Seo Joon yang merasa tidak nyaman karena Yo Han mengajaknya bicara di tempat terbuka sehingga ia berinisiatif untuk memesan ruangan VVIP untuk keduanya bicara empat mata. Sesudah berpindah ruangan akhirnya Seo Joon menceritakan bagaimana Adiknya menjalani hari-harinya setelah kehilangan Yo Han. Seo Nari mengalami depresi berat, dia bahkan kehilangan gelarnya sebagai Dokter dan beralih menjadi seorang desainer pakaian wanita.
“Saat hal itu terjadi semua orang mengira bahwa Nari kecanduan narkoba, dan juga menjadi wanita pemuas bagi sang kartel narkoba yang sedang disusupi olehnya, akan tetapi tragedi itu sudah terlanjur terjadi.” Seo Joon menundukkan kepalanya lalu mulai bercerita lagi.
“Sejak kecelakaan itu, Adikku mengalami luka yang cukup serius dan harus melakukan operasi besar...” Seo Joon menghentikan perkataannya, kedua matanya telah berkaca-kaca ia tak mampu melanjutkannya. Setelah terdiam sejenak ia melanjutkan kembali
Di rumah sakit Kebahagiaan mulai berpihak kepada keluarga kecil Lukas, Clarisa begitu bahagia karena Conan telah siuman. Akan tetapi trauma Christian masih menghantui di setiap malam saat ia tidur. Conan yang tahu akan hal itu selalu membantu Adiknya untuk melupakan hal mengerikan yang beberapa waktu lalu mereka alami. Conan selalu menyemangati dirinya untuk kuat dan tidak menyalahkan dirinya sendiri atas insiden yang dialaminya.Satu minggu setelah Conan Siuman Conan telah kembali ke Mansion dimana Keluarga besarnya telah menyambut kedatangan mereka berdua, suasananya begitu meriah, sanak saudara juga berada di sana. Conan dan Christian hanya tersenyum tipis, namun tidak berani berkata, dia hanya memendam keinginannya. Lukas tahu apa yang dirasa dan dipikirkan oleh kedua Putranya sehingga dengan cekatan dia membawa Conan maupun Christian untuk membawanya masuk ke dalam kamar.Semenjak Conan siuman Christian tidak ingin ber
Di pagi hari yang cerah cahaya matahari yang hangat perlahan mengintip di antara celah tirai jendela kamar Lukas, dengan lembut menyinari wajah cantik Clarisa. Kulitnya yang seputih salju itu bersinar kala cahaya mentari menyinarinya, pelan-pelan ia membuka matanya hal yang pertama dia lihat adalah wajah tampan Lukas yang tengah berbaring di sampingnya. Wajahnya begitu tenang dan manis, membuatnya tak bisa memalingkan pandangannya. Sungguh indah bahkan saat tertidur pun tidak mengurangi ketampanan, dengan pelan dan tanpa suara Clarisa mencium bibir merahnya dengan lembut tiba-tiba kedua mata Lukas terbuka membuatnya terperanjat kaget. “Pagi,” ucap Lukas lembut. Clarisa sedikit gelagapan dia malu karena tertangkap basah saat mencuri ciuman darinya. Ia hanya tersipu seraya menundukkan kepalanya. Lukas dengan lembut mengangkat dagunya dengan tangannya yang besar sehingga wajah Clarisa kini memandang Lukas, bulu matanya bergetar saat berkedip membuat Clarisa
Clarisa menenggelamkan wajahnya di antara tempat tidur dan selimut akan tetapi dia teringat pada kedua Putranya, karena dia belu bertemu dengan mereka sejak pagi. Dia pun keluar menuju lantai bawah, sejak menuruni anak tangga pandangannya sudah tertuju pada orang-orang yang sedang bersuka cita membuka setiap bungkusan hadiah yang berada di sisi lain ruang tamu. Gelak tawa mereka membuat hati Clarisa begitu tenang dan damai. “Kenapa tidak mengajak ibu? Saat kalian tengah bersenang-senang!” Clarisa berjalan menghampiri mereka. Namun tak ada seorang pun yang menyambut kedatangannya. Clarisa sedikit cemberut menatap tajam pada Lukas. Akan tetapi Lukas berlagak polos seakan tidak tahu mengapa anak-anaknya bersikap seperti itu. Clarisa mendengus kesal, dia berbalik ingin mengambil segelas air untuk menenangkan pikirannya. Di belakangnya dua kecil dan satu besar tengah bersiap memeluknya dan mereka bertiga pun berhambur memeluk Clarisa dari belakang secara bers
Cuaca hari ini sangatlah cerah. Terlihat awan putih yang menggantung indah di atas langit. Lukas beserta keluarga kecilnya turun dari sebuah mobil Bentley warna Hitam. Anak-anak begitu bahagia kala melihat bangunan luas yang sudah ada di depan mata. Setelah memarkirkan mobil mereka sekeluarga masuk ke dalam pusat perbelanjaan, suasana di dalam begitu mewah dan hanya kalangan atas saja yang masuk ke sanaClarisa juga takjub akan visual yang di sajikan oleh pihak pusat perbelanjaan, bagaimana tidak? saat memasuki pintu masuk mereka sudah di sambut bak bangsawan. Staf di sana sudah tahu akan kedatangan Lukas mereka pun memberikan pelayanan yang sangat bagus, Clarisa tidak pernah tahu bahwa Pusat perbelanjaan itu masih berada di bawah naungan Jiang Group milik Lukas.“Suamiku, di sini sangatlah mahal, apakah tidak apa-apa jika berada di sini?” Clarisa bertanya dengan cemas karena dirinya baru pertama kali memasuki pusat perbelanjaan yang sangat mew
Selepas makan siang sebelum pergi Athes mempersiapkan beberapa obat yang harus diminum oleh Conan. Lukas menatap lembut Putranya yang tengah memainkan gelas di tangannya. Dia membalas tatapan Lukas lalu berkata.“Ayah, bisakah Aku melewatkan ini?” Conan menunjuk pada botol obat yang di keluarkan oleh Athes dari tas kecilnya. Lukas tersenyum lembut seraya menggelengkan kepalanya pelan.“Tidak, Kau harus meminumnya. Jangan pernah berpikir untuk berhenti meminumnya.” Lukas menegaskan perkataannya agar Conan tidak melewatkan obatnya satu pun.Conan membuang napasnya, ia tidak percaya bahwa dirinya tidak bisa membujuk Ayahnya. “Aku tahu, lebih dari itu.” Conan duduk tenang sembari menunggu Athes selesai mengeluarkan obat dari tempatnya.“Tuan muda, minumlah.” Athes menyerahkan butiran obat ke telapak tangannya. Conan dengan sedikit terpaksa memasukkan semua obat yang ada di tangannya ke dalam mulutn
Waktu sudah menunjukkan pukul 16:00 sore, Setelah puas berada di taman belakang Conan bersama dengan Lukas kembali masuk ke dalam Mansion. Di ruang tamu telah berada Clarisa yang tengah berbaring di atas sofa sedangkan Christian baru saja turun bersama dengan Athes.“Ibu,” Conan menyapanya. Clarisa tersenyum penuh kebahagiaan saat Conan dalam pandangannya.“Apa sudah bermainnya?” Clarisa bertanya seraya mengusap punggung tangan Conan.“Eng.” Conan menganggukkan kepalanya. Lalu dia mengalihkan pandangannya pada Christian yang baru saja datang ke ruang tamu.“Apa masih mengantuk?” Conan menghampiri Christian lalu membawanya duduk di sampingnya. Christian menganggukkan kepalanya, tubuhnya kembali terbaring di atas sofa.Conan melirik ke arah tas belanja miliknya. Lalu dia meminta Athes untuk membawakan barang-barang yang ada di sudut lain ruang tamu.“Mr. Athes, tolong bawakan ba
Langit malam tampak cerah, dihiasi oleh jutaan bintang serta cahaya bulan yang meneranginya begitu indah kala memandangnya. Lukas bersama Gerald duduk di bawah sorot lampu balkon ruang kerja milik Lukas, keduanya menikmati malam ini dengan sedikit minum anggur. Selagi para wanita bersama anak-anak bersama mereka berdua pun tak ingin kalah. “Bagaimana dengan hubungan Kalian? Apakah ada keinginan untuk menikah di antara Kalian berdua?” Lukas kembali menyesap kembali anggur yang ada di gelasnya. Gerald menatap langit malam sejenak lalu menundukkan kembali kepalanya, lalu berkata. “Entahlah, aku pun belum tahu. Aku takut jika nanti aku belum bisa melupakan mendiang Istriku.” “Aku juga tidak ingin menyakitinya bahwa aku masih mencintai mendiang Istriku.” Gerald tersenyum pahit, sembari menggoyang-goyang gelas di tangannya. Lukas bukanlah tipe orang yang bisa menghibur, maka dari itu ia tidak bisa berkata lebih banyak di depan Gerald. Dia hanya akan
Sebuah mobil membelah gelapnya jalanan di malam hari. Gerald memberhentikan mobilnya di sebuah vila yang berada di pesisir pantai. Ia keluar dari mobil, berjalan pelan menyusuri pantai panjang dengan pasir putih. Debur ombak pantai terdengar berirama Gerald berdiri di tempatnya pandangannya tertuju ke arah laut. Dalam bayangannya tampak seorang wanita dan seorang anak perempuan sedang berlari di kejar oleh seorang pria, itu adalah bayangan Gerald sendiri beberapa waktu silam kenangan manis itu masih membekas dalam ingatannya. Gerald duduk di atas pasir, tangannya meraih pasir lalu menjatuhkannya kembali, sekilas ia teringat akan senyuman hangat dari Joana, akan tetapi sedetik kemudian ia tidak bisa melepaskan kesedihannya. Ia seakan terjerat masa lalunya, dadanya sesak membayangkan kepergian mendiang Istrinya. Ia menjatuhkan tubuhnya menatap langit yang dipenuhi oleh banyak bintang, malam yang sunyi itu diterangi oleh sinar bulan yang sangat indah dan menakjubka