Home / Rumah Tangga / Mutualism Marriage / 6. Kejutan di Kantor

Share

6. Kejutan di Kantor

Author: Mami Ge
last update Last Updated: 2021-01-25 19:31:09

Sandra kembali ke kota bersama Adriel dan kedua kakek, neneknya. Sementara, Damar dan Maria masih tinggal di rumah sakit untuk menunggui ibu Ani. Sebenarnya, banyak pertanyaan di benak Sandra untuk calon suaminya itu. Salah satunya, bagaimana mereka bisa mengenal ibu Ani. Namun, semua itu diurungkannya, takut terlalu dalam masuk ke kehidupan pribadi mereka. Mengingat posisinya hanya sebagai istri pura-pura.

Perjalanan yang ditempuhnya terasa sangat panjang karena keheningan yang mengisi ruang mobil. Hanya Melati yang sekali-sekali bertanya, itu pun dijawabnya dengan singkat. Setiap kali hendak menjawab pertanyaan Melati, Adriel selalu mengontrolnya dari kaca spion. Sandra paham itu adalah sebuah pengendalian agar dia tetap pada rencana kepura-puraan mereka.

Tidak ada kata mesra dari Adriel saat mereka berpisah di kos Sandra, layaknya seorang kekasih. Dia sengaja mengantar Sandra ke depan pagar agar terlihat romantis oleh kakek dan neneknya. Padahal, hanya ada diam di antara mereka.

***

Sandra kembali ke rutinitasnya. Seperti kata Adriel, dia hanya menunggu instruksi kapan pesta pernikahan itu akan diselenggarakan. Sebenarnya, dia tidak ingin teman-teman di kantornya mengetahui tentang pernikahan itu. Tapi, tak bisa dielakkan, Maya sepupunya itu, satu kantor dengannya. Sudah menjadi tujuannya untuk mengumbar pernikahan itu pada keluarga besarnya, apalagi Maya. Sandra memijit pelipisnya untuk memikirkan ide lain.

"Hoi, melamun aja. Kerjaan udah selesai, belum?" Mimi menepuk meja kerja Sandra, membuat lamunannya buyar.

"Ngagetin aja! Udah, dong." Sandra langsung cemberut menatap sahabatnya itu.

Sejak pertama bekerja di perusahaan itu, Mimilah yang menjadi tempatnya bertanya dan berkeluh kesah. Padahal, ada Maya yang lebih dulu masuk daripada Sandra. Jangankan membantu, Maya akan selalu tersenyum puas saat Sandra terkena masalah atau dimarahi atasan.

Seperti pagi tadi, saat Sandra baru sampai di kantor. Dia langsung disuruh menghadap bos besar. Pak Arman memarahinya akibat pekerjaan yang terbengkalai saat dia libur beberapa hari yang lalu. Ada surat kontrak dengan relasi belum diselesaikannya, hingga mereka kehilangan kerja sama yang dinanti-nantikan.

"Ini semua gara-gara kamu!" bentak Pak Arman sambil memukul meja. Sandra yang berdiri di hadapannya, sedikit terlonjak terkena sentakan semacam itu.

"Saya minta maaf, Pak. Tapi, saya sudah menyampaikan pesan pada Maya agar menyerahkan surat itu. Saya sudah menyelesaikannya sehari sebelum cuti." Sandra berusaha membela diri.

"Mana? Buktinya surat itu tidak ada dan kita kehilangan rekan kerja sama." Pak Arman mengibas-ngibaskan map yang ada di tangannya.

Sandra ingat betul, sehari sebelum pulang ke tempat orang tuanya, dia sudah menyerahkan surat itu pada Maya lengkap dengan pesan dan keterangannya. Maya dan dia memiliki posisi yang sama sebagai tenaga administrasi yang mengurus surat-surat seperti kontrak dengan klien dan perusahaan lain. Sandra benar-benar kesal atas apa yang sudah dilakukan Maya padanya, tapi apa daya dia tidak dapat membela diri. Maya paling bisa menjilat hingga dia terlihat benar.

***

Sejak keluar dari ruangan Pak Arman, Sandra hanya duduk termenung di hadapan komputernya. Dia teringat ucapan Pak Arman, bahwa perusahaan itu, terpaksa dijual agar tetap berdiri dan mempekerjakan karyawannya. Di balik rasa kesal, ada haru yang timbul karena perjuangan perusahaan untuk mereka.

"Ya, melamun lagi." Mimi kembali menyadarkan Sandra yang balik ke lamunannya.

"Eh, kamu tahu sesuatu tentang perusahaan ini, gak?" Biasanya, Mimi cukup update soal berita seputar perusahaan ataupun orang-orang di dalamnya.

"Memang kamu belum tahu?" Mimi mendekatkan kursinya agar berbicara lebih dekat dengan Sandra.

Sandra menggeleng. "Apa?" Bola matanya yang sipit membesar.

"Kita akan ganti bos." Mimi memelankan suaranya. Mata mereka memeriksa rekan lain yang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Apa benar perusahaan kita dijual pada orang lain?" Sandra ikut memelankan suaranya agar tidak ketahuan mereka sedang bergosip.

Mimi mengangguk pelan. "Kamu tahu dari siapa?"

"Pak Arman, waktu aku dimarahi tadi di ruangannya." Sandra melengkungkan mulutnya ke bawah.

"Seperti apa bos kita yang baru itu, ya?" Mimi menopang dagunya dengan siku bertumpu di meja kerja Sandra. Sandra mengangkat kedua bahunya.

Mereka sudah bertahun-tahun bekerja di perusahaan itu, rasa nyaman sudah mengakar di hati mereka. Sandra ingat betul saat Maya membangga-banggakan dirinya dan perusahaan tempat mereka bekerja saat itu. Sandra yang masih keluar masuk perusahaan selalu diremehkan setiap kali berkunjung ke tempat neneknya. Itulah alasannya masuk ke perusahaan yang bergerak di bidang distrubutor barang-barang retail itu. Rasa bangga menghunjani saat berhasil menyamai posisi Maya. Sejak saat itu, Maya sudah tidak penah lagi bercerita tentang pekerjaannya di hadapan semua keluarga besar.

"Hei, jangan gosip aja. Kerja, kerja!" Salah seorang rekan kerja menegur mereka yang asik berbisik-bisik di meja Sandra.

"Udah selesai, kok," timpal Mimi sambil memancungkan bibirnya.

"Duduk yang rapi, bos baru mau datang." Dia langsung  berlalu menuju ke mejanya.

Sandra dan Mimi saling berpandangan, padahal mereka baru saja membicarakannya. Pak Arman baru saja memberitahu, Sandra berpikir tidak mungkin akan secepat itu. Mereka masih sibuk saling pandang dengan pikiran masing-masing, tiba-tiba pak Arman keluar dari ruangannya. Bersamaan dengan itu, beberapa orang datang dan salah satu di antaranya adalah Adriel.

Hampir saja Sandra lupa untuk mengontrol dirinya. Dia segera menutup mulutnya yang menganga, melihat kedatangan Adriel. Mimi segera menggeser kursinya ke tempat semula. Suara kursi itu menarik perhatian tamu yang datang karena ruangan yang  mendadak hening. Sandra melirik Mimi dengan sudut matanya. Namun, Adriel sama sekali tidak melihat ke arahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mutualism Marriage   45. Keberadaan Adriana

    Adriel menatap mereka berdua secara bergantian. Mereka seperti enggan untuk menceritakannya. Dia menyorot linangan air di lensa mata Maria. Napas Sandra pun terlihat tidak normal, seperti tertahan-tahan."Adriana telah meninggal setelah sepuluh tahun menjadi bagian keluarga kami." Ada getaran dalam kalimat Maria. Linangan air itu memenuhi rongga matanya dan hendak meluap."Kami mengadopsinya dari panti asuhan Belaian Kasih. Dia adalah korban kecelakaan dan kedua orang tuanya meninggal. Beruntung dia selamat." Sebuah senyuman pahit terbit di wajahnya yang penuh guratan menua."Namun, tak seperti yang diharapkan. Kecelakaan itu menyisakan penderitaan baginya. Beberapa kali dia mengalami kejang dan kesakitan. Kondisi panti saat itu tidak memungkinkan untuk merawatnya. Entah mengapa juga, hati kami tergerak untuk mengadopsinya." Maria kembali tersenyum pilu mengenang Adriana."Lalu?"Sekuat hati Adriel berusaha bersikap biasa saja, seolah yang mengalami itu bukan adik kan

  • Mutualism Marriage   44. Cerita Lama

    "Pak Anto," sahut Damar dari dalam. Ia berjalan menghampiri pria itu yang masih berdiri di ambang pintu."Aku ingin menyampaikan sesuatu," ujarnya dengan suara dipelankan, namun dapat terdengar jelas oleh Adriel dan Sandra."Nanti saja kita bicarakan, Pak. Anak dan menantu saya baru saja datang." Damar melirik sebentar ke dalam rumah, sambil tersenyum sungkan pada Adriel. Dia tampak sekali salah tingkah.Anto berusaha menganalisa arti kedipan mata Damar, hingga akhirnya ia memutuskan untuk berpamitan. Sekejap menoleh Adriel yang tengah memandangnya penuh selidik.Adriel ingat betul wajah laki-laki yang menemukannya bersama Adriana di tengah hutan dekat tepi jurang saat itu. Dia tak sanggup lagi menangis karena harus menenangkan adiknya yang terisak meraung-raung. Hanya saja air matanya turun bagai aliran air dari mata air."Anto," sebutnya dalam hati.Baru kali ini dia mengetahui nama pria itu. Setelah menemukan mereka, Anto membawanya ke panti asuhan, bertemu deng

  • Mutualism Marriage   43. Kembali ke Masa Lalu

    Matahari belum terlalu tinggi saat mereka sampai di desa kediaman orang tua Sandra. Adriel memilih berjalan pagi sekali agar bisa santai, mengingat kondisi Sandra. Beruntung, Sandra sudah melewati masa-masa mualnya sehingga perjalanan dapat ditempuh dengan mulus."Stop, stop." Tiba-tiba Sandra meminta sopir memberhentikan mobil ketika melewati Panti Asuhan Belaian Kasih.Hampir tidak dapat dipercayainya, melihat bangunan tua dan reok itu sudah berubah menjadi bangunan baru dan kokoh. Adriel tahu apa yang membuat istrinya ingin berhenti, tapi dia tak ingin memberi tahunya sekarang. Sandra akan mengetahui saat semuanya sudah jelas.Bukan tanpa alasan Adriel mau menemani Sandra menemui orang tuanya. Sejak mengetahui bahwa Damar dan Maria yang mengadopsi Adriana, dia berusaha mencari waktu untuk membicarakannya."Aku sudah terlalu lama tidak ke sini. Tapi, siapa yang melakukannya?" oceh Sandra sendiri entah pada siapa dia bicara. Tapi, dia yakin kedua orang di dekatnya, mend

  • Mutualism Marriage   42. Duka Adriel

    Bi Tuti mengingat-ingat, matanya berotasi seperti anak sekolah yang sedang berkutat dengan hafalannya. Kemudian dia menggeleng perlahan."Pernah, sih." Wajahnya mendadak masam.Seperti yang ditakutinya, seketika itu juga hati Sandra mencelos. Baru saja ia merasakan manis perhatian Adriel ditambah bumbu godaan dari Bi Tuti, kini dia kembali dibawa ke alam sadar. Sandra harus sadar diri bahwa pernikahannya dengan Adriel hanya sebatas sebuah perjanjian sementara. Semua yang dilakukan suaminya adalah untuk mencapai tujuannya."Tapi, Nyonya ...." Bi Tuti buru-buru memperbaiki informasi yang diberikannya setelah melihat ekspresi Sandra."Bukan Tuan yang membawanya, dia yang datang sendiri," lanjutnya lagi."Siapa? Alena?" tebak Sandra yakin dengan mata tajam menyorot kepolosan seorang Tuti."Nyonya kenal? Pasti sedih sekali jika mengetahui mantan suami." Bi Tuti berlagak sedih seolah pernah merasakannya juga.Sandra hanya menarik kedua sudut bibirnya untuk memaksakan

  • Mutualism Marriage   41. Menahan Rasa

    Sandra terlena, pertahanannya kacau oleh sihir Adriel. Dia tak mampu menahan ketika bibir Adriel bekerja nakal. Pagutan laki-laki itu tak terbantahkan.Mereka masih berada di depan pintu kamar. Adriel tidak perlu takut ketahuan oleh siapapun di dalam rumah, ini adalah rumahnya. Dia juga tak perlu takut dimarahi karena Sandra adalah istrinya.Sandra merasakan dirinya semakin lemah. Bukan, hatinya yang lemah. Lidah Adriel telah menerobos masuk, mencari pasangannya. Organ tak bertulang itu begitu liar, memberi sensasi lain yang belum pernah dirasakan oleh Sandra.Ya, ini adalah kali pertamanya meski sebelumnya mereka pernah menyatu. Tidak seperti waktu lalu, Adriel tanpa permisi langsung pada intinya. Menerobos masuk tanpa pembukan, sangat menyakiti. Kali ini, Adriel meminta dengan penuh kelembutan.Dengan mudah, tanpa melepas pelukan dan pagutan, Adriel berhasil membawa Sandra masuk ke dalam kamar. Pintu tertutup dengan pelan, sepelan langkah mereka menuju ranjang lu

  • Mutualism Marriage   40. Cemburu

    Adriel mendongak sebentar, lalu kembali menatap meja. Wajahnya datar, tak ada ekspresi kaget kedatangan mantan kekasih.Ya, mantan. Sejak dia melihat langsung, kekasihnya itu berada dalam kamar bersama Denis, dia sudah tak menganggapnya kekasih lagi. Rasa yang selalu bergejolak setiap kali bertemu Alena, mendadak sirna, bagaikan goresan pasir terhapus ombak."Aku gak masalah, kamu kembali padanya untuk sementara waktu. Semua demi masa depan kita, kan? Tapi, gak gini juga, Sayang. Masa kamu mau makan di tempat seperti ini." Suara Alena terlalu nyaring, tak menyadari sepasang telinga milik penjual nasi goreng itu ikut mendengarnya. Wajahnya mengguratkan ketidaksenangan atas ucapan Alena."Kalau sudah selesai makan, kita langsung balik, ya," pinta Adriel pada Sandra. Wajahnya yang tenang berubah kusam.Alih-alih menjawab dan menanggapi Alena, dia malah menarik tangan Sandra yang tidak jadi menghabiskan nasi gorengnya. Seleranya menguap akibat kedatangan Alena.Sandra men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status