berdua sudah berada disamping sang nenek. 

"Iya Nek. Nenek mau bicara apa?" Tanya Septian sambil menggenggam tangan neneknya. Sementara Jihan hanya memperhatikannya dengan berdiri disamping Septian.

"Tian, usia Nenek cuma tinggal menghitung jam saja, Nak. Bahkan mungkin menit atau detik. Jadi Nenek ingin kamu dan Jihan menikah sekarang juga. Jika kamu mau melihat Nenek pergi dengan tenang dan bahagia," Ucap sang nenek memohon pada cucunya Septian dan Jihan. 

"Apa!!!" Seru Septian dan Jihan secara bersamaan karena sangat terkejut dengan keinginan sang nenek yang sangat tiba-tiba itu. 

"Jihan, Tian. Pelankan suara kalian," Protes Sabrina. 

"Sudahlah penuhi saja keinginan nenek kalian, toh sekarang atau nanti sama saja. kalian akan tetap kami nikahkan," Ucap Aleta.

"Ayolah demi kebahagiaan nenek Kak Jihan, Kak Tian. Kasihan nenek pasti nanti meninggalnya tidak tenang kalau kalian nggak ngabulin permintaan terakhir dari nenek," Ujar Kiara yang ikut memohon pada Septian dan Jihan.

"Diem lo anak kecil!" Bentak Septian yang kini terlihat kesal. 

"Jangan membentak adikmu Septian! Kia benar kalau kamu menolak permintaan terakhir nenekmu dan sampai akhirnya dia meninggal. Kamu pasti akan menyesal. Karena tidak mengabulkan permintaan terakhirnya," Ucap Reno mencoba membuat Septian berpikir ulang kalau dia sampai menolak keinginan sang nenek.

Benar saja kini Septian nampak berpikir. Dia tampak terlihat bingung,  lalu kini dia menatap Jihan. Bagai mana pun dia tidak mau gadis yang ada dihadapannya menderita karena harus terikat dengannya. 

"Jihan mau kok Nek. Demi Nenek, Jihan rela melakukan apapun." 

Akhirnya dengan yakin dan penuh keseriusan Jihan mengatakan bahwa dia bersedia menikah dengan Septian saat ini juga.

"Baiklah kalau dia Setuju. Tian juga setuju ini semua demi Nenek." Septian pun akhirnya menyetujui keinginan sang nenek. Dan itu membuat senyum sang nenek mengembang, bukan hanya nenek Sarah yang tersenyum bahagia, semua keluarga dan orang yang berada di ruangan itu pun ikut tersenyum bahagia atas keputusan yang Septian ambil.

Kini kedua keluarga pun saling berpelukan begitu karena bahagia. Begitu pun Ibu dari Reno. Dia tersenyum karena akan menyaksikan pernikahan cucu laki-lakinya menikah dengan wanita yg sudah ia anggap seperti cucunya sendiri.

Persiapan pun dilakukan. Penghulu pun mulai menyiapkan semuanya. Tinggal menunggu kedua mempelai yang kini tengah bersiap-siap. 

Sebelumnya Reno meminta izin pada pihak rumah sakit untuk melakukan pernikahan diruang rawat ibunya. Dan bersyukurlah Renno, karena pihak rumah sakit pun memberikan izin karena itu salah satu keinginan pasien yang kini sedang kritis. 

Septian pun kini sudah duduk bersama dihadapan penghulu. Semetara Jihan baru saja datang dengan ditemani Sabrina dan Aleta juga Kiara setelah sedikit dirias. 

"Putriku memang sangat cantik ya Yan? Dan sebentar lagi dia akan menjadi milikmu," bisik Angga yg melihat Septian mencuri pandang kepada Jihan.

"Iya Om. Dia memang sangat cantik," jawab Septian. Yang tidak sadar dengan jawabannya, karena terus menatap kagum atas kecantikan Jihan, yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.

"Ekhem..., Tian apa kau akan terus menatapnya?" Tanya Reno yang kini menyadarkan Septian dari lamunanya, membuat semua orang yang ada di ruangan itu tertawa melihat tingkah Septian. Dan itu membuat Septian kini tertunduk malu karena ulahnya sendiri.

Kini Jihan pun sudah duduk disamping Septian. Ritual pernikahan pun segera dilaksanakan. Septian pun melakukan ijab Kabul dengan hanya sekali tarikan nafas, acara sakral itu pun hanya disaksikan oleh keluarga dan 4 orang saksi tanpa ada teman dari Jihan atau pun Septian yang menyaksikan. Karena memang pernikahannya pun dilakukan secara mendadak karena darurat. Kini Jihan dan Septian sudah sah menjadi suami istri. 

Jihan dan Septian pun tinggal menandatangani surat-surat perlengkapan untuk mendapatkan buku nikah, setlah semua selesai kini Jihan pun sudah menjadi bagian dari keluarga Wijaya dan Aleta juga Kiara tampak begitu bahagia karena mereka akan mendapatkan anggota keluarga baru dirumah mereka.

*****

Semua pun kini nampak terlihat bahagia begitu pun dengan nenek Septian yang terlihat terus tersenyum bahagia karena melihat Septian dan Jihan kedua cucu kesayangannya menikah. Tidak lupa sang nenek pun mendo'akan kebahagiaan mereka berdua agar menjadi keluarga kecil yang bahagia. Namun, beberapa menit kemudian kebahagiaan berubah menjadi duka. Tepat beberapa menit setelah sang nenek berpesan pada Septian dan Jihan, agar jangan sampai ada perceraian diantara mereka. Apapun yang terjadi dalam rumah tangga mereka, sang nenek berharap mereka bisa menyelesaikannya dengan baik. Dengan senyuman termanisnya sang nenek pun menghembuskan nafas terakhirnya, kini nenek Sarah pun benar-benar pergi untuk selamanya. Septian dan Jihan pun berjanji pada sang nenek sebisa mungkin mereka akan mengabulkan keinginan sang Nenek. 

Kini Septian tampak sangat sedih dan terpukul karena nenek yang sangat dia sayangi sudah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya. 

Tepat dihari pernikahannya. Septian pun harus melihat sang nenek dikebumikan. Dia terlihat sangat terpukul dan bersedih. Benar kata Ayahnya andai saja Septian menolak untuk menikah tadi. Mungkin dia akan menyesal seumur hidupnya karena tidak mengabulkan keinginan terakhir neneknya untuk melihat pernikahannya dengan gadis pilihan sang nenek.

"Tian. Lo harus kuat, nenek pasti sudah bahagia disana, karena kita sudah mengabulkan permintaan terakhirnya," Ucap Jihan mencoba menguatkan Septian yang kini terlihat sangat sedih dan terpuruk. Mendengar ucapan Jihan. Septian langsung memeluk Jihan dan kali ini Jihan tidak menolak apalagi memberontak. Untuk kali ini dia membiarkan Septian memeluknya agar dia bisa mencurahkan kesedihannya lewat pelukannya.

"Gue sayang banget sama nenek, Han. gue gak percaya kalau nenek pergi secepat ini, dia sekarang sudah benar-benar pergi untuk selama-lamanya." 

Tidak terasa tetesan air mata Septian menetes ke pundak Jihan. Membuat Jihan merasa iba pada Septian, karena ternyata dibalik ketengilanya. Septian juga memiliki jiwa lembut penuh kasih sayang dan dia juga memiliki sisi kerapuhan seperti dirinya. 

"Gue juga sayang banget sama nenek, Yan. Tapi kita harus merelekan nenek, karena dia sudah tenang dan bahagia dialam sana tanpa merasakan sakit lagi. lo harus tetap kuat, nenek lo pasti sedih kalau lo terus terpuruk kayak gini. Lo bisa menemui nenek Nadia kalau lo kangen sama nenek lo, Yan."

Dengan lembut Jihan mencoba menghibur dan menguatkan Septian dengan sesekali mengusap punggung Septian, mendengar ucapan Jihan. Septian pun mengangguk dan dia masih terhanyut dalam pelukan hangat Jihan. Keluarga pun sangat bahagia melihat Jihan mencoba menghibur dan memberi kekuatan pada Septian. 

"Kita harus berterima kasih pada ibu, Bin. Karena dia yang sudah menyatukan Tian dan Jihan," Ujar Aleta sambil menatap Jihan dan Septian yang masih berpelukan. 

"Iya Let. Tante Sarah sangat berperan penting dalam menyatukan Jihan dan Tian dalam ikatan Pernikahan, karena aku gak yakin, kalau kita yang melakukan apakah akan berhasil seperti tante Sarah," Sambung Sabrina. Angga dan Reno pun mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan istri mereka. Kini mereka pun tersenyum, mereka kini terlihat sangat bahagia karena bisa melihat Septian dan Jihan akur. Namun, mereka sedih karena harus kehilangan nenek Sarah sang pahlawan dalam menyatukan Septian dan Jihan. 

"Semoga tidak ada pertengkaran lagi diantara Kakak dan Kakak iparnya. Nenek bantulah mereka menjadi keluarga yang bahagia hingga maut memisahkan mereka, Amin." Membuat semua menatap Kiara dan tersenyum mendengar gumaman Kiara. Tidak lupa mereka pun mengaminkan apa yang Kiara ucapkan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lie Miang
buka buku mahal bener
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status