แชร์

Bab 3 Flashback

ผู้เขียน: terasora
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2020-12-26 14:16:01

Bab 3 Flashback

Flashback On

Setelah melakukan pendaftaran ulang yang dilakukan oleh staf tata usaha, aku dan beberapa kawan baruku pun bisa pulang.

Kami bertiga berjalan bersama melewati koridor. Aku berjalan di tengah dua teman baruku. Di sebelah kanan, ada gadis cantik dengan tinggi semampai hingga 165cm. Namanya Bella Farasya, lulusan SMA 2 Cirebon. Ia sudah mulai tinggal di Kost Putri Adinda yang letaknya di belakang kampus dan hanya perlu menggunakan 1 kali jalur angkutan kota.

Berbeda dengan Bella, di samping kirinya ada Fatiya Hanum, gadis kalem yang terlihat menawan saat memakai kerudung lebar berwarna olive. Tinggi Fatiya sama sepertiku, tidak terlalu tinggi, sekitar 154cm. Meskipun begitu, kami tetap percaya diri.

Berbeda denganku dan Bella, rumah Fatiya masih terjangkau dari kampus. Hanya 2 kali jalur angkutan kota, atau sekali naik bus.

"Habis ini mau pada ngapain?" tanya Bella memulai pembicaraan kami sambil berjalan santai.

"Aku habis ini mau ikut kajian ke Masjid Nurul Ilmu." Fatiya memberitahukan agendanya hari ini. "Ada yang mau ikut?"

Aku dan Bella langsung menggeleng. Kami sadar diri tidak pantas pergi ke kajian dengan pakaian terbuka. Benar sekali, aku dan Bella tidak mengenakan hijab. Bahkan hijab sederhana sekalipun tidak kami pakai.

"Ya udah deh. Kapan-kapan ikut ya," ujar Fatiya tanpa beban. Ia tersenyum lembut membuat hatiku merasa dugun-dugun. Maksudku, perasaan nyaman dan tentram.

"Insyaa Allah," jawabku dan Bella berbarengan.

Saat kami melewati ruang pendaftaran ulang untuk jurusan Bisnis dan Manajemen, aku pun dengan sengaja menengok ke dalam melalui pintu yang terbuka. Aku melihat beberapa calon mahasiswa, tapi bukan Reino.

"Nyari siapa?" tanya Bella setelah memperhatikanku beberapa saat.

Aku mendongak menatap Bella yang lebih tinggi dariku lalu menggeleng sambil tersenyum lebar. "Bukan siapa-siapa kok."

"Oh," balas Bella lagi sambil lalu. "Kalau kamu habis ini ada acara juga, Tita?"

Aku berpikir sejenak dan mengingat belum membuka kardus berisi beberapa novel yang kubawa dari rumah ke tempat kost. "Aku belum selesai beres-beres, Bel."

"Ya udah deh kalau pada enggak bisa diajak jalan," Bella terdengar kecewa. "Oh ya nanti kalau ada info dari kampus jangan lupa bagi-bagi ya."

"Oke sip."

Setelah itu, kami pun berjalan menuju pintu gerbang kampus yang sangat megah. Keadaan kampus masih sangat ramai dipenuhi mahasiswa baru dan tentunya mahasiswa senior yang lebih dulu kuliah di sana.

"Aku nyebrang dulu ya," ujar Fatiya buru-buru lalu menyebrangi jalan raya di depannya. Ia pun segera masuk ke dalam angkutan kota tujuannya.

Aku memperhatikan Fatiya hingga gadis itu hanya terlihat punggungnya saja. Tak berapa lama, angkutan kota itu berjalan.

"Fatiya tuh cantik banget ya," ujar Bella mendadak hingga membuatku menoleh. Ucapan Bella memang ada benarnya.

"Kamu juga cantik, Bel." Aku memuji Bella sepenuh hatiku. "Udah cantik, tinggi lagi kayak model."

"Ah kamu bisa aja," balas Bella malu. Ia menoleh dengan gusar ke kanan dan ke kiri mencari angkutan kota yang akan ditumpanginya kemudian tersenyum lebar saat melihat angkot yang dicarinya maju perlahan melewati beberapa kendaraan yang diam di tempat. Jika tidak salah, itu juga angkot yang bisa membawanya ke tempat kost. Astaga, ia masih belum hapal saja.

"Aku juga naik angkot itu, Bel."

"Wah jadi kita searah," balas Bella senang karena tidak jadi pulang sendirian. "Yuk langsung naik aja, biar bisa cepet pulang buat istirahat. Bentar lagi Ospek. Semoga aja enggak ada kejadian buruk kayak jaman aku SMP ya."

"Aamiin, aku juga males banget sebenernya kalo ikut Ospek. Sering enggak kuat. Aku gampang mimisan orangnya," beritahuku.

"Kapan-kapan main lah ke tempat kostku," kata Bella mengubah topik pembicaraan. 

"Kapan-kapan aja, Bell. Kan masih ada banyak waktu. Aku juga harus beres-beres kostan. Deg-degan juga karena ini kali pertama jauh dari orangtua."

"Aku juga baru pertama ngekost tapi ya biasa aja. Lagian di tempat kost kan banyak temennya."

"Gitu ya?" Aku berpikir sejenak dan ingat banyaknya teman kost yang lain. Semuanya remaja putri. Kebanyakan mahasiswi dan anak SMA. Sekitar ada 7 orang.

"Semoga kamu betah ya," ujar Bella sambil memperhatikan laju mobil. "bentar lagi aku mau turun nih," sambungnya.

Benar saja, Bella turun beberapa saat kemudian. Ia pamit lalu turun dari mobil. Setelahnya aku pun kembali melanjutkan perjalananku.

***

Tiba saat Ospek Mahasiswa Baru (Maba), kami hanya diberi penjelasan bahwa dunia mahasiswa bukan seperti dunia anak SMA. Inti dari Ospek di Kampus Adidharma itu sendiri hanya untuk bimbingan mental yang lebih baik bagi seluruh Maba. Sama sekali tidak ada panitia yang bersikap senioritas, berbicara dengan nada tinggi, atau main tangan. Semua terkendali. Ibarat Ospek yang dilakukan adalah seminar kesiapan diri dengan identitas baru sebagai mahasiswa.

Hingga 5 hari dilalui, kami pun berhasil melewati masa Ospek yang santai dan penuh wawasan. Dan mulai awal minggu depan, kami akan mulai sesi perkuliahan.

Baru saja hendak pulang bersama Bella, kami mendengar seseorang memanggilku beberapa kali. Dari suaranya sudah jelas laki-laki. Saat kami menoleh, kulihat sosok laki-laki tidak asing itu. Reino. Ia menghampiriku dengan wajah sumringahnya.

"Tit, untung kita ketemu lagi," kata Reino setelah berada di hadapanku dan Bella.

"Kenapa, Rei?" tanyaku balik sok akrab. Padahal kami hanya selintas pernah jumpa dan mengobrol bersama.

Reino merogoh saku celana panjangnya lalu menyodorkannya padaku. "Aku minta nomer whatsapp kamu ya, Tit."

Aku pun mengambil ponsel Reino lalu mengetik nomer ponselku. "Ini, Rei."

Reino melihat nomer ponselku sebentar lalu menyimpannya. Tak berapa lama ia pun menatapku dengan senyum penuhnya. "Nanti aku chat. Aku pergi dulu ya, masih ada urusan sama temen-temen." Sebelum meninggalkanku dan Bella, kulihat Reino sedikit mengerlingkan matanya kepadaku.

Lengan Bella langsung menyenggolku dengan kuat. Aku nyaris terjungkal namun kembali berdiri dengan tegap. "Siapa tadi? Ciee...."

"Cie cie apaan sih, Bel. Tadi itu namanya Reino anak Jurusan Bisnis dan Manajemen, kita ketemu pas pendaftaran ulang kemaren."

"Kok kayaknya udah deket banget."

"Ah perasaan kamu saja," kataku, menahan.

"Iya deh, nanti aku tunggu pajak jadian kalian ya." Bella masih saja menggodaku. "Tapi bukannya dia mahasiswa yang terus diomongin anak cewek di kelas kita ya, cowok ganteng dari jurusan Bisnis."

"Bukan," elakku.

Bella menyenggol bahuku lagi dengan kuat, tapi tidak mengatakan apapun. Hanya wajahnya yang terlihat penuh makna ke arahku. Kami pun kembali melangkah bersama, untuk pulang.

Flashback Off

****

Bersambung....

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Ending

    Setelah perjuangan panjang menahan kontraksi yang makin menjadi-jadi. Akhirnya putra kecilku terlahir dengan selamat. Seperti yang kubayangkan, ia mirip ayahnya.Reino sangat bersuka-cita dengan kelahirannya. Ia tidak berhenti menatap wajah lelap buah hati kami.“Udah deh jangan dilihatin terus,” cetusku membuat Reino menatapku dengan cengiran kudanya.“Habis dia kecil banget, lucu. Kayak miniatur.”“Ngaco!” Aku tertawa. Sekarang aku masih berada di rumah sakit setelah melakukan persalinan yang terjadi hingga 12 jam lamanya menahan sakit.“Makasih ya, Tit. Kamu udah berjuang melahirkan anakku.” Reino memelukku dari samping.“Anak kita, Rei,” ralatku.Reino berdehem. “Kita sekarang udah jadi orangtua. Tanggung jawabku pun sudah bertambah satu lagi. Semoga dalam masa kepemimpinanku sebagai kepala keluarga kalian bahagia ya.”“A

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Berakhir dan Bermula

    Hari ini terasa begitu berat saat aku mengetahui semuanya secara jelas. Selama ini, aku sudah bersikap gegabah dan keras kepala. Seharusnya aku jauh lebih dewasa dengan mendengarkan penjelasan Reino lebih dulu. Ah, tidak … Reino juga sejak awal memang tidak bisa jujur padanya hingga kesalahpahaman ini lebih melingkar dan seolah tak berujung selain menjadi kesalahan Reino seutuhnya.Tak kusangka sebelumnya, ternyata dalang semua ini adalah teman dekatku. Orang yang kuanggap sangat baik dan kuanggap sebagai orang yang meginspirasi, malah menjadi penyebab kemarahanku. Pernikahanku yang baru kujalani sudah berada di ujung tanduk karena ulahnya.Bersyukur, aku mengetahui semuanya sebelum pernikahanku dan Reino benar-benar berakhir. Semua itu berkat Elena, karena ia mau dan berani speak up tentang kejahatan Fatiya.Suara pintu kamar terbuka dan kulihat Reino masuk dengan wajah yang memancar senyum tipis. “Gimana tadi obrolan kamu da

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Musuh dalam Selimut

    Happy Reading>>>***Bab 28Musuh dalam SelimutSetelah mendapatkan verifikasi akurat dari Elena, aku pun sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Fatiya. Alhasil setelah pertemuanku dan Elena selesai pukul 1 siang, aku pun sengaja segera menemui Fatiya.Aku menghubungi Fatiya melalui whatsapp karena ia sedang dalam mode online. Fatiya pun segera membalas pesanku.[Fatiya : Ada apa, Tita?]Aku segera membalasnya. [Aku mau ketemu sekarang. Kalau boleh tahu kamu ada di mana? Biar aku yang nyamperin kamu.][Fatiya : Urgent banget ya? Emang ada apa?][Enggak ada apa-apa kok. Kamu ada apa? Aku Cuma mau ngobrol sebentar sama kamu. bisa?][Fatiya : Bisa, Tita. Aku lagi ada Mall Popokrat. Di lantai 4, di restoran Kiorado.][Kamu sama siapa di sana? Apa aku bisa ngobrol berdua, nanti?]

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Obrolan

    Bab 27ObrolanPembicaraanku dan Elena terhenti sejenak karena seorang pelayan yang menghampiri meja kami, memberikan pesanan Elena, kopi dangdang dalam secawan cangkir putih.Elena menyeruput kopi dangdang perlahan lalu meletakan kembali cangkir yang dipegangnya ke atas piring kecil. “Rasanya enak. Kamu udah pernah coba sebelumnya?” tanya Elena mengubah topic pembicaraan kami. Ia nampak berhasil mengontrol dirinya dengan baik.“Hmm,” dehemku malas.Elena menatap ke arah jendela yang berada di samping kami, lalu mendesah dengan kesal. “Hujan,” katanya pendek.Aku melihat ke arah luar dan terdiam cukup lama. Hujan tiba-tiba deras dan mengguyur sekitar pemukiman Kafe Dangdang. Kulihat banyak orang berlalu lalang demi tidak terkena air hujan yang membasahi pakaian mereka.“Aku kira hari ini bakal cerah. Sayang banget turun hujan,” kata Elena lagi, lalu melirikku. Kami

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Pertemuan

    ***Happy Reading>>>***Bab 26Pertemuan“Cepetan dong, Rei, kamu kok lama banget sih!” ketusku pada Reino yang baru saja masuk ke dalam kamar. Sekarang sudah pukul 10 pagi dan Reino masih bersantai di rumah. Padahal ia sudah berjanji akan mempertemukanku dengan Elena hari ini.“Sabar dong, Tit. Aku juga kan harus cuci mobil dulu,” balas Reino lalu membuka kaosnya yang basah, menyisakan kaos dalam putih yang melekat di tubuhnya. Ia berjalan mengambil handuk lalu membuka lemari pakaian untuk mengambil pakaian ganti.Aku mencebik, kesal dengan sikap Reino yang santai. Padahal aku sudah ingin sekali segera bertemu dengan Elena.“Kan janjiannya masih lama, santai aja.” Reino menatapku, menenangkan. “Kamu jangan ngomong apa-apa ya tentang apa yang kubilang.”“Kenapa?” tanyaku sengit.“Aku kan udah bilang, kalau

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Titik Awal

    Happy ReadingBab 25Titik AwalMama memaksaku untuk pulang ke Jakarta hari ini, tidak ada penolakan. Alasannya karena Mama sudah lama meninggalkan Papa di rumah. Belum lagi, Mama tidak tega jika harus meninggalkanku di Cirebon sendiri, meskipun Reino sudah pernah menyinggung untuk pindah ke Cirebon, tapi sepanjang pemaksaan yang Mama lakukan agar aku ikut pulang ke Jakarta, Reino tetap diam. Aku sungguh tidak paham dengan sikapnya.“Tita, ayo cepet! Kamu siap-siap lama banget sih,” ujar Mama kepadaku.“Ma, kita ke rumah yang punya kontrakan dulu yuk! Buat ngasih langsung kunci rumahnya.” Aku melihat ke sekitar kamar, semua barang sudah dibawa kecuali kasur. Mama bahkan ngotot semua peralatan dapur untuk dibawa. Ini sungguh pindahan dan usahaku untuk kabur dengan berdalih ujian CPNS berakhir sudah.“Enggak dititipin aja ke warungnya Bu Nen?” tanya Mama balik.

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status