Share

Bab 2 Kota Cirebon

Author: terasora
last update Last Updated: 2020-12-26 14:14:12

Bab 2 Kota Cirebon

Perjalanan menuju Cirebon terasa sangat menyedihkan saat ini. Meskipun sejak tadi banyak orang berlalu lalang, tapi hatiku rasanya sedang berada di tempat lain. Berharap kalau pelarianku saat ini hanya mimpi dan sekadar angan-angan burukku.

Tapi lamunanku buyar saat mendapat pesan dari pria yang paling kubenci saat ini. Pria yang akhirnya mau melepasku sebagai istrinya. Lagipula mengapa aku harus sudi mendampinginya jika di hari pernikahan kami, ia justru bercumbu dengan wanita lain? Aku harus menahan kesabaranku berapa lama lagi untuk bersama dengannya dengan kebencianku ini? Jujur aku sudah tak sanggup.

Reino : [Kamu pergi ke mana? Jangan tinggalin aku, Bee. Please. Ini semua kesalahpahaman.]

Kesalahpahaman? Aku berdecak kesal membaca pesan dari Reino. Dasar laki-laki brengsek. Aku sudah bertanya langsung pada wanita sialan itu jika memang ia menggoda Reino untuk menggodanya, tapi Reino membalas ciumannya. Mereka itu sama saja, satu kesatuan epidemi yang harusnya dihancurkan. Tidak, lebih baik kutinggalkan saja.

Kepalaku tiba-tiba merasa pening saat harus memikirkan masalahku yang berlarut, seolah tidak ada akhirnya.

Untungnya beberapa saat kemudian staf kereta api menjajakan jajanannya. Aku membeli nasi ayam geprek dan air mineral. Setelah membayar, ia pun kembali menjajakan jualannya.

Setelah membuka kotak wadah terbuat dari kertas tebal khusus makanan, aku pun berbasa-basi pada orang yang duduk di sebelahku. "Mari makan, Mas," kataku kepada laki-laki muda yang usianya seperti lebih muda dariku.

Laki-laki itu tersenyum tipis sambil mengangguk lalu kembali bermain dengan ponsel canggihnya. Memang jika kuperhatikan sejak tadi, teman seperjalananku ini mengabaikanku dengan menggunakan headset di telinga.

Aku melanjutkan sesi makan dengan sangat lahap. Entah mengapa nafsu makanku naik saat ini? Padahal biasanya aku sangat rewel soal makan karena kebanyakan pikiran, depresi karena tinggal bersama dengan orang yang kubenci tapi tidak pernah sedikit pun merasa bersalah. Reino pernah minta maaf. Tidak sekali, tapi berkali-kali. Tapi hatiku mengatakan aku tidak bisa memaafkannya. Hatiku terluka begitu dalam karena ulahnya.

Bayangan indah setelah menikah langsung hancur di hari pertama pernikahan kami. Setelah bertahun-tahun berpacaran, mengapa ia harus menyakitiku di hari spesial dalam hidupku? Mengapa tidak sebelumnya. Hingga aku tidak perlu seterluka ini.

Setelah meminum air mineral langsung dari botolnya, aku mendapat pesan Whatsapp dari orang yang sudah berbaik hati menawarkan dirinya untuk kurepotkan.

Bella Farasya.

Bella : [Udah sampai mana? Aku udah nunggu di Stasiun Cirebon.]

Kok Stasiun Cirebon sih? Aku bingung dan segera mengambil tiketku lagi dan melihat dengan jelas bahwa pemberhentian kereta di Stasiun Cirebon Prujakan.

Aku pun segera membalas pesan Bella.

[Aku turun di Stasiun Cirebon Prujakan, Bel. Bukan di Stasiun Cirebon. Atau stasiunnya ini sama?] 

Aku jadi bingung sendiri.

Setelahnya Bella kembali membalas.

Bella : [Beda, Oon. Kalau gini gue salah stasiun namanya. Lo ada di mana sekarang?]

Aku melihat sekitarku, pepohonan mangga yang berhektar-hektar kemudian berubah menjadi pesawahan yang luas. Sejauh mata memandang tentu saja tidak ada yang berbeda. Beberapa saat kemudian suara dari soundsistem terdengar.

"Mohon perhatian. Kereta Tirta Arum akan segera tiba di Stasiun Jatibarang...."

Setelah mendengar nama stasiun, aku kembali membalas pesan dari Bella. Beruntung sekali saat bingung, kereta melakukan pemberhentian.

[Aku ada di Stasiun Jatibarang sekarang. Kira2 masih lama gak ya?]

Sebagai orang yang jarang naik kereta, aku sebenarnya agak asing dengan kereta. Aku memiliki saudara di Cirebon, tepatnya paman dari ayah. Aku biasa memanggilnya Mang Surya. Ia tinggal di Cirebon. Terakhir keluargaku main ke rumah Mang Surya saat itu usiaku 8 tahun.

Rencana kepindahanku sendiri ke Cirebon selain karena Reino, tentu saja karena hal lain. Aku memilih pindah ke sana karena sudah lolos tes administrasi ujian CPNS dan akan melakukan tes SKD di sana.

Belum lagi awal Januari ini, aku memutuskan pindah karena di Ibukota sudah merebak isu wabah Covid19 yang sudah merebak ke beberapa negara. Menurut artikel di media sosial, sudah ada kasus yang masuk di Indonesia. Meskipun begitu, masih simpang siur apakah itu kebenaran atau hoax. Tapi kupikir itu benar karena beberapa negara sudah terkena dampaknya, mulai dari China, Jepang, Korea Selatan, bahkan sudah menyebar ke Italia. Bukankah mungkin jika wabah Covid19 juga sudah berada di Indonesia namun belum teridentifikasi?

Sesampainya di Stasiun Cirebon Prujakan, aku pun turun dari gerbong kereta bersama beberapa penumpang yang lain, yang harus mengakhiri perjalanan kami.

Aku mengembuskan napasku kuat-kuat lalu berjalan menuju pintu ke luar kepulangan. Sambil berjalan aku menelepon Bella namun belum sampai sambungan terhubung, kulihat Bella berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri.

Kuputuskan sambungan telepon dan menyimpan kembali ponsel ke dalam saku jaket yang kupakai.

"Bella," sapaku lalu memeluknya.

Bella membalas pelukanku kemudian kami saling melepaskan diri. "Kamu gendutan ya, Tit."

Mendengar komentar pertama Bella setelah sekian lama baru kembali bertemu membuatku kesal. "Nanyain kabar dulu napa? Baru ketemu udah ngejek."

Bella tertawa mendengar nada protesku. "Cie penganten baru...."

"Penganten apaan," balasku kesal. "Langsung pulang aja yuk. Aku capek, mau tidur."

"Kasihan. Ya udah sini aku bawain tas kamu."

Aku tersenyum saat Bella menawarkan diri untuk membawakan tas jinjing yang kubawa. Dengan segara, kuserahkan tas yang kupegang padanya. Kami pun segera kembali melangkah dengan perlahan ke luar dari stasiun menuju tempat parkir motor.

Aku dan Bella pun segera pulang menuju kontrakanku di Cirebon. Tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah Bella dan orangtuanya, tapi masih tergolong beda desa. Bella memberitahuku desa yang akan kutempati bernama Desa Kencana Wungu. Desa ini masih masuk Kabupaten Cirebon, tapi untuk pergi ke Kota hanya memerlukan waktu 15 menit.

"Enak banget ya, di sini enggak terlalu macet," komentarku tentang jalanan kota yang kulewati.

"Mending lah daripada jalanan Ibukota."

"Besok jalan-jalan lah kita keliling Kota Cirebon."

"Kapan-kapan aja lah. Aku besok ada acara di rumah."

"Acara apaan?" tanyaku penasaran.

"Acara selamatan kematian gitu."

"Oh." Setelah ber-oh ria kami pun saling terdiam cukup lama. Tak berapa lama motor yang kutumpangi memasuki sebuah gapura yang bertuliskan "Desa Kencana Wungu". Sepertinya perjalanan kami akan segera berakhir.

Masuk ke dalam jalan yang lebih kecil, motor kami pun berhenti di depan rumah yang terlihat tidak berpenghuni. Ukuran rumahnya tidak terlalu besar. Cukup untuk 1 keluarga berencana, taksirku.

"Wah kontrakannya bersih ya." Aku melihat sekitar rumah yang bersih. Kami masuk ke dalam rumah, dan melompong. Tidak ada perabotan apapun. Seperti yang sudah kuketahui, rumah kontrakanku memang kosong tanpa perabotan, dan Bella hanya kumintai tolong untuk membelikan kasur baru untuk di kamar.

Ya, sekarang adalah awal hidup baru untukku. Mari lupakan laki-laki berengsek itu dan kembali hidup seperti sedia kala. Aku harus semangat.

Bella menemaniku sebentar di kontrakan. Ia bahkan rela membelikan makan malam untukku. Setelah selesai makan malam bersama, ia pun pamit pulang. Dan kini tinggallah aku sendiri, kembali mengingat awal pertama pertemuanku dengan Bella.

***

Bersambung

Terima kasih kepada sudah yang mau baca cerita ini. Maaf saya masih awam. masih butuh banyak belajar. setiap krisan saya tampung, jika saya masih salah, mohon ingatkan lagi. Karena saya sedang melatih menulis. Dan bagi saya saat ini, menulis adalah terapi yang saya butuhkan selain mencuci pakaian ≧∇≦

Salam halu, Terasora.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Ending

    Setelah perjuangan panjang menahan kontraksi yang makin menjadi-jadi. Akhirnya putra kecilku terlahir dengan selamat. Seperti yang kubayangkan, ia mirip ayahnya.Reino sangat bersuka-cita dengan kelahirannya. Ia tidak berhenti menatap wajah lelap buah hati kami.“Udah deh jangan dilihatin terus,” cetusku membuat Reino menatapku dengan cengiran kudanya.“Habis dia kecil banget, lucu. Kayak miniatur.”“Ngaco!” Aku tertawa. Sekarang aku masih berada di rumah sakit setelah melakukan persalinan yang terjadi hingga 12 jam lamanya menahan sakit.“Makasih ya, Tit. Kamu udah berjuang melahirkan anakku.” Reino memelukku dari samping.“Anak kita, Rei,” ralatku.Reino berdehem. “Kita sekarang udah jadi orangtua. Tanggung jawabku pun sudah bertambah satu lagi. Semoga dalam masa kepemimpinanku sebagai kepala keluarga kalian bahagia ya.”“A

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Berakhir dan Bermula

    Hari ini terasa begitu berat saat aku mengetahui semuanya secara jelas. Selama ini, aku sudah bersikap gegabah dan keras kepala. Seharusnya aku jauh lebih dewasa dengan mendengarkan penjelasan Reino lebih dulu. Ah, tidak … Reino juga sejak awal memang tidak bisa jujur padanya hingga kesalahpahaman ini lebih melingkar dan seolah tak berujung selain menjadi kesalahan Reino seutuhnya.Tak kusangka sebelumnya, ternyata dalang semua ini adalah teman dekatku. Orang yang kuanggap sangat baik dan kuanggap sebagai orang yang meginspirasi, malah menjadi penyebab kemarahanku. Pernikahanku yang baru kujalani sudah berada di ujung tanduk karena ulahnya.Bersyukur, aku mengetahui semuanya sebelum pernikahanku dan Reino benar-benar berakhir. Semua itu berkat Elena, karena ia mau dan berani speak up tentang kejahatan Fatiya.Suara pintu kamar terbuka dan kulihat Reino masuk dengan wajah yang memancar senyum tipis. “Gimana tadi obrolan kamu da

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Musuh dalam Selimut

    Happy Reading>>>***Bab 28Musuh dalam SelimutSetelah mendapatkan verifikasi akurat dari Elena, aku pun sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Fatiya. Alhasil setelah pertemuanku dan Elena selesai pukul 1 siang, aku pun sengaja segera menemui Fatiya.Aku menghubungi Fatiya melalui whatsapp karena ia sedang dalam mode online. Fatiya pun segera membalas pesanku.[Fatiya : Ada apa, Tita?]Aku segera membalasnya. [Aku mau ketemu sekarang. Kalau boleh tahu kamu ada di mana? Biar aku yang nyamperin kamu.][Fatiya : Urgent banget ya? Emang ada apa?][Enggak ada apa-apa kok. Kamu ada apa? Aku Cuma mau ngobrol sebentar sama kamu. bisa?][Fatiya : Bisa, Tita. Aku lagi ada Mall Popokrat. Di lantai 4, di restoran Kiorado.][Kamu sama siapa di sana? Apa aku bisa ngobrol berdua, nanti?]

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Obrolan

    Bab 27ObrolanPembicaraanku dan Elena terhenti sejenak karena seorang pelayan yang menghampiri meja kami, memberikan pesanan Elena, kopi dangdang dalam secawan cangkir putih.Elena menyeruput kopi dangdang perlahan lalu meletakan kembali cangkir yang dipegangnya ke atas piring kecil. “Rasanya enak. Kamu udah pernah coba sebelumnya?” tanya Elena mengubah topic pembicaraan kami. Ia nampak berhasil mengontrol dirinya dengan baik.“Hmm,” dehemku malas.Elena menatap ke arah jendela yang berada di samping kami, lalu mendesah dengan kesal. “Hujan,” katanya pendek.Aku melihat ke arah luar dan terdiam cukup lama. Hujan tiba-tiba deras dan mengguyur sekitar pemukiman Kafe Dangdang. Kulihat banyak orang berlalu lalang demi tidak terkena air hujan yang membasahi pakaian mereka.“Aku kira hari ini bakal cerah. Sayang banget turun hujan,” kata Elena lagi, lalu melirikku. Kami

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Pertemuan

    ***Happy Reading>>>***Bab 26Pertemuan“Cepetan dong, Rei, kamu kok lama banget sih!” ketusku pada Reino yang baru saja masuk ke dalam kamar. Sekarang sudah pukul 10 pagi dan Reino masih bersantai di rumah. Padahal ia sudah berjanji akan mempertemukanku dengan Elena hari ini.“Sabar dong, Tit. Aku juga kan harus cuci mobil dulu,” balas Reino lalu membuka kaosnya yang basah, menyisakan kaos dalam putih yang melekat di tubuhnya. Ia berjalan mengambil handuk lalu membuka lemari pakaian untuk mengambil pakaian ganti.Aku mencebik, kesal dengan sikap Reino yang santai. Padahal aku sudah ingin sekali segera bertemu dengan Elena.“Kan janjiannya masih lama, santai aja.” Reino menatapku, menenangkan. “Kamu jangan ngomong apa-apa ya tentang apa yang kubilang.”“Kenapa?” tanyaku sengit.“Aku kan udah bilang, kalau

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Titik Awal

    Happy ReadingBab 25Titik AwalMama memaksaku untuk pulang ke Jakarta hari ini, tidak ada penolakan. Alasannya karena Mama sudah lama meninggalkan Papa di rumah. Belum lagi, Mama tidak tega jika harus meninggalkanku di Cirebon sendiri, meskipun Reino sudah pernah menyinggung untuk pindah ke Cirebon, tapi sepanjang pemaksaan yang Mama lakukan agar aku ikut pulang ke Jakarta, Reino tetap diam. Aku sungguh tidak paham dengan sikapnya.“Tita, ayo cepet! Kamu siap-siap lama banget sih,” ujar Mama kepadaku.“Ma, kita ke rumah yang punya kontrakan dulu yuk! Buat ngasih langsung kunci rumahnya.” Aku melihat ke sekitar kamar, semua barang sudah dibawa kecuali kasur. Mama bahkan ngotot semua peralatan dapur untuk dibawa. Ini sungguh pindahan dan usahaku untuk kabur dengan berdalih ujian CPNS berakhir sudah.“Enggak dititipin aja ke warungnya Bu Nen?” tanya Mama balik.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status