Share

Bab 5

Hiks... hiks... hiks....

Suara tangisan Cloris yang membasahi bantal, badanya membelakangi lelaki kemarin yang sudah menyentuhnya dengan penuh emosi.

Telapak tangannya menutup mulutnya sendiri, detik demi detik rasa sakit itu belum juga hilang, ada warna kemerahan pada selangkangan dan rasa perih pada area kewanitaannya.

"Bangunlah dan ikut aku," Piero yang sama-sama tak memakai baju.

Lelaki itu berdiri dan memakai celana, "bangunlah dan ikut aku," Ia mengulangi ucapan nya.

Cloris tak menjawab, membuat Piero harus berjalan melihat wajah Cloris dan berdiri tepat pada arah wanita itu.

Lelaki itu memandang seluruh bagian tubuh Cloris, dan matanya tepat berhenti pada alat kewanitaan nya , lalu mata Piero beralih menatap wajah Cloris yang sudah membengkak.

"Kumohon jangan sentuh aku , cukup .. jangan mendekat.. aku masih sakit ..ini masih sakit," perintah Cloris pelan, Ketika Piero ingin melangkahkan satu langkah saja mendekati.

Cloris memundurkan badannya mengambil selimut , memojokkan tubuhnya sendiri pada divan ranjang , dipeluk erat selimut pada tubuhnya benar-benar erat, "Kau sudah puas kan sekarang , sudah puas dengan apa yang kau lakukan," 

"Belum," balas Piero singkat.

"Apa maksudmu," 

Piero menarik selimut itu hingga terjadi tarik ulur antara keduanya, "kau masih budak sex ku,"

"Aku tidak mau," bantah Cloris.

"Kau sudah membuat kekasihku memutuskan ku.. jadi kau tetap budak sex ku selama Kau belum mampu membuat Irene kekasihku kembali padaku, " Piero yang berhasil menarik lepas seluruh selimut yang menempel pada tubuh Cloris.

"Irene?" Mungkin Cloris berfikir bahwa perempuan itu adalah tunangan Piero.

"Ya, Irene kekasihku, dan kau juga harus merawat papaku yang sedang sakit karena ulahmu," ucap Piero dengan meremas pergelangan tangan Cloris yang masih memerah.

"Aaahhkk... ba-..baiklah aku turuti .. tapi setelah itu kau akan melepaskan aku kan?" Ucap Cloris Menahan rasa nyeri di tangan.

"Ya.. tapi selama itu aku bebas melakukan apapun pada tubuhmu , karena statusmu masih budak Sex ku," Piero berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.

Cloris meniupi pergelangan tangannya sendiri karena sedikit perih, "aku budak sex? Apaa? Tidak .. aku akan buat urusan ini cepat selesai," 

Ia pun bangkit dari ranjang dan "aaahkk," selangkangan Cloris sangat perih, entah sudah berapa kali ia mengucapkan kata ah hari ini.

Di sisi lain

Jerry dan Derry sudah siap menunggu di ruang tamu bersama Piero, saat ini hanya menunggu satu wanita saja yang masih berganti pakaian yang telah di bawakan Jerry.

"Ero, habisi saja perempuan seperti dia , bahkan jika bisa.. bunuh saja sekarang," ucap Jerry begitupun Derry yang satu pemikiran.

Piero melirik ke arah Jerry sebentar, "kau takkan pernah tahu apa yang aku lakukan padanya," kata Piero dengan tersenyum licik.

"Maksudmu?" Tanya Jerry mulai penasaran.

Ero mengambil korek nya dan melemparnya lalu menangkapnya, "Budak Sex, dia adalah budak nafsu ku sekarang,"

Jerry dan Derry hanya tersenyum kecil, sepertinya Cloris harus siap menangis darah menghadapi Piero.

Tak lama kemudian Cloris pun berjalan pelan dengan memakai rok mini hitam yang jatuh di atas lutut, dengan atasan bewarna putih di lapisi rompi hitam, "aku tidak mau pakai baju ini, ukurannya terlalu kecil," memang ukuran baju tersebut sangatlah sempit hingga lekuk tubuhnya semakin terlihat menonjol, terlebih pada bagian bokongnya.

"Kemarilah, duduk di pangkuan ku!" Perintah Piero menepuk satu kali pahanya.

Cloris menatap bergantian dua lelaki disampingnya yang kemarin menyetir mobil yaitu Jerry dan Derry, "tidak Ero, apa yang akan kau lakukan,"

"Kemarilah cepat!" Piero sedikit meninggi kan suaranya.

"Tidak," 

"Kemari," teriaknya dengan sangat keras.

Jerry pun berdiri dan memaksa tubuh Cloris duduk di pangkuan Pieeo, "tidak .. tunggu.. jangan .. mau apa kalian"  ucap Cloris, bahkan bibirnya binggung ingin berkata apa.

Piero pun memberi 1 pukulan pada pantatnya, "jika majikan menyuruh, kau harus mematuhi nya kau dengar itu," perintah Piero.

Cloris mencoba memberi perlawanan namun tak bisa, dengan terpaksa kini ia harus duduk di pangkuan lelaki bangsat tersebut, "Ero, kumohon," ucapnya memelas.

"Lepas celana dalam mu," perintah Piero dengan memegangi tubuh Cloris.

"Apa-apaan ini," jelas Cloris sangat malu karena dihadapan temannya.

"Lepaskan cepat," 

"Tidak," 

Piero menahan leher Cloris dan sedikit mencekik, "lepas atau aku yang melepaskan!" Perintah Piero.

"Baiklah aku akan melepaskannya," mata Piero melirik ke arah Jerry dan Derry, dan terlihat mereka saling meneguk ludahnya sendiri.

Cloris mengeser pantatnya, dimasukkan tangannya dan melepas celana dalamnya dengan cepat, lalu menutup kedua kakinya rapat-rapat.

"Bagus, jalankan tugasmu dengan benar ya budak sex," Piero berdiri begitupun Cloris.

Ketiga lelaki itu pun berjalan mendahului Cloris yang masih mematung di belakang, wanita itu merasakan rasa malu yang sudah tak bisa lagi di bayangkan .

Piero pun yang melihat memundurkan langkahnya, menarik tangan Cloris dengan paksa agar mengikuti nya, "kau harus menemui Irene dan jelaskan semua,"

20 menit berlalu .... 

Kini Piero, Jerry, Derry, dan Cloris sudah sampai di tempat Irene, yaitu apartemen tempat tinggal Irene.

Karena untuk menemui Irene yang berada di lantai atas, Piero pun menunggu lift terbuka, namun Piero sempat membisikan sesuatu pada kedua rekannya.

Pintu lift pun terbuka m, Piero menarik tubuh Cloris untuk berada di belakang, disusul dengan Jerry dan Derry di depan, dan di depanya berisi beberapa orang lelaki, mungkin hanya kebetulan saja karena hanya Cloris yang wanita.

Seseorang pun memencet tombol lantai 250 , itu artinya ada waktu sedikit lama berada di lift.

Jerry dan Derry pun melirik sebentar memberi kode, Piero mengangguk pelan, Karena ini adalah hal yang ia bisikan tadi pada keduanya.

Piero mulai membungkukkan badannya berpura-pura menjatuhkan ponselnya, dan seluruh isi ruangan tertuju padanya namun hanya beberapa detik saja dan kembali tak memperdulikan nya.

Lelaki itu mengambil ponsel, badanya berdiri, namun ia memasukkan tangannya pada rok Cloris, "rasakan ini," batin Piero.

Cloris ingin mendesah namun tidak bisa karena ia berada pada tempat yang tidak tepat.

Piero menggelitik bagian klitorisnya dengan jari telunjuknya dan sesekali menekannya dengan kukunya, Cloris hanya meremas bajunya sendiri berusah agar mulutnya tak mengeluarkan desahan.

Piero melihat itu semua rasanya belum puas, ia memasukkan dua jarinya dan mengaduk jarinya dengan putaran kecil, "ogh..," Cloris meremas jas hitam Piero berharap ia menghentikan nya.

Lelaki itu semakin suka dengan wajah sengsara Cloris, ia pun sengaja menyentil vagina Cloris dengan sedikit keras, "ohh.. aah..ehem," Cloris berpura-pura batuk.

Cloris meremas erat lengan Piero, wajah Cloris sudah memerah berharap pintu lift segera terbuka.

Akhirlah setelah beberapa menit siksaan yang di buat lelaki itu selesai, pintu lift terbuka dan Piero mengeluarkan jarinya pada alat kewanitaannya.

"Astaga ini sungguh memalukan," batin Cloris.

Semua orang  pun keluar dari lift, mulailah ia berjalan dan segera menuju apartemen Irene, "kau sangat hebat budak sex... bisa menyembunyikan desahan ini," bisikan Piero pelan pada Cloris.

Wajah Cloris sudah tak bisa berkonsentrasi, "cukup Ero .. jangan mencoba mempermalukan aku," 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status