Di Mansion
Clarisa tampak kuyu dan tak bergairah, dia tidak makan dalam dua Hari ini. Ya, jika di pikirkan lagi bagaimana bisa seorang ibu yang baru saja kehilangan putranya dapat makan dan tidur dengan tenang?
Perasaan gelisah tengah menghantui Clarisa, membuatnya terus terjaga tanpa bisa memejamkan matanya walau hanya sesaat.
Tok... tok... terdengar ketukan pintu dari arah luar kamar.
Clarisa melirik sejenak, tatapannya jatuh ke arah pintu. Terdengar suara. “Nyonya, ada Nona Joana ingin bertemu dengan Anda.”
Napasnya terdengar berat, dengan lemah dia berkata. “Biarkan dia masuk, Tolong antarkan dia ke kamarku.”
Sang pelayan pun meninggalkan Clarisa dan mempersilakan Joana untuk masuk ke dalam kamar.
Saat Joana masuk ke dalam kamar Utama di mana Clarisa berada, ia begitu takjub dengan interior yang di suguhkan di depan matanya. Tidak terlalu banyak barang yang ada di sana, suasana dalam kamar mence
Lukas dan Gerald memasuki area yang cukup terpencil, tampak sekitar cukup gelap. Bagaikan tidak ada kehidupan yang lainnya.“Bagaimana? Apa kita sudah dekat?” Lukas bertanya seraya memandang sekeliling mereka. Tampak padang rumput yang luas dan dikelilingi oleh hutan.“Lihatlah tandanya berhenti di area ini,” seraya menunjuk ke layar laptop.Lukas melirik, dia mengamatinya dengan saksama, tampak dari sinyal yang di berikan itu berada tidak jauh dari tempatnya berada.Drrrttt... Drrrttt... ponsel Lukas bergetar, tampak dari layar depan itu panggilan dari Yo Han, Lukas segera menjawabnya.“Bagaimana?” Tanyanya.“Target sudah berhasil di lumpuhkan, misi Clear.” Yo Han memberi laporan bahwa target telah di amankan.“Bawa dia bersamamu, dan gali informasi tentang siapa yang memerintahkannya, dan cari tahu siapa dalang dari kejadian ini!”“Kau mengerti?” Lu
Jay yang menerima permintaan bantuan pun segera membawa beberapa personil, dan juga tim medis menuju alamat yang di berikan pada oleh Gerald padanya. Di depan adalah mobil yang tengah dikendarai oleh Jay dan juga, Marvel. Marvel yang tadinya berada di luar negeri itu bahkan terbang langsung dengan Jet pribadi miliknya, untuk membantu misi penyelamatan kedua putra Lukas. Di ikuti dengan tiga mobil Jip di belakangnya. Pergi menuju tempat Gerald berada. “Jadi bagaimana situasinya” Marvel bertanya dengan tatapan yang serius. “Menurut Tuan Gerald. Tuan muda Christian sudah diselamatkan. Sekarang Presdir tengah menyelamatkan Tuan muda Conan, yang masih dalam pengejaran.” Jay berkata seraya menghela napas beratnya. Marvel menatap Jay dengan tatapan yang dalam. “Ada apa? Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?” Marvel bertanya dengan sedikit cemas. “Ya, kami sangat khawatir mengingat Tuan muda Conan.” Jay menundukkan kepalanya. Dia menggig
Lukas menatap nanar wajah putranya yang di lumuri oleh darah. Dia mencoba untuk bangkit namun, segera ditahan oleh Jay. “Apa yang sedang kau lakukan?” Jay menahan tubuhnya, lalu menekannya kembali agar dirinya berbaring, sementara dirinya menghentikan pendarahan di perutnya. Lukas terus menatap wajah Conan yang semakin hilang dalam penglihatannya, sedetik kemudian dirinya memejamkan matanya. Samar-samar terdengar teriakan Jay yang menggema di telinganya. “Medis, medis.” Jay berteriak seraya menekan luka di bagian perut Lukas. Marvel yang mendengar teriakan Jay pun segera meminta tim medis untuk datang membantu Lukas. “Bagaimana?” Marvel bertanya pada petugas medis. Sang petugas hanya menggelengkan kepalanya. “Kondisinya sangat lemah kita harus segera membawanya ke rumah sakit.” Marvel menggigit bibir bawahnya, ia menghela napas beratnya. Sejenak berpikir mencari solusinya. Marvel meraih ponselnya, lalu menekan beberapa di
Di sebuah tempat yang gelap, dan lembap tampak seorang pria duduk seorang diri, wajahnya telah babak belur karena di hajar berulang kali oleh orang-orang Yo Han.Yo Han masuk ke dalam ruangan, dia menghampiri orang telah berada di dalam. Di melangkah masuk, berjalan dengan anggunnya. Jarinya yang indah itu, memegang dagu Lin yang sudah berlumuran darah.“Jadi apa kau masih ingin tetap bungkam?”Lin tetap saja bungkam soal siapa dalang dari penculikan yang menargetkan kedua putra Lukas.Yo Han menghela napas beratnya, dia menyeringai jahat di depan Lin. “Ku dengar kau sangat setia pada Bosmu, akan tetapi apa kau akan tetap bungkam jika kau melihat ini.”Dengan santainya dia mengeluarkan beberapa foto dari balik jasnya. Tampak di dalam foto ada seorang wanita yang tengah menggendong seorang anak yang berusia sekitar lima tahunan.Awalnya Lin tampak tak peduli dan acuh, namun saat dia melirik pada sekumpulan foto i
Di sebuah apartemen, Seo Nari tengah termenung dia yang duduk di sofa ruang tamu itu terdiam, sesekali tampak senyum hangat tersungging dari sudut bibirnya, namun sedetik kemudian ia tersenyum pahit. Di ruang tamu itu tampak ada seorang pria yang tengah tersenyum hangat padanya, raut wajahnya begitu bersinar kala menatap wanita yang tengah duduk di sofa itu. Nari terisak tertahan, matanya berkaca-kaca kala menatap bayangan pria yang pernah singgah di hatinya itu. Nari menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan miliknya. “Mengapa begitu sesak? Sekeras apa pun aku mencobanya semakin hatiku terluka olehnya.” “Aku sangat merindukanmu, sejak dulu hingga sekarang perasaan itu tetap sama. Aku ingin kau kembali.” “Tapi aku bisa apa?” Nari berbicara dengan dirinya sendiri, ia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan tangi
Di depan Altar Clarisa tengah berlutut, ia tak henti-hentinya berdoa dengan deraian air mata berharap suami dan anak-anaknya selamat. Dirinya tak beranjak sedikit pun dari sana. Penampilannya bahkan sudah tidak karuan, Clarisa juga tidak makan dan minum. Tatapan yang penuh pengharapan itu tersirat jelas dalam sorot matanya. Di sisi nya selalu ada Joana, ia mendampingi Clarisa hingga saat ini, dirinya tidak pernah meninggalkannya walau hanya sebentar, penampilan Joana juga tak kalau semrawut dengan sahabatnya Clarisa, wajah yang biasanya cantik itu kini tampak tua hanya dalam semalam. “Clarisa, kau harus memakan makananmu. Jangan seperti ini!” “Jika kau terus begini kau akan jatuh sakit, apa kau tidak ingin melihat mereka?” “Clarisa, makanlah walau hanya sedikit.” Joana mencoba untuk terus membujuk sahabatnya agar makan sesuatu. Clarisa mengalihkan pandangannya pada Joana, mata yang indah itu di genangi oleh air mata. Ia mena
Sementara Adrian menunggu di depan ruang intensif Raven Jiang tengah menunggui Conan di pintu ruang operasi, raut wajahnya begitu gelisah, pikiran negatif pun terus menghampirinya. Raven duduk di kursi tunggu jari tangannya menyatu dengan jari yang lainnya, kepalanya menunduk ke arah bawah. Dengan sungguh-sungguh dia berdoa untuk keselamatan cucunya. Memohon pada Tuhan untuk selalu melindunginya.Dirinya terus memanjatkan doa untuknya tanpa henti, tampak buliran air mata itu tersemat di ujung matanya yang sudah menua. Dia menghela napas panjangnya berharap agar operasinya segera selesai, namun nyatanya operasi yang seharusnya selesai dalam empat jam itu harus berlangsung lebih lama dari perkiraan.Keputusasaan itu kembali menghampirinya, perasaan tidak berdaya itu menyelimuti hatinya. Rasanya percuma saja memiliki banyak uang jika tak bisa menyelamatkan cucunya sendiri. Raven kembali menatap lampu yang masih berwarna merah itu, ia menutup wajahnya dengan k
“Christ.” Panggil Gerald. Perlahan Christian mulai berbalik, wajahnya dipenuhi oleh goresan luka itu dia menatap keduanya dengan tatapan kosong. “Ibu.” Ucapannya pelan, namun entah mengapa? Terasa begitu menyakitkan bagi orang yang mendengarnya, di sudut bibirnya tersungging senyuman pahit. Sungguh membuat hati sakit. Clarisa mengatur napasnya, berusaha untuk tegar di hadapan Putra keduanya. Ia langsung menghampiri Christian dan memberikannya pelukan yang begitu erat padanya. Hal yang tidak terduga adalah ekspresi dari pada Christian tetap datar dan terkesan dingin. Clarisa mengalihkan pandangannya pada Gerald yang tengah berdiri di depan jendela kaca. Gerald hanya menundukkan kepalanya, dirinya juga tidak menyangka insiden itu telah melukai perasaan dan jiwanya. Trauma yang di alaminya cukup serius dan terbilang berat. Hati Clarisa semakin hancur di buatnya, dirinya berpikir bahwa hanya raganya yang kembali tapi tidak dengan jiwanya. Clarisa terisak se