Hiks... hiks... hiks....
Suara tangisan Cloris yang membasahi bantal, badanya membelakangi lelaki kemarin yang sudah menyentuhnya dengan penuh emosi.
Telapak tangannya menutup mulutnya sendiri, detik demi detik rasa sakit itu belum juga hilang, ada warna kemerahan pada selangkangan dan rasa perih pada area kewanitaannya.
"Bangunlah dan ikut aku," Piero yang sama-sama tak memakai baju.
Lelaki itu berdiri dan memakai celana, "bangunlah dan ikut aku," Ia mengulangi ucapan nya.
Cloris tak menjawab, membuat Piero harus berjalan melihat wajah Cloris dan berdiri tepat pada arah wanita itu.
Lelaki itu memandang seluruh bagian tubuh Cloris, dan matanya tepat berhenti pada alat kewanitaan nya , lalu mata Piero beralih menatap wajah Cloris yang sudah membengkak.
"Kumohon jangan sentuh aku , cukup .. jangan mendekat.. aku masih sakit ..ini masih sakit," perintah Cloris pelan, Ketika Piero ingin melangkahkan satu langkah saja mendekati.
Cloris memundurkan badannya mengambil selimut , memojokkan tubuhnya sendiri pada divan ranjang , dipeluk erat selimut pada tubuhnya benar-benar erat, "Kau sudah puas kan sekarang , sudah puas dengan apa yang kau lakukan,"
"Belum," balas Piero singkat.
"Apa maksudmu,"
Piero menarik selimut itu hingga terjadi tarik ulur antara keduanya, "kau masih budak sex ku,"
"Aku tidak mau," bantah Cloris.
"Kau sudah membuat kekasihku memutuskan ku.. jadi kau tetap budak sex ku selama Kau belum mampu membuat Irene kekasihku kembali padaku, " Piero yang berhasil menarik lepas seluruh selimut yang menempel pada tubuh Cloris.
"Irene?" Mungkin Cloris berfikir bahwa perempuan itu adalah tunangan Piero.
"Ya, Irene kekasihku, dan kau juga harus merawat papaku yang sedang sakit karena ulahmu," ucap Piero dengan meremas pergelangan tangan Cloris yang masih memerah.
"Aaahhkk... ba-..baiklah aku turuti .. tapi setelah itu kau akan melepaskan aku kan?" Ucap Cloris Menahan rasa nyeri di tangan.
"Ya.. tapi selama itu aku bebas melakukan apapun pada tubuhmu , karena statusmu masih budak Sex ku," Piero berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.
Cloris meniupi pergelangan tangannya sendiri karena sedikit perih, "aku budak sex? Apaa? Tidak .. aku akan buat urusan ini cepat selesai,"
Ia pun bangkit dari ranjang dan "aaahkk," selangkangan Cloris sangat perih, entah sudah berapa kali ia mengucapkan kata ah hari ini.
Di sisi lain
Jerry dan Derry sudah siap menunggu di ruang tamu bersama Piero, saat ini hanya menunggu satu wanita saja yang masih berganti pakaian yang telah di bawakan Jerry.
"Ero, habisi saja perempuan seperti dia , bahkan jika bisa.. bunuh saja sekarang," ucap Jerry begitupun Derry yang satu pemikiran.
Piero melirik ke arah Jerry sebentar, "kau takkan pernah tahu apa yang aku lakukan padanya," kata Piero dengan tersenyum licik.
"Maksudmu?" Tanya Jerry mulai penasaran.
Ero mengambil korek nya dan melemparnya lalu menangkapnya, "Budak Sex, dia adalah budak nafsu ku sekarang,"
Jerry dan Derry hanya tersenyum kecil, sepertinya Cloris harus siap menangis darah menghadapi Piero.
Tak lama kemudian Cloris pun berjalan pelan dengan memakai rok mini hitam yang jatuh di atas lutut, dengan atasan bewarna putih di lapisi rompi hitam, "aku tidak mau pakai baju ini, ukurannya terlalu kecil," memang ukuran baju tersebut sangatlah sempit hingga lekuk tubuhnya semakin terlihat menonjol, terlebih pada bagian bokongnya.
"Kemarilah, duduk di pangkuan ku!" Perintah Piero menepuk satu kali pahanya.
Cloris menatap bergantian dua lelaki disampingnya yang kemarin menyetir mobil yaitu Jerry dan Derry, "tidak Ero, apa yang akan kau lakukan,"
"Kemarilah cepat!" Piero sedikit meninggi kan suaranya.
"Tidak,"
"Kemari," teriaknya dengan sangat keras.
Jerry pun berdiri dan memaksa tubuh Cloris duduk di pangkuan Pieeo, "tidak .. tunggu.. jangan .. mau apa kalian" ucap Cloris, bahkan bibirnya binggung ingin berkata apa.
Piero pun memberi 1 pukulan pada pantatnya, "jika majikan menyuruh, kau harus mematuhi nya kau dengar itu," perintah Piero.
Cloris mencoba memberi perlawanan namun tak bisa, dengan terpaksa kini ia harus duduk di pangkuan lelaki bangsat tersebut, "Ero, kumohon," ucapnya memelas.
"Lepas celana dalam mu," perintah Piero dengan memegangi tubuh Cloris.
"Apa-apaan ini," jelas Cloris sangat malu karena dihadapan temannya.
"Lepaskan cepat,"
"Tidak,"
Piero menahan leher Cloris dan sedikit mencekik, "lepas atau aku yang melepaskan!" Perintah Piero.
"Baiklah aku akan melepaskannya," mata Piero melirik ke arah Jerry dan Derry, dan terlihat mereka saling meneguk ludahnya sendiri.
Cloris mengeser pantatnya, dimasukkan tangannya dan melepas celana dalamnya dengan cepat, lalu menutup kedua kakinya rapat-rapat.
"Bagus, jalankan tugasmu dengan benar ya budak sex," Piero berdiri begitupun Cloris.
Ketiga lelaki itu pun berjalan mendahului Cloris yang masih mematung di belakang, wanita itu merasakan rasa malu yang sudah tak bisa lagi di bayangkan .
Piero pun yang melihat memundurkan langkahnya, menarik tangan Cloris dengan paksa agar mengikuti nya, "kau harus menemui Irene dan jelaskan semua,"
20 menit berlalu ....
Kini Piero, Jerry, Derry, dan Cloris sudah sampai di tempat Irene, yaitu apartemen tempat tinggal Irene.
Karena untuk menemui Irene yang berada di lantai atas, Piero pun menunggu lift terbuka, namun Piero sempat membisikan sesuatu pada kedua rekannya.
Pintu lift pun terbuka m, Piero menarik tubuh Cloris untuk berada di belakang, disusul dengan Jerry dan Derry di depan, dan di depanya berisi beberapa orang lelaki, mungkin hanya kebetulan saja karena hanya Cloris yang wanita.
Seseorang pun memencet tombol lantai 250 , itu artinya ada waktu sedikit lama berada di lift.
Jerry dan Derry pun melirik sebentar memberi kode, Piero mengangguk pelan, Karena ini adalah hal yang ia bisikan tadi pada keduanya.
Piero mulai membungkukkan badannya berpura-pura menjatuhkan ponselnya, dan seluruh isi ruangan tertuju padanya namun hanya beberapa detik saja dan kembali tak memperdulikan nya.
Lelaki itu mengambil ponsel, badanya berdiri, namun ia memasukkan tangannya pada rok Cloris, "rasakan ini," batin Piero.
Cloris ingin mendesah namun tidak bisa karena ia berada pada tempat yang tidak tepat.
Piero menggelitik bagian klitorisnya dengan jari telunjuknya dan sesekali menekannya dengan kukunya, Cloris hanya meremas bajunya sendiri berusah agar mulutnya tak mengeluarkan desahan.
Piero melihat itu semua rasanya belum puas, ia memasukkan dua jarinya dan mengaduk jarinya dengan putaran kecil, "ogh..," Cloris meremas jas hitam Piero berharap ia menghentikan nya.
Lelaki itu semakin suka dengan wajah sengsara Cloris, ia pun sengaja menyentil vagina Cloris dengan sedikit keras, "ohh.. aah..ehem," Cloris berpura-pura batuk.
Cloris meremas erat lengan Piero, wajah Cloris sudah memerah berharap pintu lift segera terbuka.
Akhirlah setelah beberapa menit siksaan yang di buat lelaki itu selesai, pintu lift terbuka dan Piero mengeluarkan jarinya pada alat kewanitaannya.
"Astaga ini sungguh memalukan," batin Cloris.
Semua orang pun keluar dari lift, mulailah ia berjalan dan segera menuju apartemen Irene, "kau sangat hebat budak sex... bisa menyembunyikan desahan ini," bisikan Piero pelan pada Cloris.
Wajah Cloris sudah tak bisa berkonsentrasi, "cukup Ero .. jangan mencoba mempermalukan aku,"
Jerry memencet bel Apartemen Irene, Derry dibelakang bersama Piero dan Cloris yang juga menunggu Irene membukakan pintu."Katakanlah pada kekasihku jika kita bukan siapa-siapa," ucap Piero dengan menekan lengannya, Cloris hanya diam tak menjawabnya."Ero mau apa kau kesini," Tanya Irene membuka pintu dan matanya syok melihat Piero sudah di depan pintu.Piero menerobos pintu masuk Irene begitu saja dengan menarik tangan Cloris, "ayok jelaskan pada kekasihku siapa kau,""Untuk apa kau mengajak orang yang sudah kau hamili Ero," Irene menatap tidak suka.Jerry dan Derry ikut memasuki apartemen Irene dan langsung duduk, melihat sedikit pertengkaran antara keduanya."Irene, percayalah dia bukan kekasihku," Piero hendak mencium Irene namun Irene memundurkan langkahnya, "jangan mencoba mencium aku Ero, hubungan kita sudah selesai,""E
Di Apartemen, Irene sungguh tak percaya bahwa wanita yang baru saja di bawa oleh Ero adalah budak nya sekarang, terlebih di belakang kata budak ia menambah kata Sex yang berarti budak Sex .Jerry dan Derry lah yang mengatakan itu semua, karena memang saat ini mereka berada di pihak Irene ."Jadi Ero sudah menidurinya?" Tanya Irene hampir tak percaya.Jerry menyalakan remot tv, "Ya begitulah, Ero akan terus menyiksanya hingga kau benar-benar kembali pada Ero,"Tentu semua itu menjadi sesuatu yang membahagiakan untuk Irene, bisa saja ia memanfaatkan kondisi ini."Irene kami sudah menceritakan semua, jadi jelaskan mengapa ada kondom dan katakan pada kami dengan siapa kau tidur?" sahut D
"Aku tidak mau kembali padamu Ero, hatiku sudah terlalu sakit," Ucap Irene meneteskan air mata palsu.Nice... nice... sekarang feeling Cloris sudah tak dapat di ragukan, Irene sengaja mengatakan itu agar dirinya semakin lama tertahan oleh Piero.Cloris mendekati kedua pasangan tersebut dan menatapnya dengan malas, " kembalilah padanya Irene, kenapa kau tidak ingin kembali? Apakah kau sudah tahu yang sebenarnya?" Ucap Cloris begitu ketus."Hai... diamlah!" bantah Piero.Irene tersenyum sedikit di bibirnya, ternyata yang dikatakan oleh Jerry dan Derry adalah kebenaran, "Ero, berapa kali kau meniduri wanita jalang ini?"Cloris merasa tak terima disebut jalang, bukankah dia sendiri yang
Cloris tidak akan menangis kali ini, mulutnya tidak akan menjerit, tidak juga mendesah jika Piero menyentuh tubuhnya, sudah cukup puas lelaki itu mengotori tubuh Cloris dengan sifat arogan Ero, sekarang bukan waktunya untuk meratapi nasib, tapi bagaimana cara agar keluar dari nasib Cloris saat ini.Ia mengelus pergelangan tangannya yang masih sakit, berjalan pelan ke arah kamar mandi, menguyur tubuhnya dengan air shower di atas.Mata Cloris terpejam, hati Cloris telah terluka saat ini, ia rindu papanya.. ia merindukan saat bahagia bersama keluarganya.Pelupuk mata Cloris mengeluarkan air mata, namun karena tercampur oleh air yang mengalir dari atas shower tak dapat di bedakan mana mata menangis dan mana yang air mengalir.Cloris
"maaf Ero, kau terlalu terburu-buru," Cloris bangkit dari posisinya.Piero tak menjawab, ia hanya diam saja bahkan dia membantu Cloris berdiri."Kau ini merepotkan saja," Ero membisikka dan menyentuh pantat Cloris.******Keesokan pagi hari.Cloris membuka matanya, dia sudah berada di ranjang berukuran king size yang empuk dan nyaman, sorot mata Cloris tak mendapati Piero di samping, itu berarti kemarin Piero tidak menyetetubuhinya.Cloris berjalan ke arah dapur membuatkan makanan untuk perutnya, "buatkan juga untukku," tiba-tiba suara Piero dari belakang.Piero langsung dudu
Irene berada di sebuah mini kedai bersama Sanders teman lelakinya, terlihat ia sedang mengaduk kopi dengan kesal."apa? Ero mengendong seorang wanita tanpa busana," Geram Irene dengan syok saat mendengarkan penjelasan dari Sanders."Yah.. dia sangat cantik Ren,"Irene menatap Sanders dengan tatapan mata sinis. "masih cantik aku,"Sanders hanya menjawab dengan berdehem, "apa kau tahu siapa dia?"Irene mengambil gelang karet lalu ia ikatkan pada rambutnya, "Tentu aku mengerti.. dia adalah budak sex nya Ero,""Apa? Budak sex?" Sanders mengeraskan suaranya."Yah." balas Irene singkat.
"Ugghhh," Piero melepas hisapan itu pada puting kiri Cloris, terlihat puting Cloris sangat basah dan begitu merah memar.Piero mengelus puting kiri Cloris dengan jari telunjuknya, "sedikit lagi," ucap Piero memperhatikan dada Cloris dengan tatapan nafsu.Piero memasukan batang kemaluannya kedalam liang kewanitaan Cloris.Mengocok nya dengan cepat, sangat cepat, membuat kedua payudara Cloris naik turun tak karuan."Aghhhhh, ayo menjeritlah budak!" Bantah Piero menampar payudara kanan Cloris dengan sangat keras.Cloris meremas erat sprei bantal dengan sangat kuat, ia sudah tak mengerti, ia sudah tak tahan dengan semua ini. Tapi Cloris mencoba tak mengeluarkan air matanya, tidak..
"Yah... Karena kau tidak bisa melihat mana yang berpura-pura dan tidak," Ketus Cloris menyeringai Piero."Ayok pergilah cepat!" Piero mendorong tubuh Cloris seperti yang dilakukannya pada Irene.Namun ini sedikit berbeda.. Cloris terjatuh dan menyentuh tanaman.Cloris berdiri tak menghiraukan sorak tawa seseorang dari samping kiri atau kanan, tangannya menepuk beberapa kali karena terkena tanah.Piero menepuk bahu Cloris satu kali, "kerjamu bagus," bisik Piero."Jangan mencari ku saat kau sudah mengetahuinya.. jangan sekali-kali menemuiku ketika dirimu baru menyadarinya.. karena sekarang aku sudah menyelesaikan apa yang seharusnya aku lakukan.. anggap saja kita tidak pern