Home / Rumah Tangga / My Beloved Partner / Aduh Domba Larissa

Share

Aduh Domba Larissa

last update Huling Na-update: 2025-04-05 23:46:18

Keesokan harinya, matahari belum tinggi ketika Taka terbangun lebih awal dari biasanya. Malam tadi terlalu panjang untuk bisa tidur nyenyak. Pikirannya terus dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Larissa memang bukan sahabat dekat, tapi bukan juga orang yang mudah asal bicara tanpa maksud.

Taka menoleh ke samping. Wisang masih tertidur, wajahnya tenang dan damai seperti biasanya. Tapi justru ketenangan itu yang membuat Taka merasa tidak tenang. Ia perlahan turun dari ranjang, berjalan ke dapur dan membuat secangkir teh hangat, mencoba menenangkan hatinya yang gelisah.

Tak lama kemudian, Wisang muncul di ambang pintu dapur, mengenakan kaus putih dan celana tidur. Ia menatap Taka dengan mata yang masih sembab namun penuh perhatian.

"Kau tak bisa tidur?" tanyanya lembut.

Taka mengangguk. "Kepalaku penuh…"

Wisang mendekat dan duduk di sampingnya. "Kau masih memikirkan Larissa?"

"Ya. Dan juga... kata-katamu. Aku ingin percaya sepenuhnya padamu, Wisang. Tapi a
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • My Beloved Partner   Jalan Baru

    Bu Neneng diam sejenak, lalu menghela napas dalam.“Ayah anak saya nggak terlalu peduli soal pendidikan. Dia pikir les cuma buang-buang uang. Tapi waktu kamu datang dan sabar ngajarin, anak saya jadi semangat belajar. Saya... sebenarnya berharap kamu bisa terus jadi mentornya.”Taka menggigit bibir, perasaannya campur aduk.“Bu, saya juga sayang sama murid-murid saya. Tapi... sekarang saya harus ambil keputusan besar buat masa depan saya dan suami. Kami sedang merencanakan sesuatu yang penting.”Bu Neneng menatap Taka dengan sorot lebih lembut.“Kalau begitu, saya doakan yang terbaik. Tapi tolong... bantu saya satu kali lagi. Hari ini anak saya ada ulangan, dia panik banget dari tadi pagi.”Taka terdiam, lalu mengangguk perlahan.“Satu sesi terakhir, Bu. Saya bantu semampu saya.”---Malam Hari – Di RumahTaka pulang dengan langkah lesu, langsung duduk di lantai.Wisang keluar dari kamar, membawa segelas susu hangat.“Gimana?”Taka menatap kosong ke arah dinding.“Kayaknya aku nggak s

  • My Beloved Partner   Memulai dari Awal

    Taka berdiri di depan kompor, mencoba membalik telur ceplok dengan gaya chef profesional. Telurnya hancur. Lagi.Wisang muncul dari kamar mandi dengan rambut basah terikat seadanya.“Telurnya jadi orak-arik ya?”Taka menoleh cepat, mencoba menutupi hasil eksperimennya dengan tisu. “Enggak, ini... seni abstrak kuliner.”Wisang duduk di meja makan kecil, mengambil sisa roti dari kemarin. “Hari ini kamu ngajar lagi?”“Hmm,” gumam Taka sambil menyendok nasi. “Tapi nggak ke rumah Bu Neneng. Hari ini anaknya les online.”Wisang mengangkat alis. “Yang waktu itu lempar kamu pake Hulk?”Taka menunjuk bekas merah samar di pelipisnya. “Luka perang.”“Kenapa kamu mau sih terusin ngajarin dia?”Taka berhenti sebentar, lalu berkata pelan. “Karena aku tahu rasanya jadi anak kecil yang butuh dimengerti. Dan... karena honorannya lumayan buat beli sabun cair varian mahal.”Wisang tersenyum tipis. “Kamu tuh absurd, tapi hatinya benar.”Siang Hari – Di Ruang Tamu KecilTaka duduk menghadap laptop, kamera

  • My Beloved Partner   Kembali Normal

    Suara alarm dari HP Wisang meraung dari bawah bantal. Ia mengeluh, membalik badan sambil memeluk guling… yang ternyata adalah kaki Taka.“Wisang, alarm-mu udah kayak sirine ambulans. Bangun, hari pertama kamu ngajar privat anak Bu Neneng.”“Kenapa namanya Bu Neneng terdengar seperti karakter antagonis?” gumam Wisang tanpa membuka mata.Taka melempar bantal ke wajahnya. “Karena kamu punya trauma dengan ibu-ibu komplek.”“Karena mereka menyeramkan.”Wisang duduk berhadapan dengan anak laki-laki usia 9 tahun yang sedang memainkan pensil seperti lightsaber. Bu Neneng memperhatikan dari balik pintu.“Mas Wisang, anak saya ini memang agak sulit fokus. Tapi katanya dulu Mas pernah ngajar anak-anak korban trauma. Harusnya bisa, ya?”Wisang tersenyum canggung. “Tentu, Bu. Saya juga mantan korban—eh, maksud saya… mantan guru di tempat terapi.”Anak laki-laki itu menatap Wisang. “Kak, kamu bisa ngajarin matematika sambil cerita horor gak?”Wisang menghela napas panjang. “Ini akan jadi hari yang

  • My Beloved Partner   Kehidupan Normal Kembali

    Beberapa Bulan Setelah Kemenangan – Kota Cyradon BaruLangit kota metropolitan Cyradon Baru berwarna keemasan sore itu. Bangunan-bangunan tinggi berarsitektur futuristik berdiri berdampingan dengan reruntuhan yang kini dijadikan monumen peringatan perdamaian. Mobil terbang melintas di udara, dan layar hologram menampilkan berita utama: “Wisang Si Api dan Komandan Taka Resmi Pensiun dari Pasukan Gabungan”.Di balkon apartemen lantai 42, Taka menyeduh teh dari teko batu hitam warisan suku leluhur api. Rambutnya kini digelung sederhana, dan pakaian tempurnya tergantung rapi di balik lemari kaca. Ia mengenakan piyama linen abu muda, tampak tenang, meski pikirannya berkelana jauh.Dari dalam apartemen, suara tumit beradu dengan lantai terdengar ringan.“Lagi-lagi teh jam lima,” kata Wisang, muncul dengan rambut masih basah dan kaus lusuh. “Kau memang tak bisa dipisahkan dari tradisi perang, ya?”Taka menoleh dan tersenyum. “Tradisi itu... mengingatkanku padamu. Kita dulu selalu minum teh s

  • My Beloved Partner   Melewati Batas Badai

    Pagi Hari – Pos Pertemuan Pasukan Gabungan di Lembah DargathMentari menyibak kabut pagi, menghangatkan tenda-tenda pasukan yang tersebar di sepanjang lembah. Di tengahnya, berdiri panggung darurat dengan lambang tiga faksi besar: Elven Selatan, Pasukan Hutan Utara, dan Pasukan Api Cyradon.Wisang dan Taka berdiri berdampingan di depan para pemimpin fraksi. Shandra sudah bersiap di sisi kiri, sementara Raina berdiri tegap di sisi kanan.“Tak kusangka, kita akan tiba di hari ini—hari di mana musuh bersama membuat kita lupa dendam lama,” ucap Shandra, menatap kerumunan prajurit dan komandan.Wisang melangkah maju. Suaranya lantang, tenang, dan penuh harap.“Kita tak lagi punya waktu untuk membenci satu sama lain. Kerajaan Gelap bukan hanya ancaman bagi satu bangsa, tapi bagi semua makhluk yang mencintai kebebasan. Jika kita ingin melihat cahaya esok, kita harus berdiri sebagai satu—hari ini.”Sorak sorai meledak dari bawah panggung. Para pemimpin fraksi saling menatap, lalu satu per sat

  • My Beloved Partner   Pegunungan Cyradon

    Pukul 10:30 WIB – Reruntuhan Stasiun Komunikasi, Gunung CyradonSetelah ledakan reda dan situasi dinyatakan aman oleh Shandra, mereka berlindung di ruang bawah tanah stasiun yang masih kokoh. Raina sibuk memperbaiki sambungan komunikasi, sementara Taka membersihkan serpihan peluru dari lengannya.Wisang duduk di sudut ruang, memandangi tangan kirinya yang gemetar. Luka fisik mulai membaik, tapi luka batin yang disembunyikannya kembali terasa menyiksa.Taka menghampirinya dengan kain basah. “Masih sakit?” tanyanya pelan.Wisang menggeleng. “Aku baik-baik saja.”Taka duduk di sampingnya, tapi jarak di antara mereka terasa membentang jauh.“Aku tahu ini bukan waktu yang tepat untuk bicara soal kita,” bisik Taka, “tapi aku harus tahu... kenapa kau begitu menjauh sejak Bara menghilang?”Wisang menunduk. Suaranya lirih. “Karena aku takut kehilangan lagi. Aku kehilangan Bara, dan aku belum siap kehilangan kamu juga.”Taka menatapnya lama, sebelum menghela napas. “Kau tidak akan kehilanganku.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status