Share

Terbayang bayang

AMARA POV

Melihat kegaduhan dari dalam club, saya bergegas meninggalkan pos dan bergabung dengan anggota lain untuk meringkus para pelaku penyerangan. Benar saja informasi yang saya dapatkan tentang rencana mereka malam ini. Berarti dapat saya simpulkan bahwa dalang dari kasus ini memang bersembunyi di sekolah itu. Saya harus bisa mengungkap siapa pelakunya.

Beruntung kami bisa meringkus beberapa pelaku, sisanya telah kabur menyebar ke segala penjuru. Saya mengejar laki laki yang berlari ke arah gang kecil. Saya pikir akan bisa menangkapnya, tapi ternyata itu hanyalah jebakan. Karena setelah masuk kedalam, ada sekitar 4 orang lagi yang sedang menunggu kami. Saya berusaha melawan, tapi apalah daya satu orang perempuan melawan 5 orang laki laki.

"Cuma satu orang polisi wanita ya,,urusan gampang ini sih". Saya mendengar salah satu dari mereka berbicara. Ketika saya ingin mengeluarkan senjata api, tapi naas salah satu dari mereka memukul lengan saya sehingga senjata apinya terpental entah kemana.

Kondisi ini sangat tidak menguntungkan, saya memutuskan untuk mundur menghindar dari mereka. Mereka mengejar, saya berlari tak tentu arah. Pokoknya tujuan saya adalah keluar dari gang ini terlebih dahulu. Tapi disaat saya melihat ke belakang, saya tidak sengaja menabrak seseorang.

Saat saya melihat kedepan, ternyata orang itu adalah valdo. Kenapa dia bisa ada disini? Astaga, tidak sempat saya memikirkan apa apa karena saat ini saya sedang dikejar oleh para pelaku. Saya beralasan dikejar preman agar valdo tidak curiga.

Saya agak bingung kenapa ia menyuruh saya melepaskan jaket lalu melemparkannya di tempat yang tidak terlihat. Dengan gerakan yang cepat ia mencium saya tepat di bibir, membuat saya tiba tiba tidak bisa menggerakkan badan karena terkejut bukan main. Bukannya marah tapi entah kenapa justru saya merasa nyaman dan terlindungi.

Para pelaku hanya melewati kami, mungkin mereka pikir kami pasangan yang sedang berbuat mesum di tempat sepi. Setelah valdo melepas ciumannya, saya masih terdiam terpaku di tempat itu. Ia menyadarkan saya dari lamunan. Seketika saya langsung memarahi lelaki itu karena telah merenggut ciuman pertama saya.

Tapi emosi saya langsung terhenti di ganti dengan keterkejutan ketika valdo bilang kalau itu juga ciuman pertamanya. Ya ampun, jadi kami saling merenggut ciuman pertama kami masing masing.

Setelah keluar dari gang gelap itu, valdo ingin mengantar saya sampai ke rumah. Oh tidak bisa, dia tidak boleh tahu dimana lokasi saya tinggal apalagi tinggal di tempat kos. Itu akan terlihat mencurigakan. Setelah beralasan menaiki ojek online, saya pergi meninggalkannya. Setelah sampai di tempat kos, saya merebahkan diri di atas kasur setelah sebelumnya saya selesai membersihkan diri.

Saya menyentuh bibir yang tadi di sentuh pertama kali oleh laki laki dingin di sekolah. Ya tuhan,,kenapa dengan jantung saya. Sepertinya ada yang tidak beres karena dia berdetak sangat cepat. Ah sial, wajah valdo jadi terbayang terus di pikiran saya.

***

Setelah melepaskan tangan dari dadanya, tangan valdo berpindah menyentuh bibirnya yang juga pertama kalinya menyentuh bibir seorang gadis. Ia tersenyum jika mengingat momen barusan. Tak disangka ia berani melakukannya.

'gue pikir...gue nggak akan merasakan rasa suka sama seseorang. Apa..suka...?apa gue suka sama dia?'. Batin valdo berbicara.

Valdo membuang nafasnya kasar lalu tersenyum "Fuuh...sekarang gue nggak ada waktu untuk mikir tentang cinta karena itu akan menghalangi tujuan gue selama ini. Fokus... valdo". Valdo berbicara dengan dirinya sendiri.

Ia berjalan menuju paradise club yang telah porak poranda karena belum lama tadi telah terjadi penyergapan dari pihak kepolisan.

'ternyata sudah selesai ya' batin valdo. Ia mengeluarkan smartphonennya lalu mendial seseorang.

***

Di waktu yang sama di sebuah perumahan yang sudah lama di tinggalkan, gerombolan pelaku yang berhasil kabur menelepon seorang lelaki.

"Bos, maaf penyerangan kali ini gagal. Karena ternyata pihak kepolisian telah mengetahui target kita. Entah siapa yang membocorkan informasi ini. Tapi kami hampir saja tertangkap". Seorang lelaki berperawakan tinggi besar sedang berbicara melalui sambungan telepon.

"Benarkah...?kalau begitu kamu ingin berdalih jika diantara kita ada yang membocorkan rencana kali ini ke pihak kepolisian?". Suara killian dari seberang telepon.

"Sepertinya begitu. Karena pihak kepolisian sepertinya sudah merencanakan penyergapan ini". Lelaki tinggi besar itu sambil memegang lukanya dibagian bahu.

Terdengar suara dengusan dari seberang telepon, "hmm...hahahahahahaha". Suara lelaki dari seberang telepon itu malah tertawa lalu melanjutkan pembicaraannya. "Menarik sekali. Kira kira siapa yang berani bermain main kali ini. Selidiki itu, jika ketemu bisa dipastikan dia akan lebih memilih mati dari pada apa yang akan gue berikan". Ia langsung menutup sambungan telepon tanpa menunggu respon dari lelaki tinggi besar itu.

'jadi ada yang mau main kucing kucingan? Gue terima tantangan lo siapapun itu. Kita lihat siapa yang lebih pintar di antara kita'. Batin lelaki yang sedang berada di sebuah ruangan dengan pencahayaan seadanya.

Ia mengingat kembali saat ia memerintahkan anak buahnya untuk bergerak, posisinya sedang berada di sekolah. Lalu ia pun tersenyum 'ah...benar juga. Saat itu gue lagi di sekolah. Berarti si 'tikus' juga ada di sana kan. Oke...kamu pasti akan gue temukan. Segera'. Senyum penuh kelicikan lelaki itu mengembang dibalik rencana yang akan dia buat untuk menangkap mata mata yang berani membocorkan rencananya.

***

Mentari telah menyapa disebelah timur, menandakan pagi datang dengan cerah bagi siapapun yang memulai harinya. Seorang gadis manis sedang bersiap siap untuk berangkat ke sekolah. Sesampainya ia di sekolah, memasuki gerbang dan melewati taman.

Amara tidak sengaja melihat valdo yang duduk di kursi yang biasa ia duduki sedang membaca buku. Tak terasa pipi amara memerah dan segera ia memegang wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan berjalan cepat menuju kelas.

'kenapa saya jadi begini. Lihat dia, saya jadi terus ingat kejadian semalam'. Amara menggelengkan kepalanya agar dapat melupakan ciumannya dengan valdo.

Tiba tiba dari arah belakang, tangan besar lelaki merangkul bahu amara. "Selamat pagi silvie. Wah, dari kemarin kayaknya kita selalu datang barengan ya. Kayaknya kita benar benar jodoh". Amara melihat ke samping dan ternyata lelaki itu adalah ruben. Amara pun langsung bernafas lega.

"Pagi juga ben...kamu kali yang ngikutin saya biar bisa bareng terus". Goda amara dengan senyum manis yang mengembang.

Siswa lain yang sedang berada di koridor memperhatikan interaksi mereka berdua. Bingung, karena ruben bisa begitu dekat dengan seorang gadis.

"Lihat... Itu kan kak ruben. Dia lagi jalan sama siapa? Mesra banget". Beberapa siswi kelas XI yang sedang berkumpul memperhatikan mereka berdua.

"Iri...? Bilang bos..hahahaha". Jawab siswa lainnya.

"Hilang sudah kesempatan gue buat dapetin cowok populer di sekolah kita. Mau deketin kak valdo nggak mungkin. Di tegur aja dingin banget". Wajah gadis itu terlihat pasrah.

Ruben dan amara sedang berbincang di kursinya yang memang bersebelahan. Tak lama valdo masuk ke dalam kelas. Amara melihat valdo masuk lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain karena gugup. Tiba tiba jantungnya berdebar lagi dengan kecepatan 150 km/jam.

"Hei do.. tumben lo udah masuk kelas. Biasanya nunggu bel masuk dulu". Sapa ruben membuat kecanggungan valdo dan amara teralihkan.

"Gue bosan aja disana sendirian". Valdo meletakkan tasnya di kursi tepat belakang amara.

Ruben mengerutkan dahinya, "bosan...? Lo..? Di taman...? Lo udah duduk disana selama bertahun tahun sendirian tapi nggak pernah bilang bosan. Sekarang lo bilang kalo lo bosan disana? Astaga, apa matahari mau terbit dari barat?".

'ah sial...ada apa sama gue. Setelah lihat silvie di rangkul oleh ruben. Tiba tiba tubuh gue bergerak dengan sendirinya. Seperti tidak suka jika silvie dekat dengan laki laki lain'. Batik valdo merutuki dirinya sendiri.

Ruben melanjutkan perkataannya, "apa karena silvie udah datang?".

Amara refleks melihat ke arah ruben lalu beralih ke valdo. Setelah melihat valdo, tak sengaja justru silvie memperhatikan bibir valdo yang terlihat sangat menggoda.

Amara menelan salivanya lalu bergegas kembali melihat ke depan. Menutup wajahnya karena jika di lihat pasti wajahnya sudah mirip dengan kepiting rebus.

'aduh...kenapa saya inget itu terus sih'.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status