Di koridor rumah sakit Seo Joon duduk termenung, ia mencoba menggali pikirannya. Kepalanya menengadah ke atas sembari memejamkan matanya lalu kambali menunduk.
“Bagaimana aku bisa membiarkanmu menderita sendirian?” batinnya.
Marvel berlari sekuat tenaga mencari keberadaan Seo Joon. Hingga akhirnya ia melihat Seo Joon menunggu sendirian. sejak awal ia berniat untuk menghampirinya. Tetapi, ia mengurungkan niatnya saat mendapati Seo Joon tengah terisak buliran air mata itu perlahan jatuh tanpa henti.
“Seo joon!” seketika ia mengangkat kepalanya. Raut wajahnya dipenuhi kesedihan dan rasa bersalah.
“Apa yang terjadi?” Marvel kembali bertanya padanya.
“Nari... dia...” Seo Joon tak sanggup mengatakan apa yang terjadi pada Marvel.
“Ada apa? Apa yang terjadi pada Nari?” Marvel semakin tidak sabar menunggu jawaban darinya.
Seo Joon menghirup udara lalu mengeluarkannya, setelah s
Conan tertidur dengan tenang, ia terlihat begitu damai. Samar-samar suara tangisan terdengar di telinganya. Perlahan Conan membuka kedua matanya yang terlihat pertama kali adalah Ibunya Clarisa. Napasnya sedikit berat dengan masker oksigen yang asih terpasang di wajahnya. “Ibu,” Suaranya pelan dan tertahan. Sesekali ia menarik napas panjang. “Sayang, kau sudah sadar?” Clarisa dengan berlinang air mata ia memegang tangan kecilnya. “Mengapa Ibu menangis?” Conan mencoba meraih pipi ibunya. Namun, tangannya masihlah lemah. “Apa aku membuat Ibu sedih,” Conan memejamkan matanya. Berusaha meredam rasa sakitnya Suaranya masih tertahan dan berat hingga Clarisa harus mendekatkan telinganya pada Conan yang sedang berusaha mengeluarkan suaranya. “Christian! Dimana dia?” napasnya naik turun terlihat begitu berat. “Apa?” Clarisa berusaha mendengarkannya dengan baik.
Di ujung koridor terdengar suara langkah kaki. Lukas yang berada di ambang pintu melirik ke arah datangnya suara. Dari sana nampak Athes tengah mendorong kursi roda Christian. Raut wajah Christian begitu tenang layaknya Conan. Lukas tersenyum saat melihat putra keduanya datang lalu berjalan menghampirinya dengan sedih dia berkata. “Christian maafkan Ayah,” Lukas memeluk Christian dengan erat ia bahkan tidak berniat melepaskannya. “Ayah,” Christian sedikit tidak nyaman dibuatnya. Ia menepuk punggung Lukas agar ia mau melepaskan pelukannya. “Ayah, maafkan aku. Seharusnya aku tidak pergi tanpa pamit lebih dulu padamu atau pun pada Ibu.” Christian menundukkan kepalanya tidak berani menatap mata Lukas. “Tidak apa-apa, yang harus meminta maaf adalah Ayah. Karena tanpa sadar Ayah sudah menyakitimu.” Lukas meminta maaf dengan segenap hatinya. Christian tersenyum. “Apa yang kau pikirkan Ayah? Aku bahkan baik-baik saja.” Christian menatap wajah Lukas.
Di sebuah kamar VIP Seo Nari tengah terbaring lemah. Masker oksigen dan peralatan medis lainnya terpasang di tubuhnya. Seo Joon dengan putus asa menemaninya, tiada henti ia terus memanjatkan doa pada Tuhan untuk kesembuhan adiknya. Seo Joon duduk bersimpuh menengadahkan kedua tangannya ke atas. Memohon dengan sungguh dan berlinang air mata.“Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang kau berikan kepada Adikku?”“Jika Pria yang dicintai Adikku bukanlah jodohnya. Maka biarkanlah dia bahagia dengan yang lain!”“Mengapa Engkau terus menguji seberapa besar cinta keduanya? Mereka berdua begitu menderita karena terus saling menyakiti.” Buliran air mata turun tanpa henti membasahi wajah tampannya.“Tuhan, aku sangat berharap jika Adikku dapat bahagia dalam menjalani hidupnya.”“Aku mohon dengan sangat padamu,” Seo Joon menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dan menangis dengan sesenggukan
Di tengah kegilaan Seo Nari Yo Han hanya terdiam membeku, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya ini. Buliran air mata perlahan menetes dari kedua mata indahnya. Tubuhnya bergetar hebat. Raymond meraih ponselnya ia menghubungi seseorang untuk membantunya. Yang terdengar hanya teriakan darinya. “Cepat datang kemari Bos!” “Nari, kenapa kau jadi seperti ini?” batinnya. Yo Han mencoba bangkit dari duduknya namun kedua kakinya masih sangatlah lemah hingga membuatnya jatuh dari kursinya. Namun ia tidak putus asa Yo Han merangkat untuk mendekati Nari dengan susah payah. Sedangkan Raymond masih membeku ia tak sanggup bergerak. Di Luar Marvel tengah berjalan dengan gontai, seketika ia mendengar teriakan yang cukup keras. Marvel menyadari jika suara itu berasal dari kamar Nari sehingga ia pun langsung berlari menuju kamarnya. Marvel membelalakan matanya melihat Nari yang histeris melukai dirinya. Ia juga melihat Yo Han yang merangkak maju menuju ran
Sepanjang perjalanan menuju kamar Yo Han tak ada yang membuka pembicaraan, keduanya fokus berjalan, yang terdengar hanya langkah kaki dan suara kursi roda yang tengah di dorong. Sesampainya di depan pintu Raymond segera membukakan pintu agar Yo Han bisa masuk. “Mengapa suasana jadi canggung seperti ini?” Raymond terus mendorong kursi roda Yo Han. Raymond menggelengkan kepalanya kala melihat kaki Yo Han yang mulai mengeluarkan darah, dari balik baju pasiennya juga ada bercak darah, menunjukkan lukanya kembali terbuka. “Lihatlah lukamu itu kembali terbuka. Tampak begitu menyakitkan bagiku.” Ujar Raymond tetapi Yo Han tidak bereaksi sama sekali. Raymond menghela napasnya karena diabaikan oleh Yo Han. “Aku akan membantumu berbaring selagi menunggu dokter datang.” Raymond bersiap untuk mengangkat dan memindahkan tubuh Yo Han ke ranjangnya. Tanpa suara rintihan atau apa pun Yo Han tetap bungkam meski lukanya tertekan atau pun kakinya yang terbentur ujung ra
Dinginnya malam semakin menusuk hingga ke tulang-tulangnya, Seo Joon berdiri di luar rumah sakit ia masih memikirkan keadaan mental Nari yang hancur, rasa cinta dan ingin memiliki itu semakin mencekiknya hingga ia tak mampu bernapas. Seo Joon memejamkan matanya mencoba merasakan angin lembut yang menyentuh kulitnya namun, terasa begitu dingin bagaikan dinginnya kutub utara.Seo Joon menghisap rokok yang ada di sela jari-jari rampingnya. Asap rokok yang dikeluarkannya berkerlap-kerlip di antara gelapnya malam. Sosoknya yang tinggi tegap itu berdiri dengan menengadahkan kepalanya ke atas menatap betapa gelapnya langit malam.“Ah, kenapa malam ini begitu suram?” Seo Joon menghembuskan nafasnya. Ia kembali melihat dirinya sendiri.“Ah, betapa menyedihkannya diriku!” Seo Joon mematikan rokoknya. Ia masuk ke dalam mobil dan mengemudikan mobil Bentley Hitamnya meninggalkan rumah sakit. Mobilnya melaju dengan cepat membelah jalanan ma
Ke esokan paginya cahaya mentari mulai mengintip di antara sela gorden yang terbuka. Lukas yang masih terlelap itu sedikit terganggu karena silaunya cahaya mengenai wajah tampannya. Lukas terbangun matanya belum sepenuhnya terbuka, terasa begitu berat saat ingin bangun. Salah satu tangannya meraba-raba Conan di sampingnya. Ia merasa ada yang aneh.“Conan!” Lukas setengah berteriak sembari berusaha membuka kedua matanya dengan lebar. Samar-samar suara datang dari arah pintu.“Ayah, kau sudah bangun?” Conan berjalan masuk bersama dengan Athes di belakangnya. Lukas menghembuskan napas leganya saat melihat Conan baik-baik saja.“Kau dari mana? Ayah sangat cemas saat kau tidak ada di samping Ayah.” Di raut wajah Lukas terselip ketakutan."Aku hanya jalan-jalan sebentar dengannya,” sembari menunjuk Athes yang berdiri di belakangnya.“Apa kau sudah sarapan?”“Aku...” Conan tidak mela
Saat tengah mengemudi Lukas masih masih kepikiran tentang Conan. Lukas memejamkan kedua matanya. Joe yang duduk di kursi kemudi pun hanya bisa memperhatikan bosnya yang sedang gelisah. Dirinya juga tidak bisa bertanya lebih jauh karena Lukas sangat membenci hal itu. Sesampai nya di perusahan Lukas datang dengan kondisi berantakan, wajahnya yang kuyu namun terkesan menggairahkan bagi siapa pun yang melihatnya. “Presdir,” “Presdir,” “Presdir,” semua orang yang bertemu dengannya di lobi menyapanya dengan sopan dan juga hormat. Sedangkan Lukas hanya berjalan lurus tanpa memedulikan orang-orang yang sudah menyapanya. “Presdir,” Jay segera menghampiri Lukas. Dan mulai membicarakan hal penting yang akan mereka bahas nanti. “Apa yang sebenarnya terjadi?” Lukas bertanya dengan nada suara yang pelan namun, tetap tegas. “Begini Presdir, seseorang telah tertangkap karena melakukan penggelapan pajak perusahaan.” Seketika langkah Lukas terhe