Happy reading ;)
--------------------
Tara mendelik malas. Ia kembali fokus pada ponselnya. Sedang Nick, dapat menangkap ketidaksukaan Tara karena kedatangannya.
Melihat Mr Ryan meminta bicara dengan Tara, ia telah menaruh curiga. Namun Gabriella lebih dulu menghampirinya.
Nick tak bisa apa apa selain menunggu keadaan memungkinkan. Tapi, setelah memutuskan menemui Tara sekarang, ternyata sama saja untuknya.
"Tara, kau memar." Nick meraih dagu Tara memastikan.
"Jangan sentuh aku!" Tara mengusap dagunya kasar. Ia tak ingin di sentuh pria yang telah berhianat padanya.
Ia sudah memaafkan, namun itu pun tak kunjung membuat Tara berbaik hati pada Nick. Pria itu menghembuskan nafas kasar.
"Apa yang ia lakukan padamu?" tanya Nick geram.
"Tidak ada yang terjadi, sebaiknya kau urusi urusanmu." Tara melempar ponsel ke atas bed. Ia kembali berbaring dan menutup wajahnya dengan lengan.
"Ini botolnya," ucap Gabriella saat tiba
Happy reading ;)------------------"Ma- maafkan aku," lirihnya. Nick menghempas pria itu hingga tersungkur. "Harusnya kau hanya memberinya pelajaran, bukan memukulnya dengan tangan sialanmu!" Nick melepas dua kancing kemeja teratas dengan kasar."Jika kau melakukannya lagi, akan ku pastikan kau kehilangan jabatanmu." Nick berderap keluar meninggalkan Ryan yang tengah menatapnya tajam.Sejak orang tua Nick menjadi pemegang kendali di rumah sakit, Nick adalah orang pertama yang berlaku sesuai keinginannya tanpa melihat jabatannya di rumah sakit.Ryan memukul lantai dengan kepalan tangannya yang mengerat marah. Bahkan ia telah diinjak oleh pria yang lebih muda darinya. Brengsek!***Tara terbangun dan menyadari bahwa kini ia tertidur di ruang praktiknya sendiri. Ia mengusap pipinya yang masih sedikit kaku. "Ah benar benar.""Kau sudah bangun?" sapa Gabriella saat masuk ke dalam ruangan. "Pulanglah, aku akan menggantikan shi
Happy reading ;)-----------------Matt dan Fyodor segera terbangun mendengar pekikan Tara. Ia berdiri saling menatap. "Posisimu tadi, sa- sangat romantis. La- lanjutkan." Tara berbalik menuju kamar."Astaga aku terlalu lelah jadi tidur di bahumu." Matt meregangkan otot tubuhnya dan kembali merebahkan diri di atas sofa.Vin hanya menghembuskan nafas kasar sebelum masuk ke dalam kamar Tara. Ia mengernyit menatap wanitanya yang diam mematung."Kau kenapa?" tanya Vin perlahan menutup pintu."Apa kau yang mengganti semua perabotan apartemen ku? Lalu ini.. Astaga mengapa kau melakukannya?" Tara berbalik menatap Vin yang berjalan santai hingga tidur di atas kasur."Aku akan tinggal denganmu," jawabnya santai. Ia memejamkan mata dan menaruh kedua tangan di belakang kepalanya."Apa?! Bagaimana bisa begitu?" Tara melempar tas bersamaan dengan matanya yang menajam tak suka."Bisa, karena aku telah mengganti semua barang bara
Happy reading ;)-----------------"Sayang, kau benar benar tak suka dengan semua bajumu?" Vin menahan langkah Tara yang hendak masuk ke dalam toko."Vin? Kau benar benar mengisi lemariku dengan midi dress.. aku tidak bisa memakainya untuk pergi ke rumah sakit." Tara menggeleng kepala dan memasuki toko pakaian."Bukankah itu bagus?""Oh Ya Tuhan!" Tara mengusap wajahnya kasar sebelum berbalik menatap kekasihnya yang begitu istimewa. Bagaimana bisa prianya membiarkan ia memakai midi dress ke rumah sakit?"Dengarkan aku, rumah sakit adalah tempat dimana orang orang di sana harus bekerja cepat dan tepat. Kau tahu maksudku?" Tara berbalik dan meraih blouse berwarna navy."Jika kau tak membuang semua bajuku, aku tak akan memintamu menemaniku saat ini." Tara kembali meraih blouse lengan pendek dengan aksen pita di area dada."A- aku minta maaf," lirih Vin menyesal. Ia tampak bodoh dan konyol dengan meminta Matt untuk menggantikan sem
Happy reading ;)----------------"Baguslah," ucap Tara seraya melepas sarung tangan. Dokter pria itu tersenyum tak percaya."Thank you.""Hmm antarkan dia ke rumah sakit segera." Tara berdiri dan melangkah menuju wastafel. Ia mencuci tangan sebelum kembali ke kursi di mana kekasihnya tengah menatapnya kagum.Dokter pria itu hendak ingin menanyakan nama namun petugas ambulans telah lebih dulu datang dan membawa korban."Aku meras sedang bermimpi," ucap Vin menopang dagu."Tidak, kau sedang makan," kekeh Tara yang langsung menyesap minumannya."Bagaimana aku tidak jatuh cinta padamu jika-""Shut up, kau sekarang banyak berubah. Selain banyak bicara kau juga.. pintar merayu. Cih." Tara memicing tajam dan kembali melahap potongan sslmon yang telah di beri cuka.Vin tertawa kecil. Perkataan wanitanya benar, ia menyadari perubahan dirinya saat bersama Tara. Ini terlalu membahagiakan.Mengingat hari harinya dahul
Happy reading ;)-----------------Tara menatap wajah prianya yang memerah dengan lensa mata yang berkabut. Vin meremas kepala Tara mempercepat apa yang membuatnya berkunang saat ini.Vin menengadah saat ia hampir saja keluar bersamaan dengan kegilaan Tara di bawah sana. Vin membawa Tara mendorongnya hingga terlentang.Ia melilitkan kedua tangannya ke dalam paha dan membawa wanita itu berada di ujung ranjang. Vin tak bisa lagi melogika dengan apa yang terjadi saat ini.Ia bahkan tak dapat menahan untuk tak menyesap rasa pada milik Tara yang merekah indah. Perlahan tapi pasti ia mengayun memainkan kelopak bunga di bawah sana."Ah! Vincent.. ." Tara meraih surai prianya mengalihkan rasa panas yang membakarnya dengan tak manusiawi. Ini gila, ini benar benar gila yang menakjubkan."Kau basah, kau sesak," erang Vin kasar. Ia kembali menyerukkan hidungnya mencari aroma manis di setiap titik yang mengagumkan.Sementara kedua telapak t
Happy reading ;)-------------------Langkah Tara terhenti. Ia berbalik menatap lekat Mr Ryan di depannya. "Nick Scott, pria itu yang menyuruhku untuk melakukannya padamu.""Siapapun itu aku benar benar tak peduli." Tara kembali melangkah pergi. "Istrimu akan ku rekomendasikan pada dr Joey untuk pengendalian nyeri," ucap Tara tanpa menoleh.Ia mengepalkan tangannya erat menahan amarah atas pengakuan Mr Ryan. Sejujurnya tak salah jika ia begitu benci pada pria itu.Nick Scott, apa yang ia inginkan hingga melakukan hal ini padanya. Bukankah ia memaksa untuk memperbaiki hubungan mereka dengan menjalin pertemanan.Lantas mengapa ia bermuka dua seolah baik di hadapannya tetapi di belakang ia tengah menjalankan sesuatu untuk menjebaknya. Sialan!Tara melangkah kasar menuju ruang pertemuan pra operasi. Ia menyentak pintu tersebut dan menoleh saat Nick tengah membahas jadwal operasi pertama untuk hari ini.Tara berjalan dengan sorot ma
Happy reading ;)----------------"Sampai kapan kau akan di Los Angeles?" tanya Matt di sebrang telepon. Saat ini ia tengah sibuk mengamati jalannya ujian pertama tank yang baru saja di selesaikan."Entahlah, aku belum siap kembali ke Rusia, lagipula ada kau yang menangani perusahaan ku." Vin mengapit ponselnya diantara telinga dan bahu.Sementara kedua tangannya sibuk mencari ip address rumah sakit tempat Tara bekerja. Dengan santai kakinya terjulur di atas sofa ketika telunjuknya langsung menekan enter."Kalau begitu, naikan gajiku!" kesal Matt. Sejujurnya tak mudah menangani dua perusahaan sekaligus belum lagi perusahaan LO di Russia sedang mengalami masalah."Sudah, kau tak lihat transferanku?" Vin menempatkan kedua tangannya di belakang kepala. Sementara matanya terfokus pada layar laptop.Ia tersenyum melihat Tara yang kembali ceria. Namun senyum itu sirna berganti dengan dahi yang mengerut ketika seorang pria paruh baya berteku
Happy reading ;)---------------Malamnya, Tara menceritakan kejadian di rumah sakit pada Vin. Walau pria itu sudah mengetahui tetap saja menanggapinya seolah tak tahu menahu tentang itu. Saatbini mereka tengah berada di mobil audi hitam milik Vin.Mr Kiel mengundang Tara untuk berkunjung ke mansion sesuai janjinya dahulu. Dengan senang hati wanita itu menyanggupi dan disinilah mereka berada.Vin menghentikan mobil menunggu gerbang utama untuk di buka oleh penjaga. Tara tak berkedip saat bangunan megah dan modern di depannya ternyata milik ayah dari kekasihnya.Beberapa bodyguard tengah berjaga ketat dan rapi. Tak ada sedikitpun pakaian lusuh yang mereka pakai. Ia menoleh pada Vin yang tampak santai dengan balutan jas hitam senada dengan celana juga sepatu.Sementara dirinya mengenakan midi dress berwarna putih hingga mencapai lutut dan di bagian belakang terbelah hampir mencapai panggul. Sementara di bagian lengan memakai tulle pearls