amara berlari secepat mungkin menuju sumber suara minta tolong dari para siswa. melihat dari lokasinya, ia yakin jika kelasnya lah yang menjadi sasaran penyerangan. namun langkahnya terhalangi ketika banyak siswa dari kelas lain yang berhamburan untuk segera keluar dari gedung sekolah."silv, ngapain lo kesana?! cepat ikut keluar, disana berbahaya. kita harus menyelamatan diri" ujar maya langsung menarik pergelangan tangannya ketika melihat sahabatnya hendak menerobos masuk melawan arus kerumunan para siswa."apa yang terjadi di dalam?" amara balik bertanya."kelas lo. kelas lo diserang sama orang orang bersenjata. pokoknya cepet lo ikut keluar biar nggak dijadikan sandera juga sama mereka" maya terus menarik tangan sahabatnya namun posisi amara masih tak bergeming.sambil mengepalkan tangannya, amara melampiaskan rasa marahnya. apakah pelakunya merupakan sisa gerombolan tersangka pengrusakan? rasanya masih mengganjal karena pimpinan mereka telah tiada."saya harus masuk. kamu tetap d
“diam” gumam amara sehingga ruben perlu bertanya kembali apa yang gadis itu ucapkan.“saya bilang diaaamm” amara berteriak lalu dengan cepat menyerang kedua orang lelaki yang ternyata adalah anak buah ruben atau killian.Ruben terkejut melihat kedua anak buahnya dilumpuhkan dengan mudah. Ia tahu jika kedua lelaki itu tak kuasa menahan gerakan amara yang lincah dan mematikan. Ia berpikir jika dalam waktu dekat amara pasti langsung menghajar dirinya juga.Ruben pun keluar, berlari ke arah tangga. Menaiki banyaknya anak tangga menuju atas Gedung sekolah tersebut. Benar saja, belum lama ruben berlari, amara telah bisa melumpuhkan seluruh anak buahnya.“cepat, keluar dari sini” amara memerintahkan seluruh siswa untuk segera meninggalkan Gedung sekolah.Merasa situasi sudah aman, semua siswa pun berduyun duyun berlari keluar mengikuti perintah amara. Tak sedikit yang mengucapkan terima kasih karena telah membebaskan mereka semua.Amara berlari mengikuti ruben. Ia yakin ruben menuju atap Ged
“jangan melihatku kayak gitu” valdo merasa kurang nyaman karena terus ditatap oleh amara. Berjalan menuruni anak tangga di Gedung SMA Cahaya Hati dengan valdo berada di depan sedangkan amara hanya mengekori. Entah apa alasannya, yang jelas amara memilih untuk berjalan di belakang valdo. Mereka berdua hendak keluar dari tempat itu sedangkan wahyu tetap berada di atas untuk membantu tim forensik sekaligus mengamankan TKP. “terima kasih” akhirnya amara berani mengeluarkan kata kata yang sedari tadi bermain di kepala namun tak berani ia utarakan. “terima kasih untuk apa?” valdo bertanya. “karena kamu sudah membantu saya” jawab amara. “walau dengan cara yang tidak terduga sama sekali” lanjutnya dengan suara pelan. Valdo menghentikan langkahnya membuat amara tak sengaja menabrak tubuh bagian belakang kekasihnya. Kebetulan mereka sudah berada di koridor sekolah sehingga tak ada yang membahayakan saat amara menabrak tubuhnya. “aduh, kenapa tiba tiba kamu berhenti?” amara mengusap dahinya
kriing...kriing...bunyi bel tanda masuk sekolah di SMA Cahaya Hati membuat para siswa yang berlalu lalang perlahan masuk ke dalam kelasnya masing-masing.Keriuhan berubah menjadi sunyi tatkala seorang siswi manis nan mungil, memiliki rambut ikal sebahu plus poni depan menambah kesan imut bagi siapapun yang melihat.Berjalan mengikuti guru yang diketahui bernama bu winda masuk ke dalam kelas XII IPA 1.Zain amara cahya, gadis berusia sekitar 23 tahun yang berprofesi sebagai mata mata kepolisian. jika melihat penampilannya, memang ia masih terlihat seperti siswa SMA. Saat ini amara sedang menyamar sebagai salah satu siswi di SMA Cahaya Hati untuk menyelidiki dalang dibalik kasus penyerangan yang terjadi akhir akhir ini."Selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan siswi baru pindahan dari semarang. silvie silahkan perkenalkan nama kamu sama teman-teman di depan". ucap bu winda dengan senyum manis terukir d bibir merah meronanya."Halo,se
AMARA POVDi hari pertama sekolah saya belum menemukan sesuatu yang mencurigakan. Suasana normal sekolah yang rasanya kayak nano nano. Yang seru, ngeselin, lucu sampai yang modus juga ada. Tapi semua itu yang buat kangen masa masa sekolah dulu. Meskipun terlambat, mungkin saat ini saya diberikan kesempatan menikmati masa sekolah karena dulu saya tidak bisa menikmatinya.Nasib seorang yatim piatu yang hidup di panti asuhan, sambil menjadi tulang punggung teman teman disana. Bukannya ibu panti tidak mengurus kami. Hanya saja saya tidak mau menambah beban beliau di usia yang sudah tidak muda lagi menanggung beban kami semua.Tidak bisa merasakan indahnya cinta monyet, kumpul bareng teman teman, kalaupun ada beban yang paling berat itupun sebatas bagaimana menyelesakan tugas matematika.Tapi saya bersyukur tuhan memberikan otak yang cerdas sehingga semua pelajaran bisa saya kuasai dengan mudah. Apalagi saat ini saya bekerja sebagai mata mata yang sangat beresik
"Silvie, lo di panggil bu winda di ruang guru" dimas yang menjabat sebagai ketua kelas menyampaikan perintah dari bu winda.Amara menoleh lalu berucap "oke, nanti saya kesana"."Ada apa ya lo dipanggil sama bu winda?" Maya yang bingung kenapa temannya sampai dipanggil wali kelas mereka."Nggak tau. Kalo gitu saya ke ruang guru dulu ya".Berjalan melewati lorong sekolah menuju ruang guru, amara secara tidak sengaja berpapasan dengan valdo. Namun valdo yang memiliki karakter dingin sama sekali tidak menoleh saat mereka berpapasan dan langsung melewati amara untuk melanjutkan perjalanannya."Dasar introvert". Amara bergumam setelah melewati valdo hingga ia tak sadar bahwa ruben telah berada tepat di hadapannya.Bruuk..."aduh maaf saya nggak lihat kalo ada orang di depan". Amara yang tidak memperhatikan sekitar tidak sengaja menabrak siswa yang ada dihadapannya."Siapa sih yang lo bilang introvert, sampai nggak liat kalo ada gue d
Amara masuk ke kamar kos yang telah ia sewa selama tiga bulan ini. Hidup berpindah pindah memang resiko pekerjaan yang harus ia jalani. Menjadi polisi rahasia dengan segudang bahaya yang menanti. Untunglah ia hanya anak yatim piatu sehingga tidak ada keluarga yang ikut menanggung resiko bahaya yang sewaktu waktu dapat mengintai mereka, begitu batin amara.Memangnya kemana keluarga yang lainnya? Bukannya tidak bisa mencari, justru dengan pekerjaannya sebagai polisi hal itu menjadi sangat mudah untuk menemukan orang yang ingin dia cari tapi amara tidak mau tau dimana keberadaan mereka. Yang dia tahu hanya ia telah berada di panti asuhan sejak usia TK dan tidak pernah ada kerabat yang mencari apalagi menjenguknya disana.Tetangga kosnya hanya tahu sebatas amara adalah siswi pindahan dari semarang yang orangtuanya sibuk bekerja berpindah pindah kota. Oleh karena itu amara memilih untuk menyewa kos kosan ketimbang ikut dengan orangtuanya. Oh iya, seluruh tetangga kos juga t
"Bagaimana penyelidikan yang kamu lakukan terhadap para korban? Dan bagaimana hasilnya?". Akp Budi sanjaya yang sedang bertanya kepada Iptu Wahyu mulyanto"Saya sudah mendapat informasi tentang para korban, menurut saya tidak ada yang menarik. Hanya orang berduit yang senang berfoya foya dan bermain dengan wanita. Tapi ada satu hal yang mengganjal, di masa lalu mereka sempat berhubungan dengan suatu proyek entah apa. Saya juga masih menyelidiki hal itu". Jawab Iptu wahyu."Proyek ya,,lalu apakah ada orang lain yang terlibat dalam proyek itu?". Akp budi memainkan pulpennya sambil menyandarkan punggungnya di kursi."Iya, ada beberapa orang lagi yang terlibat. Faktanya, semua orang yang terlibat di dalam proyek itu saat ini menjadi pimpinan tempat hiburan di kota ini". Iptu wahyu berdiri di hadapan Akp budi.Akp budi mengangguk "Sepertinya kita mulai menemukan titik terang. Selidiki proyek apa yang mereka jalankan di masa lalu, kemudian sebar anggota kita un