Home / Rumah Tangga / My Beloved Partner / Apa yang Disembunyikan Wisang?

Share

Apa yang Disembunyikan Wisang?

last update Last Updated: 2025-04-04 23:10:33

Di dalam mobil yang melaju pelan di bawah cahaya lampu jalan, Taka menatap Wisang dengan ekspresi yang sulit diartikan. Suara lembut musik dari radio mengisi kesunyian di antara mereka, namun ada ketegangan yang tak terucapkan.

"Jika aku tiada... apakah kau akan kembali pada Dimas?" Taka akhirnya bertanya, suaranya nyaris tenggelam dalam desiran AC mobil.

Wisang yang tengah fokus menyetir menoleh sekilas dengan kening berkerut. "Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"

Taka menghela napas, menatap ke luar jendela. "Aku hanya penasaran. Dimas pernah menjadi bagian besar dalam hidupku. Aku tahu dia bukan pria yang baik, tapi... jika aku tak ada lagi di sisimu, kau mungkin akan merasa lebih mudah untuk kembali padanya."

Wisang menggeleng pelan, matanya tetap terarah ke jalan. "Dimas adalah masa lalu, Taka. Aku tidak akan kembali padanya, bahkan jika kau tiada sekalipun."

Taka tertawa kecil, meskipun terdengar getir. "Benarkah? Kau tadi tampak begitu bersyukur karena dia berhasil membangun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • My Beloved Partner   Server

    Pukul 10.00 WIB – Markas Rahasia Jenderal AlvaroSebuah markas tersembunyi di bawah tanah, jauh dari jangkauan intelijen milik Wira, menjadi tempat perlindungan sementara bagi Wisang, Taka, dan Raina. Ruangan utama dipenuhi layar monitor yang memantau pergerakan musuh di seluruh wilayah. Aroma kopi hangat dan suara mesin server terdengar samar-samar.Wisang berdiri di depan papan digital, menatap peta interaktif yang menampilkan wilayah kekuasaan Wira. “Dia membagi kekuatan ke tujuh sektor. Yang paling kuat, Sektor Epsilon, dijaga langsung oleh tangan kanannya: Juna Madekha.”Taka menatap layar itu dengan tajam. “Juna... dia mantan instruktur taktik militer. Dia tahu bagaimana membuat jebakan mematikan.”Raina mengangguk. “Tapi kita punya seseorang yang lebih mematikan darinya.”Langkah berat menggema dari lorong belakang. Pintu terbuka, dan seorang pria bertubuh kekar dengan mata tajam melangkah masuk. Rambutnya cepak, dan bekas luka memanjang di pelipis kirinya.“Panggil aku Bara,”

  • My Beloved Partner   Kabin

    Seorang prajurit mendekat dengan napas terengah-engah. “Kami mendeteksi gangguan sinyal dari dalam kabin, Komandan. Mereka memalsukan lokasi. Beberapa tim kita salah arah.”Mahesa mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. “Itu kerja Raina,” desisnya. “Dia lebih pintar dari yang kukira. Tapi otaknya tetap bisa dipatahkan.”Ia segera memberi perintah baru. “Kumpulkan semua unit ke pusat. Kita tidak menyerang dengan kekuatan acak. Kali ini, kita bentuk barisan pemecah sinyal dan penyusup drone udara.”Pasukan mulai bergerak mengikuti instruksi Mahesa, sementara sebuah drone kecil terbang rendah, mengitari kabin, merekam setiap sudut dan celah.Di Dalam Kabin – Pukul 07.20 WIBRaina menyadari pergerakan udara dari suara dengung halus yang mendekat. “Mereka sudah mulai menerbangkan drone,” katanya, tangannya dengan cepat menekan kombinasi kode baru pada sistem.“Dapat kau hancurkan atau lumpuhkan?” tanya Wisang cepat.“Bisa, tapi kita harus memilih. Kalau aku lumpuhkan drone, kita kehilangan

  • My Beloved Partner   Makin Tertekan

    Pukul 06.30 WIBLangkah-langkah berat terdengar semakin dekat. Mahesa dan pasukannya sudah berada di sekitar kabin, menyelusuri hutan dengan perlahan, seolah mengincar setiap celah. Di dalam kabin, ketegangan semakin terasa. Wisang dan Taka saling menatap, hati mereka berdegup kencang, sementara Raina berdiri dengan tegas di depan jendela, mengamati gerak-gerik pasukan Mahesa.Taka menghela napas. “Apa yang kita lakukan jika mereka datang?”Wisang menggenggam tangannya, menatapnya dengan penuh keyakinan. “Kita tidak akan mundur. Ini adalah pertarungan terakhir. Kita pertaruhkan semuanya.”“Jika kita bertahan,” Taka berkata, “mungkin kita bisa menang.”Raina menoleh, memandang mereka berdua dengan serius. “Tapi bukan hanya kalian berdua yang bertarung. Saya akan melindungi kalian. Selama ini, saya bersembunyi karena alasan. Wira yang mengendalikan permainan ini, bukan hanya Dimas atau Mahesa. Tapi saya sudah memiliki semua data yang bisa menumbangkannya.”Wisang memandang Raina dengan

  • My Beloved Partner   Masih Di Titik yang Sama

    Hujan masih terus mengguyur atap kabin, menciptakan irama sunyi yang menggantung di udara. Taka tertidur di pelukan Wisang. Wajahnya tampak damai, tapi sesekali matanya bergerak, seolah masih diburu mimpi buruk yang belum usai.Wisang tak bisa tidur. Matanya menatap kosong ke arah jendela yang ditutup tirai lusuh. Tubuhnya diam, tapi pikirannya gelisah. Tangannya tak henti mengusap rambut Taka, mencoba menenangkan, mencoba menenangkan dirinya sendiri.Ia mengingat masa-masa saat semua ini belum terjadi. Saat ia masih mengira cinta cukup untuk menyelamatkan segalanya. Tapi ternyata, cinta saja tidak pernah cukup jika dunia bersikeras menghancurkanmu.Pintu kabin berderit pelan. Wisang refleks menoleh, mengangkat pistol kecil yang diselipkan di balik selimut. Tapi yang masuk hanyalah Raina—basah kuyup, jaket kulitnya meneteskan air hujan, dan ekspresinya seperti baru melihat neraka.“Ada yang membuntuti kita,” katanya tanpa basa-basi.Wisang langsung sigap. “Bukan orang Wira?”Raina men

  • My Beloved Partner   Selamanya Pilihanku

    Langkah-langkah Wisang dan Taka terengah di lorong gelap yang hanya diterangi lampu-lampu darurat berwarna merah. Bau debu dan mesiu masih menyertai napas mereka, tapi mereka tetap berlari. Di belakang mereka, Arief dan Santi menutup jalur, sementara tim medis menunggu di ujung lorong.Taka terhuyung sedikit, tapi Wisang menangkapnya. "Kamu masih bisa?" bisiknya.Taka mengangguk. "Selama kamu di sampingku, aku bisa."Sesampainya di ruang aman, mereka langsung disambut oleh seorang pria tua berkacamata bundar—Pak Dhira, penasihat rahasia yang selama ini bekerja sama dengan Kompol Arief."Tak bisa lama di sini. Kita harus pecah jalur," katanya cepat, lalu menyerahkan amplop bersegel.Wisang membukanya dan menemukan peta serta dokumen identitas palsu. "Kita harus kabur sejauh ini?"Pak Dhira mengangguk. "Karena kalian belum sadar, kalian hanya pion dalam permainan orang yang jauh lebih besar."Taka menyipitkan mata. "Wira."Pak Dhira menatap keduanya. "Tepat. Wira bukan hanya pengusaha.

  • My Beloved Partner   Semakin Jelas

    Pukul 21.45 WIB – Lokasi Rahasia di Jakarta SelatanUdara dingin mulai merambat masuk ke celah-celah jendela tua di ruang istirahat kecil yang disediakan untuk Wisang dan Taka. Di balik tirai tebal, cahaya dari lampu jalan berkilau samar, memantul di mata Taka yang masih menatap langit-langit.Wisang duduk di ujung ranjang, membuka perban di lengannya yang memar. Taka bangkit dari duduknya, lalu mengambil kapas alkohol. “Biar aku bantu,” ucapnya pelan.Ia duduk di hadapan Wisang, menyentuh lengannya perlahan. Alkohol menyengat luka, tapi bukan itu yang membuat dada Wisang berdebar. Bukan pula karena rasa sakit—melainkan karena sentuhan tangan Taka yang selalu terasa seperti pelarian dari dunia yang begitu kelam.“Kalau semua ini selesai…” Taka tak menyelesaikan kalimatnya.“Aku akan tetap memilih kamu,” balas Wisang, cepat, tegas.Taka menunduk. “Dimas akan makin gila kalau tahu kamu bilang begitu.”Wisang tersenyum miring. “Biar dia tahu. Aku udah cukup lama hidup dalam bayangannya.

  • My Beloved Partner   Menangkap Musuh

    Subuh masih menggantung di langit, meninggalkan sisa embun dan hawa dingin yang menempel di kulit. Wisang, Taka, Kompol Arief, dan Ipda Santi melaju dalam kendaraan taktis menuju lokasi cadangan yang tak tercatat dalam sistem manapun—sebuah rumah aman milik intelijen yang bahkan sebagian besar anggota kepolisian pun tidak tahu keberadaannya.Mobil berhenti di bawah jembatan layang tua di luar Jakarta, lalu masuk ke jalur servis tersembunyi. Gerbang besi terbuka otomatis setelah Arief mengirimkan kode melalui perangkat satelit. Di balik gerbang itu, sebuah bangunan beton sederhana berdiri. Tak mencolok, tapi dijaga ketat oleh pasukan tak berseragam.Begitu masuk, mereka langsung diarahkan ke ruang brifing. Peta besar Jakarta dan sekitarnya terpajang di dinding, disertai titik-titik merah menyala yang berkedip—menunjukkan pergerakan musuh yang sedang dilacak.Kompol Arief menatap Wisang. “Mulai sekarang, kita harus main cepat. Wira tidak hanya mengincarmu, tapi juga nama besar keluarga

  • My Beloved Partner   Panik

    Wisang bergerak cepat. Ia menggenggam tangan Taka dan menariknya ke belakang, menuju dapur yang terhubung langsung dengan pintu keluar belakang vila.“Jangan panik. Kita harus cari jalan keluar, bukan buka pintu,” bisiknya.Namun belum sempat mereka melangkah lebih jauh, suara dentuman keras terdengar. Pintu depan tidak diketuk lagi—melainkan didobrak paksa.BRAK!Taka menjerit tertahan. Wisang segera meraih pisau dapur sebagai alat pertahanan seadanya. Langkah kaki bergema memasuki ruang utama vila, diiringi desisan suara laki-laki yang jelas tidak mereka kenal.“Ayo keluar, Wisang... Taka. Jangan bikin aku membuang waktu.”Wisang memberi isyarat kepada Taka untuk berlari ke luar lewat pintu belakang, namun suara di luar semakin ramai. Setidaknya ada tiga orang lain di luar sana—dan mereka tidak datang dengan niat baik.Tiba-tiba, bunyi tembakan terdengar. Satu peluru melesat menembus jendela kaca dapur, membuat mereka tersentak mundur.“Kita terjebak,” gumam Wisang.Taka mulai gemet

  • My Beloved Partner   Tangan Keluarga

    Salah satu polisi itu, yang mengenakan seragam lengkap dengan tanda nama bertuliskan “F. Alvaro,” menatap mereka dengan sorot waspada.“Maaf kami datang tiba-tiba,” katanya tegas, “tapi kami mendapat informasi kredibel bahwa Anda berdua masuk dalam daftar target ancaman dari sindikat kejahatan keuangan lintas negara. Kami perlu membawa Anda ke tempat aman sementara penyelidikan dilanjutkan.”“Tempat aman?” Wisang menggenggam tangan Taka erat. “Apa yang sedang terjadi sebenarnya?”Polisi lain, yang lebih muda dan mengenalkan diri sebagai Briptu Maya, mengangguk. “Ada kemungkinan kelompok ini sudah mengetahui posisi Anda sejak beberapa minggu lalu. Penangkapan Dimas memicu pergerakan baru dari pihak-pihak yang ingin mengamankan diri mereka sendiri... dan mungkin menghabisi saksi-saksi kunci.”Taka menarik napas tajam. “Mereka menganggap kita saksi kunci?”“Lebih dari itu, Pak Taka,” jawab Briptu Maya serius. “Anda berdua adalah potongan utama dalam rangkaian besar yang sedang coba kami

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status