Share

Bab 8

"Sayang, mana Jihan?" Tanya Angga yang baru saja pulang dari kantor.

"Dia lagi kerumah Aleta, Mas. Tadi aku suruh nganterin kue, tapi tadi dia telepon katanya mau sekalian makan malam disana," Sahut Sabrina sambil menyiapkan makanan untuk suaminya, Angga. 

"Rumah ini sepi ya kalau Jihan gak ada," Ucap Angga sambil duduk dikursi meja makan. 

"Iya, apalagi kalau nanti Jihan sudah menikah. Pasti kita akan sangat kesepian," Sambung Sabrina. Sambil menuangkan makanan kepiring milik suaminya itu. 

"Sayang, gimana kalau kita buat lagi biar ada yang gantiin Jihan. Tapi kali ini harus laki-laki biar gak ninggalin kita kayak Jihan," Goda Angga. Dengan seringai nakalnya

"Ah kamu ini, ada-ada saja sih mas," Ucap Sabrina, namun kali ini tidak membalas godaan Angga, dia hanya tersenyum. 

"Tapi mau kan sayang?" Tanya Angga kali dengan serius. Dan lagi-lagi Sabrina hanya membalas dengan senyuman pada Suaminya.

 *****

"Wah Tante makanannya sangat lezat. Makasih buat makan malamnya ya Tan. Jihan sangat suka," Ucap Jihan. Seraya tersenyum manis pada Aleta. 

"Ya iya lah suka, secara makanannya gratis!" Ketus Septian. Lalu dia meneguk air minumnya dan setelah itu dia pergi ke ruang televisi untuk bersantai. 

"Tian! Kamu gak boleh ngomong kayak gitu ah. Udah ya sayang jangan didengerin omongan Tian, dia emang suka seenaknya kalau ngomong." 

Aleta mencoba menghibur Jihan agar gadis itu tidak sedih.

"Nggak apa-apa kok Tante. Jihan udah  biasa denger Tian ngomong ketus kayak gitu ke Jihan. Oh ya piring kotornya biar Jihan bantu bereskan ya Tan."

"Wah, wah, udah siap jadi menantu tuh Bun, " Goda Kiara sambil terkekeh. 

"Kia apaan sih."

Entah kenapa Jihan kini tersipu malu, saat mendengar godaan dari Kiara. 

Melihat wajah merona Jihan karena godaan Kiara. Membuat Aleta, Kiara dan Reno tertawa lepas, dan itu membuat Jihan semakin malu lalu dia pun bergegas pergi ke dapur dengan membawa piring kotor. Melihat itu Aleta pun menyusul dengan membawa tempat bekas makanan.

"Septian, kamu antar pulang Jihan ya, tidak ada penolakan! Ayah tidak mau kalau calon menantu Ayah kenapa-napa nanti dijalan kalau pulang sendirian," Ucap Reno yang kini sudah duduk di samping Septian. Dia mengambil alih remote televisi dan memindahkannya ke channel favoritnya. 

"Emang Tian mau gitu nikah sama dia, Ayah gak tahu sih tuh cewek kalau tidur kayak kebo," Ujar Septian yang kini mulai terlihat kesal. 

"Ayah gak mau tau Tian! Pokoknya apa pun yang terjadi, kamu harus tetap nikah sama Jihan! Itu udah harga mati gak bisa diganggu gugat mengerti kamu!" Tegas Reno pada sang putra.

"Kok Ayah maksa banget sih?! Kalau anak gak mau jangan dipaksa dong, Yah."

"Ayah tau rahasia kamu loh Yan. Ayah yakin kamu pasti berterima kasih sama Ayah nanti setelah kamu nikah sama Jihan. Dari pada nanti Jihan di ambil orang dan Ayah yakin, kamu akan galau kalau itu sampai terjadi," bisik Reno. Membuat Septian berdecak sebal karena merasa sangat kesal pada ayahnya. 

Meski dia tidak tahu, sebenarnya apa maksud ayahnya itu tentang rahasia dirinya.

"Tian heran deh, Ayah sama Bunda tuh Kalau ada si Jihan. Tian kayak di anak tirikan! Sebenarnya yang anaknya tuh Tian apa si Jihan sih, Yah? Ini lagi orang gak mau nikah sama dia, malah dipaksa," Protes Septian yang memang terlihat sudah kesal pada sang Ayah.

"Makannya, mau ya cepet-cepet nikah sama Jihan?! Terus kasih Ayah sama Bunda, Cucu. Biar kamu gak di anak tirikan, pokoknya gak ada calon mantu lain! Sudah kami putuskan Jihan yang akan jadi menantu kelurga Wijaya, tidak ada penolakan!" Reno kembali berkata dengan tegas.

"Iya betul itu. Tidak ada penolakan cuma Jihan yang akan menjadi menantu keluarga Wijaya. Bunda jadi gak sabar deh pengen nimang cucu dari kalian," Sambung Aleta yang ikut gabung bersama Suami dan putranya diikuti oleh Jihan dan Kiara. 

"Ayo, lo mau pulang gak? Gue mau tidur nih udah ngantuk!" Ketus Septian yang kini sudah memegang kunci mobilnya. 

"Tian kok gitu sih! Bunda kan masih pengen ngobrol sama Jihan. Baru juga jam berapa, ini masih sore," protes Aleta yang kini menatap putranya dengan tatapan tajam. 

"Tian bosen Bun. Denger kalian ngomongin itu mulu. Mau pulang gak lo?! Kalau gak, gue mau tidur nih." 

"Iya, iya, mau. Ya udah Jihan pamit pulang dulu ya Tan, Om."

Karena tidak ingin melihat Septian terus berdebat dengan ibunya karena dirinya. Jihan pun akhirnya pamit pada Aleta dan Reno juga Kiara. 

"Ya sudah kalau gitu, sering-sering main kesini ya sayang," Ucap Aleta sambil tersenyum. Lalu Jihan pun menyusul Septian yang pergi lebih dulu. Tanpa menunggu acara pamitan Jihan pada kedua orangtuanya dan juga adiknya. 

"Kalau Kak Tian berbuat yang macam-macam sama Kakak ipar.  Pukul aja pake sandal Kak!" Seru Kiara. Membuat Jihan terkekeh karena mendengar ucapan Kiara.

"Seneng ya lo! keluarga gue pada belain lo?"

"Eng-enggak kok. Kata siapa biasa aja sih gue," Bantah Jihan padahal dalam hatinya merasa sangat senang karena keluarga Septian menyayanginya.

"Udah masuk lo! Kalau gak..., gue gak akan anterin lo pulang." Jihan hanya mengangguk lalu masuk kedalam mobil.

******

Jihan dan Septian kini sudah berada didalam mobil. Namun, kini hanya ada keheningan di dalam mobil itu. Sesekali Septian melirik ke arah Jihan kadang ia menyunggingkan senyumnya karena baru kali ini dia bisa satu mobil dengan Jihan. 

"Nyetirnya yang konsen dong, gue tahu gue cantik tapi gak usah segitunya kali liatin gue nya. Nanti kalau ada apa-apa gimana? Mana gue belun nikah lagi. Inces kan pengen nikah sama pangeran impian Inces," Ucap Jihan dengan gaya alaynya. 

"Berisik lo! Dan kalau ngomong bisa gak kalau gak lebay kayak gitu? Ilfil gue lihat dan bikin sakit kuping gue dengerinnya," Ucap Septian sambil menatap lurus ke depan karena sedang menyetir. 

"Ah bodo ah. Emang inces pikirin," sahut Jihan. Lalu menatap keluar jendela mobil yg ada di sampingnya.

"Lebay banget sih lo!" Ketus Septian yang kini mulai konsen lagi menyetir mobilnya. 

Dan kini kembali hanya ada keheningan di dalam mobil. Tak lama akhirnya Mereka pun sampai dirumah Jihan. Septian pun menghentikan mobilnya. 

"Udah sampai."

Septian pun kini menghentikan mobilnya tepat di depan halaman rumah Jihan. 

"Hah udah sampe ya? Kok cepet banget." 

"Lo tidur dari tadi. Dasar princess kebo tukang molor," Cibir Septian. membuat Jihan mendelik kearah Septian. 

"Iihh...! Curut mah gak lucu ah. Masa cantik-cantik gini dibilang princess kebo sih!"

Jihan tidak terima dengan apa yang Septian katakan. Sambil melipat kedua tangan didadanya dan mengerucutkan bibirnya dia menatap tajam ke arah Septian. 

"Hahaha..., lo kalau udah cemberut kayak gitu sexsi tau gak. Pengen gue cium ya lo ampe segitunya natap gue! Udah sono turun sebelum gue cium lo secara paksa," Ucap Septian menggoda Jihan. Kini Jihan langsung buru-buru turun dari mobil Septian, karena tidak ingin sampai apa yang Septian katakan benar-benar dia lakukan. 

"Tian. Lo gak mampir dulu?" Tanya Jihan dengan senyuman khasnya. 

"Apa lo bilang barusan? Gue gak denger," Ujar Septian. 

"Ckck...! Sayang banget ganteng-ganteng tapi budeg," gumam Jihan sambil menggelengkan kepalanya. 

"Lo baru sadar ya, kalau gue ganteng? Gue udh ganteng dari orok kali, tapi gue gak budeg ya! Suara lo aja yg kekecilan volumenya. Padahal udah makan banyak juga," Ucap Septian. membanggakan dirinya, dan terus mengolok-olok Jihan. 

"Udah ah Inces cape ngeladenin Curut kayak lo. Jadi gimana Tian mau mampir gak? Mumpung gue lagi baik nih," ucap Jihan lalu kembali tersenyum. 

"uuhh..., manisnya. Ternyata lo bisa juga ya ngomong manis. Jadi terharu gue dengernya, tapi makasih deh lain kali aja mampirnya, soalnya ini udah malem jadi takut kesiangan gue besok. Lagi pula gue juga udah ngantuk banget nih," Ucap Septian.

"Hahaha ternyata Prince Curut disiplin juga yah," Ledek Jihan sambil tertawa. 

"Iya dong Princess curut," Bukan tersinggung Septian malah membalas ledekan Jihan sambil tertawa.

"What! No..., Gue gak mau ya jadi Princess Curut."

"Biasa aja kali No nya. jangan kayak gitu," Ujar Septian yg kini terkekeh geli karena melihat tingkah Jihan yang kini entah mengapa begitu terlihat menggemaskan baginya.

"Bodo amat. Sono lo pulang!" Usir Jihan. Lalu menatap Septian.

"Tadi ngajakin mampir, sekarang ngusir nyuruh gue pergi. Lo labil banget deh," Ucap Septian. Lalu kembali tertawa. Membuat Jihan semakin kesal.

"Septian...! Pergi lo sana Curut...!" Teriak Jihan yang semakin geram pada Septian. 

"Iihh..., atut ada princess curut ngamuk. pergi dulu ah bye princess curut," Ucap Septian lalu melajukan mobilnya. Meninggalkan Jihan yang masih kesal karena ulah Septian.

"Iihh..., sebel deh sebel. Masa inces yg cantik jelita kayak gini dikatain princess curut sih, gak banget deh si curut."

Setelah mengatakan itu. Jihan pun langsung memasuki rumahnya. 

"Mah, Pah. Kalian udah tidur ya? Kok sepi banget sih rumah, iihh..., jadi atut ah. mendingan masuk kamar aja deh." Lalu Jihan pun sedikit berlari menuju kamarnya.

Sementara itu Septian yg sudah berada di kamarnya, sedang berbaring dikasur empuk miliknya. Kini dia menatap kearah kamar mandi sambil tersenyum, lalu dia memejamkan matanya dengan senyuman yang merekah dibibir tipisnya. 

Sedang Jihan kini dia baru saja keluar dari kamar mandi, karena baru selesai membersihkan dirinya. Lalu kini Jihan pun berbaring ditempat tidurnya. 

"Aahh..., rasanya nyaman sekali." 

Lalu Jihan pun kini mulai memejamkan matanya dan tiba-tiba dia pun tersenyum entah apa yang sedang dia pikirkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status