Share

Salah Ukuran

Penulis: Pinnacullata
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-01 22:06:44

Aku bermimpi indah sekali. Aku menjadi putri salju yang sedang bermain-main dengan binatang-binatang di hutan, lalu datang seorang nenek sihir memberikan aku gelas plastik bekas. Dia menyuruhku untuk membuangnya ke tong sampah, tapi anehnya saat aku memegang gelas plastik bekasnya, aku langsung jatuh ke lantai tak sadarkan diri. Untunglah ada pangeran yang langsung menangkapku, dan meletakkanku di atas tumpukan jerami kering, dia tersenyum lalu menciumku.

Aku terbangun dengan puas, ah mimpiku indah sekali, lalu menyadari aku tidak ada di kamarku, tetapi kamar ini terasa familiar, ah tidak! apa aku ada di kamarnya lagi? aku segera memeriksa baju dan celanaku, syukurlah masih lengkap, walau bagian selangkanganku agak sakit karena tidur mengenakan celana jeans.

Aku segera keluar, wangi makanan segera menyentil hidungku, sontak aku menjadi lapar. Dia berdiri di depan kompor, memasak. Tubuhnya yang tinggi tampak kokoh, membuatku menikmati pemandangan itu sebentar sebelum dia menyadarinya.

"Kamu ... kenapa kamu membawa aku ke rumahmu lagi!" seruku memberitahukan kedatanganku. Ethan memutar tubuhnya yang sempurna itu, dan menatapku tanpa berkata apa-apa, situasi jadi canggung.

"Kamu ga macam-macam kan?" tanyaku lagi lagi dengan nada menuduh.

"Siapa yang mau macam-macam dengan perempuan yang ngiler di bantal!" jawabnya ketus terpancing ucapanku. Hah, ngiler? tanpa sadar aku langsung membersihkan mulutku dengan lengan baju.

"Ish, ga ada apa-apa!" seruku sebal sadar telah dibohongi.

"Kenapa aku disini lagi, tasku dimana?" tanyaku  mengulang pertanyaanku, aku berjalan mendekatinya.

"Aku sudah berulang kali membangunkanmu, ternyata Pesanggrahan Indah ada banyak, aku tidak tahu alamatmu." jawabnya lalu meletakkan piring di meja. Wah dia baik sekali mau memasakkan makanan untukku, aku langsung mengambil pisau di sebelahku dan mengoleskan mentega dan memasukan roti hangat itu ke mulutku, nikmatnya.

"Pesanggrahan Indah Raya," ucapku sambil menggigit lagi roti berlapis mentega itu.

"Itu makananku," ucapnya marah, Oh tidak, aku pikir dia membuatnya untukku, jangan menghayal Anna, mana mungkin dia mau memasak untukmu, pikirku bersalah, ingin rasanya memuntahkan roti yang sudah kumakan.

"Oh, aku pikir ini untukku soalnya kamu taruh di meja." jawabku berlagak santai membela diri lalu mengambil garpu untuk mulai makan.

"Aku... akan buat baru." balasnya kembali memecahkan telur, hihihi siapa suruh taruh di meja, aku nggak salah dong, pikirku sambil melihat sekelilingku. Rumahnya rapi dan bersih.

"Aku tak pernah membayangkan orang seperti kamu memasak," ucapku menikmati sarapanku dan juga pemandangan di hadapanku. Rambutnya yang agak panjang masih basah sedikit, dia mengenakan kaus putih polos tipis yang memperlihatkan otot tubuhnya samar-samar.

"Aku tidak suka banyak orang masuk ke rumahku," jawabnya, mematikan kompor lalu duduk di hadapanku, aku langsung mengalihkan pandanganku dari tubuhnya.

"Jadi kamu yang bersihkan sendiri?" tanyaku, tanpa sadar mengangkat sebelah kakiku naik ke atas bangku, aku menyadari dia langsung menghela napas melihat perbuatanku

"Kenapa? nggak boleh angkat kaki? Makan nggak seru kalau kaki nggak naik satu, coba deh!" ucapku, memperlihatkan betapa nyamannya makan jika kaki naik satu ke bangku, tapi dia hanya mendengus dan melanjutkan makannya.

Dia makan dengan santun sekali, lengkap dengan pisau, garpu dan serbet di sampingnya, berbanding terbalik denganku yang makan dengan tangan dan menggunakan garpu hanya untuk menyendok telur. Cih, gaya makan orang kaya memang berbeda sekali, pikirku dalam hati. Tiba-tiba dia memperhatikanku dengan seksama sehingga aku merasa jengah.

"Kamu ga mungkin pakai baju itu ke pemakaman Opa," ujarnya tiba-tiba, aku langsung memperhatikan bajuku, memangnya kenapa, apa aku bau ya? pikirku ingin mencium bau badanku tapi malu karena Ethan masih memperhatikanku.

"Yah sudah antar aku pulang, nanti aku pinjam baju Mama, mudah-mudahan Mama punya baju  hitam lain, ini juga punya mama." jawabku kesal sambil menyendok telur dengan garpu.

"Kenapa kamu memakai baju mamamu? kemarin, yang robek itu juga punya mamamu?" tanyanya tiba-tiba, aku jadi ingat dia melihat bajuku yang robek, seketika aku merasa marah.

"Iya, dan kamu merobeknya, pokoknya kamu harus ganti rugi." seruku kesal meletakkan garpuku. Dia segera mengambil handphonenya dan menelpon seseorang.

"Daniel, kirim beberapa gaun hitam buat Anna, ukuran kamu pikir lah ukuran anak-anak mungkin cukup." perintahnya sambil menatapku sinis. Aku memandangnya tidak percaya, dia menyuruh orang untuk mengirimkan baju untukku? ukuran anak-anak, siapa yang anak-anak? dengusku kesal.

"Ukuran sepatumu berapa?" tanya Ethan tiba-tiba.

"Ga usah, aku pulang saja ganti baju," Aku menggeleng menolak menerima pemberiannya, nanti dia bisa ngomong macam-macam.

"Daniel menunggu," desak Ethan menunggu jawabanku.

"Biar saja menunggu," jawabku kesal, tiba-tiba dia menunduk dan memperhatikan kakiku di bawah kolong meja.

"Dari ukuran paling kecil sampai 3 keatas, warna hitam." lanjutnya lalu mematikan telepon.

"Apa-apaan itu tadi?" tanyaku marah.

"Ukuran sepatumu, pasti paling kecil sama seperti badanmu yang seperti anak kecil, rata." tukasnya memandang ke arah dadaku, ish... dia lama-lama semakin menyebalkan, apakah dia tadi serius memperhatikan ukuran dadaku, dasar mesum!

"Ga boleh lihat-lihat, walau rata!" hardikku malu, memiringkan badanku.

"Daripada tutupi dada rata, mandi sana sebentar lagi kita berangkat! serunya lalu berdiri mengangkat piring kami tadi. Aku masih belum mau menyerah.

"Aku mau pulang!" protesku tidak mau kalah.

"Rumahmu jauh, nanti kita telat," jelasnya masuk akal, sambil mencuci piring.

"Ada kamar mandi di kamarku," lanjutnya lagi.

Aku menatap bagian belakang tubuh Ethan, lalu menghela napas, sepertinya penjelasannya masuk akal, kita tidak boleh terlambat ke pemakaman Opa. Aku langsung masuk kembali ke kamarnya dan masuk ke kamar mandinya yang mewah.

Aku menggantung bajuku di pegangan pintu pancuran air, dengan maksud akan mengenakannya lagi, baju hitam itu sudah aku periksa, ternyata tidak terlalu bau, masih layak untuk digunakan.

Air hangat mulai menyiram tubuhku dengan derasnya, memang nikmat mandi di kamar mandi orang kaya, pikirku menikmati pancuran deras air hangat di tubuhku.

Sayangnya aku terlambat menyadari kalau pintu box pancuran air tidak tertutup benar sehingga bajuku jatuh dan basah terkena air. Aish kenapa sampai jatuh begini, kalau begini aku terpaksa mengenakan baju yang dikirim Daniel nanti, dasar ceroboh! pikirku dalam hati mengutuk diri sendiri.

Aku mengambil handuk dan segera mengeringkan tubuh dan rambutku. Ethan dimana ya? Aku segera membungkus tubuhku dengan handuk putih lembut yang aku temukan di rak kamar mandi. Aku berjingkat keluar kamar mandi menuju kamarnya, dengan takut-takut, jangan sampai aku bertemu dengannya, melirik ke kanan dan ke kiri sebelum mengambil asal ke salah satu stel baju di atas kasur, lalu kembali ke kamar mandi. 

Wah Daniel memang dapat diandalkan, dia bahkan membelikan aku baju dalam baru, tapi kalau begitu dia bisa menilai ukuranku dengan benar, pikirku sambil meraba dadaku, ish dasar laki-laki!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Beautiful Bride   My Beautiful Bride

    "Oh Anna," desah Ethan terengah-engah merasakan sentuhan Anna yang semakin mendesak. Dia semakin bersemangat untuk meninggalkan jejak di cerukan leher Anna, tapi wanita itu segera menghindar."Jangan, ah kita kan mau ke dokter, nanti malu ah," seru Anna sambil terkikik geli merasakan bibir suaminya di lehernya yang jenjang."Ish, biar saja, biar mereka semua tahu kamu ada yang punya," ujar Ethan masih mau menikmati kulit putih sempurna milih istrinya itu, tapi Anna menggeliat dengan sedemikian rupa sehingga Ethan tetap tak bisa menyesap leher sempurna itu.Dia lalu memegang kedua tangan istrinya sambil tersenyum miring. Wanita itu menatapnya dengan mata coklat mudanya yang cantik. Matanya membulat karena terkejut."Kareba bergerak terus aku akan ikat kamu!" Ethan bergaya tegas, tapi tatapan mata Anna yang memelas membuatnya tidak tega, dia mendengus lalu menyerah."Aku menc

  • My Beautiful Bride   Kebahagiaan 21+

    Saat Daniel menanyakan hal itu, Anna keluar dari kamar dan mengambil alih Jacob. Anna hanya mendengar sekilas ucapan Daniel, tapi dia mengerti apa yang sedang dibicarakan."Aku ikut, saat kamu ke dokter aku ikut!" ujarnya cepat lalu meletakkan Jacob kembali ke kursinya. Batita itu kembali merenggut dan merengek, dia maunya di gendong, dia tak suka berada di kursi. Dia mulai meraung, tapi ketiga orang dewasa di sekitarnya tak ada yang peduli padanya."Oh... haruskah hari ini?" tanya Ethan sambil meletakkan daging asap mengepul di tengah meja."Ethan, kita tak tahu sampai kapan kamu akan sadar, nanti kalau kamu tiba-tiba menghilang bagaimana?" tanya Daniel dengan penuh kekhawatiran. Anna, membuat makanan untuk Jacob, lagi-lagi instan karena dia belum belanja. Ethan mencari pengalihan perhatian."Makan apa dia? Mengapa instan begitu? Seharusnya kamu masak makanan sehat untuknya jangan yang instan, Dani,

  • My Beautiful Bride   Tidak Boleh Tidur

    “Aku akan selalu bersamamu sayang.” Mereka menyatu dengan sempurna, Anna mengangguk setitik air mata terjatuh di pipinya.“Kamu sangat sempurna untukku, Anna. Aku mencintaimu.” Mereka saling terengah-engah memuaskan diri dan emosi mereka yang kini saling berpadu. Napas mereka memburu dengan detak jantung yang saling bertalu-talu. “Oh, betapa aku mencintainya, jangan lupakan aku, Ethan!” pinta Anna dalam hati. Dia memekik bersamaan dengan Ethan yang melenguh panjang. Pria itu menatapnya lalu mengecup air matanya.“Terima kasih sayang, karena kembali kepadaku.” Anna bergelung di dada suaminya. “Terima kasih karena telah mengingatku.” desah Anna dalam hati.Ethan berdiri untuk mengambil kaosnya dan mengenakannya kembali merebahkan dirinya di samping Anna. Pria itu menarik pinggang Ana yang ramping. Istrinya masuk kedalam pelukannya, namun walaupun Anna

  • My Beautiful Bride   Membuat Dunia Sendiri

    Dia berdiri diatas bangku berusaha mengikat tali di bagian atas langit-langit ruangan. Namun palang yang dulunya ada untuk mamanya mengikat kini bisa tidak ada. Tadi ada, namun kini hilang, lalu saat dia sadari, tali yang dia pegang pun tak ada? Kemana itu semua? Dia berteriak dengan frustasi sampai pintu ruangan itu terbuka dengan kasar. Wanita tadi masuk dengan air mata bercucuran di pipinya."Sayang, jangang sayang maafkan aku, oh Tuhan, maafkan aku, sayang turunlah!" pekik Anna dengan sangat takut. Wajah Ethan begitu gelap. Dia berdiri diatas bangku dengan canggung, wajahnya bingung seperti mencari sesuatu yang tiba-tiba menghilang."Ethan Samuel, turun kamu dari situ!" teriak Anna berusaha dengan tegas seakan dia sedang memarahi Jacob yang membuang-buang makanannya. Pria itu menoleh dengan bingung."Aku bilang turun, kamu harus turun!" Walau air mata Anna mengalir deras, dia merasa, Ethan harus dikagetkan, dengan ca

  • My Beautiful Bride   Jangan Lupakan Aku

    "Sayang…," desah Ethan sambil menciumi kelopak telinga Anna sehingga Anna tekikik geli. Tubuhnya mulai bergoyang tak terkendali, merespon tiap sentuhan Ethan. Jemari Anna mulai meraih kancing kemeja kerja Ethan. Dan dengan terampil kancing demi kancing dilepaskannya. Ethan tersenyum miring saat merasakan kemejanya sudah terlepas semua, dan jemari Anna mulai merasakan dadanya."Hmm, geli Anna," Ethan mendesah saat Anna terus menyusuri kulit perutnya yang berkotak-kotak.Anna tersenyum nakal, sambil terus merasakan hangatnya tubuh Ethan. pria itu dengan cepat melepas kemejanya sehingga kedua tangan Anna bebas menyentuhnya. Mata wanita itu berbinar-binar melihat tubuh Ethan yang kurus namun berotot itu."Kamu harus makan lebih banyak ya? Tubuhmu kurus sekali," Anna menyu

  • My Beautiful Bride   Putaran Waktu

    "Sayang, maafkan aku, kamu sudah pulang dan aku malah membuatmu takut, kembalilah padaku, aku sangat merindukanmu," desah Ethan di telinga Anna, pelukannya terasa nyata. Anna tak lagi berusaha melepaskan diri. Dia menoleh untuk menatap Ethan, dan menilai.Mata pria itu kembali hangat sebagaimana Anna mengingatnya. Dia tersenyum sedih, memandang Anna penuh harap. Anna menatap Jacob yang sudah kembali merasa aman di pelukan mamanya, batita itu sudah sibuk bermain dengan kancing baju mamanya. Tapi tiba-tiba dia menyentuh hidung papanya"Pa….pa," cengirnya memperlihatkan gusi yang kemerahan."Iya sayang, aku papamu." Ethan menangis menatap bayinya, bukan dia sudah besar sudah bukan bayi lagi. Betapa dia sudah kehilangan waktu, apa yang terjadi? Anna terk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status