Beranda / Rumah Tangga / My Beloved Partner / Masih Misi Menjodohkan

Share

Masih Misi Menjodohkan

last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-06 20:50:46

Saat Pulang Sekolah

Laras dan geng 5C sudah menyiapkan rencana tahap ketiga: Operasi Ngopi Berdua di Kantin.

“Pak Taka suka kopi hitam. Bu Wisang suka teh tarik. Kalau kita bisa dudukin mereka di meja yang sama di kantin guru, terus tinggalin dua gelas itu di sana… BAM! Chemistry akan meledak!” ucap Laras penuh keyakinan seperti ahli strategi perang.

Adit menyambar, “Tapi gimana caranya biar mereka duduk bareng tanpa curiga?”

Putri mengangkat tangan, “Gampang. Suruh Pak Taka ke kantin buat ambil kue titipan anak-anak. Terus bilang ke Bu Wisang kalau ada guru yang mau konsultasi soal puisi di kantin.”

---

15 Menit Kemudian – Kantin Guru

Taka masuk dengan langkah santai, dahi berkerut melihat ada teh tarik dan kopi hitam di meja kosong. Ia baru mau duduk saat—

Wisang muncul dari pintu lain, juga tampak heran. “Pak Taka?”

Mereka saling tatap. Lalu perlahan duduk.

“Ini... ulah anak-anak lagi, ya?” ujar Wisang sambil tersenyum geli.

Taka menyeruput kopi, pura-pura santai. “Mungkin. Tapi sa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • My Beloved Partner   Saat Semesta Menantang Janji

    Angin malam menyelinap dari celah-celah jendela kontrakan kecil itu, membawa aroma hujan yang belum sempat turun. Wisang berdiri di dekat jendela, menatap lampu jalanan yang berpendar redup, seolah menggambarkan pikirannya yang kusut dan tak bersuara. Taka duduk bersila di atas kasur, menatap punggung Wisang yang seperti menjauh—meski jaraknya hanya beberapa langkah dari tempatnya. "Aku lelah, Tak," ucap Wisang lirih, tapi cukup jelas untuk menggetarkan dada Taka. "Aku pikir... aku bisa jadi kuat di mana pun kita berada. Tapi nyatanya, aku tetap jadi bahan bisik-bisik. Di perusahaan dulu, di yayasan, bahkan sekarang di sekolah. Seakan... kehadiranku dalam hidupmu adalah beban." Taka berdiri, langkahnya pelan. Ia memeluk punggung Wisang dari belakang, menggenggam erat pinggangnya. "Jangan bilang gitu. Kamu bukan beban. Kamu... satu-satunya alasan aku bertahan di semua kesulitan ini." Tapi Wisang melepaskan pelukannya. Perlahan, tapi pasti. "Tapi aku nggak merasa cukup, Tak. Bahkan

  • My Beloved Partner   Antara Cinta dan Luka yang Tak Terucap

    Langit sore itu redup, seolah semesta ikut bersekutu dengan kekacauan yang menggulung hati Wisang. Angin menerpa dedaunan pepohonan di halaman sekolah dengan kasar, menciptakan irama yang ganjil—tak tenang, tak damai. Ia berdiri di dekat pagar sekolah, menatap mobil-mobil yang melintas di kejauhan dengan pandangan kosong."Kamu nggak masuk ke ruang guru?" suara Taka dari belakangnya terdengar lirih.Wisang menoleh pelan. Senyum yang terukir di wajahnya begitu tipis, seperti bayangan dari sebuah kebahagiaan yang mulai rapuh."Nggak, aku cuma butuh udara," jawabnya pendek.Taka mendekat, berdiri sejajar. Beberapa detik mereka diam. Ada ruang hening yang biasanya terasa nyaman, tapi kali ini, sunyi itu terasa seperti celah besar yang menganga."Tentang Nara... aku—""Sudah," potong Wisang pelan. "Aku tahu kamu nggak salah. Aku tahu kamu nggak pernah bermain api. Tapi, Tak, semua ini mulai terasa berat buatku."Taka menatap wajah yang begitu ia cintai itu dengan sorot penuh luka. "Aku ngg

  • My Beloved Partner   Runyam!

    Suasana di sekolah terasa agak berbeda. Nara terlihat santai berjalan masuk ke ruang guru, sambil membawa tas besar berisi dokumen dan beberapa peralatan sekolah untuk anaknya, Deno.Di ruang guru, Wisang dan Taka sedang sibuk mempersiapkan materi kelas. Saat Nara masuk, mata beberapa guru langsung tertuju padanya, bisik-bisik kecil mulai terdengar.Nara tersenyum manis ke arah Wisang, tapi ada kilatan saingan di matanya.“Bu Wisang, kabar baik ya? Aku dengar kamu sekarang Wakil Kepala Sekolah. Keren! Anak-anak pasti beruntung punya ibu guru sekaligus wakil kepala yang perhatian seperti kamu.”Wisang mengangguk sopan. “Terima kasih, Bu Nara. Semoga bisa menjalankan tugas dengan baik.”Nara menatap Taka yang sedang menyiapkan laptopnya. “Tak, anakmu udah siap-siap ke sekolah? Aku nanti antar Deno, ya. Biar mereka bisa berteman.”Taka mengangguk pelan. “Iya, nanti kita atur jadwalnya.”Siang Hari – Kelas 1ANara berdiri di samping meja guru saat Deno masuk ke kelas. Beberapa anak menata

  • My Beloved Partner   Munculnya Mantan Terindah Taka

    Senin Pagi – Rapat Mingguan GuruHari itu semua guru dikumpulkan untuk rapat mingguan. Topiknya: “Etika dan Profesionalisme dalam Lingkungan Kerja.”Waka Kesiswaan membuka sesi dengan berita mengejutkan.“Ada kabar bahwa beberapa guru kita menjalin hubungan pribadi yang lebih dari sekadar rekan kerja. Kami ingin mengingatkan pentingnya menjaga profesionalisme dan batasan.”Seluruh ruangan menjadi bisik-bisik penuh spekulasi.Taka dan Wisang, duduk berjauhan seperti biasa, tetap menunjukkan wajah tenang.Tapi di bawah meja, Bu Wisang mengetik pesan di HP-nya:"Kamu cerita ke siapa soal kita?”"Nggak cerita ke siapa-siapa. Tapi mereka pasti mulai curiga.”“Makanya, mendingan kita tetap rahasiain dulu aja, kan?"“Atau justru kita harus jujur aja. Biar nggak ada fitnah.”Setelah rapat bubar, mereka bertemu di ruang guru yang sedang sepi.“Tak, aku tahu kamu orang yang terbuka. Tapi hubungan kita ini... bukan hal yang harus diumumkan juga, kan?” kata Wisang pelan, sambil memeriksa map nila

  • My Beloved Partner   Wisang dan Taka Semakin Bingung

    Hari itu, geng 5C sedang mengintai dari balik jendela perpustakaan. Target mereka: Pak Dypram Mahessa.“Lihat deh, beliau lagi rapat, tapi...” bisik Laras sambil memegang kertas catatan operasi.“…beliau sering nengok ke HP, terus senyum-senyum sendiri,” tambah Putri.Adit menyipitkan mata. “Aku yakin, ada wanita misterius di balik senyuman itu.”Fino mengangguk bijak. “Bisa jadi... mantan cinta lama? Atau LDR? Atau janda beranak satu?”“Kenapa harus janda?” tanya Laras heran.“Drama lebih kuat,” jawab Fino mantap.Setelah Rapat – Koridor Sunyi, Lalu Tiba-Tiba...Pak Dypram keluar dari ruang rapat. HP-nya berdering. Ia menjawab sambil berjalan.“Iya... maaf, tadi masih rapat. Iya, hari Sabtu bisa. Nggak, aku nggak lupa. Aku udah simpan tanggalnya, kok.”Geng 5C menyandarkan diri ke dinding.“Catat. Hari Sabtu. Janjian,” ujar Laras.“Kayaknya bukan sama tukang servis AC, ya?” celetuk Putri.Adit memicingkan mata. “Mungkinkah... beliau punya kekasih?”“Dosa besar kalau kita nggak cari t

  • My Beloved Partner   Masih Misi Menjodohkan

    Saat Pulang SekolahLaras dan geng 5C sudah menyiapkan rencana tahap ketiga: Operasi Ngopi Berdua di Kantin.“Pak Taka suka kopi hitam. Bu Wisang suka teh tarik. Kalau kita bisa dudukin mereka di meja yang sama di kantin guru, terus tinggalin dua gelas itu di sana… BAM! Chemistry akan meledak!” ucap Laras penuh keyakinan seperti ahli strategi perang.Adit menyambar, “Tapi gimana caranya biar mereka duduk bareng tanpa curiga?”Putri mengangkat tangan, “Gampang. Suruh Pak Taka ke kantin buat ambil kue titipan anak-anak. Terus bilang ke Bu Wisang kalau ada guru yang mau konsultasi soal puisi di kantin.”---15 Menit Kemudian – Kantin GuruTaka masuk dengan langkah santai, dahi berkerut melihat ada teh tarik dan kopi hitam di meja kosong. Ia baru mau duduk saat—Wisang muncul dari pintu lain, juga tampak heran. “Pak Taka?”Mereka saling tatap. Lalu perlahan duduk.“Ini... ulah anak-anak lagi, ya?” ujar Wisang sambil tersenyum geli.Taka menyeruput kopi, pura-pura santai. “Mungkin. Tapi sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status