Share

6. Permintaan Tidak Masuk Akal

Apabila seseorang bertanya apa yang tengah Alex rasakan sekarang ini, tentu dia akan menjawab kalau dirinya merasa lelah. Alex lelah dengan Sophie yang terus mengulang kalimat yang dia katakan, tidak hanya sekali namun berkali-kali.

Gadis itu melepaskan genggaman Sophie dari lengannya, dia menghiraukan bagaimana kedua mata Sophie sedikit berkaca-kaca serta mencerminkan kesedihan ketika Alex memaksanya untuk melepaskan genggaman itu secara tidak langsung. Dari ekspresi Sophie yang terpatri di wajahnya, apabila seseorang melihat pasti mereka berpikir Alex tengah membully Sophie dan membuat sedih gadis itu. Dalam hati Alex bertanya-tanya bagaimana bisa perasaan gadis ini serapuh itu.

“Alex....” panggil Sophie lagi, ada keraguan kecil di dalam nadanya.

Sophie memperlihatkan ekspresi terluka ketika Alex menghindari dirinya saat Sophie ingin menggenggam lengannya lagi. Karena dia tidak ingin melihat penolakan dari gadis itu lagi, akhirnya Sophie pun memilih untuk tidak mendekati Alex seperti tadi.

Melihat Sophie tidak lagi berusaha menyentuhnya, secara tidak langsung Alex pun menghembuskan nafas lega. Sejak dulu Alex tidak terbiasa dengan orang yang menyentuhnya, bahkan anggota keluarganya sendiri di era interstellar pun tahu untuk tidak menyentuh Alex secara tiba-tiba. Alex tidak memiliki fobia ataupun alergi ketika orang lain menyentuhnya, dia hanya merasa tidak nyaman saja. Terkadang Alex merasa sedikit jijik ketika seseorang menyentuh kulitnya, untuk itu ketika Sophie menyentuhnya tadi Alex menekan perasaan jijik yang ia rasakan untuk tidak tampak pada ekspresinya.

“Tidak perlu bertele-tele, katakan apa yang kau mau!” tukas Alex dengan dingin.

Melihat Sophie yang menatapnya dengan bingung dibalik kesedihan yang terlintas di kedua matanya, Alex bertanya-tanya apakah Sophie ini sebenarnya bodoh atau dia berpura-pura bodoh sekali lagi.

Alex kembali menghela nafas sebelum mengatakan apa maksudnya tadi, “Kau terus mengatakan aku tidak boleh marah kepada Diana dan Mary sejak datang ke sini. Tentunya kau memiliki tujuan dengan mengatakan itu bukan?”

“Apa yang Alex katakan itu salah. Aku sama sekali tidak memiliki maksud lain, aku hanya tidak ingin kau membenci mereka karena kejadian itu, Alex,” jawab Sophie.

“Lalu?” tanya Alex lagi, dia tidak percaya kalau hanya itu adalah tujuan Sophie datang ke sini.

Tatapan tajam dari sepasang mata emerald milik Alex tiba-tiba membuat Sophie merasa jiwanya terlihat dengan jelas di hadapan mereka, layaknya Alex bisa melihat esensi yang ada di dalam diri Sophie. Hal ini membuat gadis itu panik dan ingin pergi dari tatapan tajam mata itu sekarang juga, namun pikiran rasionalnya menahan kakinya untuk tidak bergerak.

Sophie menggigit bibir bawahnya, air mata yang menggenang di kedua matanya terasa akan tumpah cepat atau lambat. Melihat hal ini alis kiri Alex mau tidak mau merasa berkedut.

“Aku ingin kau memanggil Master Dietritch dan mengatakan kalau apa yang terjadi di malam itu adalah murni ketidaksengajaan,” kata Sophie pada akhirnya.

Master Dietritch? Tanya Alex dalam hati. Gadis itu ingat kalau Master Dietritch adalah tunangannya yang kaya raya. Nama asli dari Master Dietritch adalah Vincent Dietritch, dia merupakan seorang entrepreneur muda terkenal yang sekarang menjabat sebagai Presiden Direktur dari Horizon Group, sebuah grup perusahaan besar yang berskala internasional.

Pengaruh dari Vincent sangat besar baik di dalam dan juga luar negeri, bahkan dia juga tercatat sebagai orang berusia dibawah 30 tahun yang memiliki pengaruh besar di dunia. Selain itu Vincent juga dinobatkan sebagai orang terkaya di Negara A. Sehebat itulah Vincent di mata semua orang, dan ketika pemuda itu menyetujui tawaran Marius serta memilih untuk menikahi Alex pun tentu membuat gempar orang-orang.

Melihat Alex tidak memberinya tanggapan barang sedikit pun, Sophie terlihat sedikit panik.

“Alex, aku mohon kau segera memberitahu Master Dietritch. Kau adalah tunangannya, kalau kau mengatakan apa yang terjadi malam itu adalah murni kecelakaan dan baik Diana dan Mary tidak sengaja melakukannya pasti Master Dietritch mau mendengarkanmu,” pinta Sophie dengan nada yang memelas.

Kening Alex mengernyit sedikit ketika dia mendengar permintaan Sophie.

“Apa yang terjadi?” tanya Alex pada akhirnya, dia merasa curiga kalau ada cerita di balik semua ini.

“Kau tidak tahu?” tanya Sophie balik.

Melihat ekspresi Alex yang masih datar Sophie sendiri tidak bisa menyimpulkan apakah Alex benar-benar tidak tahu atau malah pura-pura tidak tahu. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam sebelum menghembuskannya, mencoba menekan perasaan panik yang dia rasakan.

“Karena apa yang terjadi malam itu, Master Dietritch tiba-tiba saja menekan perusahaan keluarga Diana dan Mary. Akibatnya saham kedua perusahaan menurun dan beberapa masalah pun muncul, bahkan partner bisnis perusahaan mereka pun memutuskan untuk menarik kerja sama dengan mereka. Kalau hal ini terjadi terus, maka keluarga mereka berdua akan mengalami kebangkrutan,” jawab Sophie lagi, dia memberanikan diri untuk menatap Alex dengan sepasang mata yang berkaca-kaca, berharap gadis itu mau meluluhkan hatinya.

Sophie pun melanjutkan perkataannya lagi, “Semua orang tahu kalau Master Dietritch memiliki pengaruh yang besar di dunia bisnis dan juga politik. Banyak orang memilih untuk memutuskan hubungan mereka dengan keluarga Diana dan Mary karena mereka tidak ingin membuat Master Dietritch tersinggung. Karena itu, Alex, aku mohon kau mau mengatakan pada Master Dietritch kalau Diana dan Mary tidak sengaja mendorongmu waktu itu, semua yang terjadi tidak lebih dari gurauan mereka saja, dan mereka berdua tidak pernah sedikit pun memiliki niat jahat kepadamu.”

Guarauan semata? Tidak memiliki niat jahat kepada Alex? Ketika mendengar ucapan Sophie gadis itu ingin sekali tertawa karena dia menemukan perkataan Sophie benar-benar bodoh.

Jangankan bergurau, apa yang dilakukan oleh Diana dan Mary bukanlah sesuatu yang bisa dikatakan kecelakaan yang tidak disengaja. Kalau mereka berdua memang bergurau, tidak mungkin keduanya menarik Alex untuk ikut dengan mereka dan kemudian memberikan kritikan serta ancaman pada gadis itu. Tidak hanya merendahkan martabat yang Alex miliki, bahkan Diana pun tidak tanggung-tanggung mendorong Alex sebagai bentuk peringatan yang mereka berikan.

Alex yang tenggelam hampir saja mati untuk yang kedua kalinya malam itu. Apakah yang terjadi tersebut bisa dikatakan kalau Diana dan Mary tengah bergurau dengan Alex? Jangan bercanda.

Kalaupun Alex bukanlah korban di sini dan dia hanya menjadi seorang penonton layaknya tamu yang menonton pertengkaran mereka bertiga pada malam itu, Alex sendiri bisa mengatakan kalau apa yang Diana dan Mary lakukan adalah sebuah bentuk kesengajaan. Mereka berdua ingin memberi pelajaran pada Alex dan tidak peduli dengan situasi yang Alex hadapi kelak, hal ini terjadi karena mereka yakin baik Keluarga Klein dan Master Dietritch tidak akan peduli dengan Alex.

Namun, mereka semua salah. Siapa sangka Vincent akan melakukan sebuah tindakan untuk menekan bisnis kedua keluarga itu dan hampir membuat mereka bangkrut. Entah tindakan yang Vincent ambil untuk membalaskan dendam Alex atau dia merasa terhina karena tindakan yang Diana dan Mary lakukan membuat pestanya rusak, yang jelas semua itu tidak ada sangkut pautnya dengan Alex.

Meski demikian, mendengar tindakan yang Vincent ambil tersebut cukup membuat Alex terkejut.

“Mengapa kau memintaku untuk mengatakan hal itu padanya? Bukankah lebih baik mereka memberikan penjelasan secara langsung kepada Vincent?” tanya Alex dengan datar. “Semua itu tidak ada hubungannya denganku.”

Melihat betapa tidak pedulinya Alex dengan masalah yang terjadi di sisi Sophie membuat gadis itu ingin menangis.

“Alex, bagaimana kau bisa mengatakan semua itu? Master Dietritch adalah tunanganmu, dia pasti mau mendengarkan perkataanmu. Kau harus membantu Diana dan Mary!” pinta Sophie yang sedikit memaksa.

Apakah Alex mau membantu orang yang mau mencelakakannya? Tentu saja tidak, dia bukanlah seorang Virgin Mary yang memiliki hati murni dan penuh kasih sayang, selalu memaafkan kesalahan orang padanya meskipun itu artinya Alex harus makan hati. Dia tidaklah sebaik itu. Andaikata Vincent tidak melakukan sesuatu kepada mereka, Alex sendiri akan membalas semua perbuatan yang mereka lakukan padanya.

“Kita berdua tahu kalau status ‘tunangan’ di sini tidak lebih dari status saja, aku mau memelas pada Vincent untuk memaafkan Diana dan Mary pun juga percuma. Orang itu memiliki pemikirannya sendiri. Jadi, daripada kau memohon padaku untuk menyelamatkan keluarga mereka berdua dari tekanan yang Vincent lakukan, lebih baik kau mengatakan pada mereka berdua untuk menghadap Vincent langsung. Aku yakin Vincent adalah orang yang berpikiran terbuka.”

Vincent mungkin bisa dikatakan berpikiran terbuka, namun dia sangatlah selektif ketika melakukan hal itu. Kalau Vincent memang berpikiran terbuka seperti yang Alex katakan, bagaimana mungkin dia bisa mengirim paman-pamannya ke dalam jeruji besi setelah kakek Vincent meninggal? Dan jangan lupakan dengan pergeseran kekuatan di dalam dunia bisnis dalam negeri setelah Vincent berhasil menjadi Kepala Keluarga Dietritch, beberapa orang yang bersekongkol dengan paman-pamannya pun mendapatkan nasib yang buruk serta kebangkrutan di akhir cerita.

Semua orang orang tahu kalau Vincent itu adalah orang yang kejam dan juga tidak berperasaan. Bahkan rumornya ketika ada seseorang yang ingin naik ke atas tempat tidur Vincent untuk menggodanya, orang itu dan juga mereka yang berada di belakang orang tersebut langsung menghilang tanpa jejak. Banyak orang mengatakan kalau Vincent melenyapkan mereka.

Membayangkan itu semua membuat tubuh Sophie menggigil akibat rasa takut. Karena inilah Sophie langsung memberontak ketika Marius memberinya ide untuk menikahi Vincent sebelum Alex berhasil ditemukan kala itu. Meskipun Vincent adalah sosok pemuda yang sangat tampan dan juga sukses diusinya yang sangat muda, tapi Sophie takut dengannya, dia tidak ingin Vincent membunuhnya sampai jasadnya saja tidak tersisa. Beruntung sekali pada saat itu Alex berhasil ditemukan, sehingga status sebagai tunangan Vincent jatuh pada tangan Alex.

Sophie mundur ke belakang sembari menatap Alex dengan kedua mata yang terbelalak lebar. Dia melihat Alex layaknya gadis itu adalah seseorang yang tidak memiliki perasaan.

“Bagaimana kau dapat mengatakan hal itu, Alex? Apa kau tidak memiliki perasaan barang sedikit pun?!” desis Sophie, suaranya terdengar sedikit keras.

“Apa yang aku katakan bukanlah sesuatu yang tidak beralasan. Bila mereka ingin keluar dari masalah terebut, seharusnya mereka mengatakan hal itu kepada Vincent secara langsung dan bukannya kepadaku,” kata Alex yang masih datar-datar saja, dia sama sekali tidak terpengaruh dengan suasana yang Sophie ciptakan tersebut.

“Tapi kau adalah tunangan dari Master Dietritch, Alex, dia pasti akan mendengarkan perkataanmu dan kau bisa meringankan beban yang keluarga Diana dan Mary miliki karena kesalahpahaman ini.”

Entah kenapa berbicara dengan Sophie membuat Alex merasa lelah, gadis itu terlalu bebal untuk mendengarkan perkataan Alex.

“Kesalahpahaman? Bagaimana kalau kau menyuruh mereka mendorongmu ke kolam renang, apakah kau bisa mengatakan ini semua sebagai kesalahpahaman atau tidak,” gumam Alex dengan suara yang masih datar, tapi kali ini ada rasa dingin di dalamnya.

“Jadi kau tidak mau membantu Diana dan Mary karena kau masih dendam kepada mereka? Bagaimana bisa kau menganggap sebuah gurauan sebagai kesalahan? Aku tidak menyangka kalau kau memiliki hati yang begitu sempit, Alex!” tukas Sophie dengan tegas.

Kepala Alex terasa berdenyut ketika suara keras Sophie yang mencerminkan kebebalannya mulai terdengar di sana. Rasanya berbicara dengan Sophie tidak elaknya berbicara dengan seekor sapi.

“Apa yang terjadi di sini?” Sebuah suara yang dalam dari seorang laki-laki menginterupsi pertengkaran satu sisi di antara Sophie dengan Alex.

Mereka berdua menoleh ke samping dan menemukan seorang pemuda berusia 27 tahun yang mengenakan setelan jas lengkap berwarna hitam dan bersepatu kulit berdiri tidak jauh di sana. Dasi berwarna biru milik pemuda itu terlipat di dalam saku jasnya, sementara dua kancing teratas kemeja putih di dalam jas hitamnya dibiarkan terbuka seperti kancing jasnya, memperlihatkan dada yang cukup berotot dengan warna kulit sedikit pucat. Pemuda itu tampan dengan garis wajah yang cukup tegas, sepasang mata berwarna hazel menatap Sophie dan Alex bergantian.

Pemuda itu adalah Louis Klein, anak laki-laki satu-satunya Marius dan juga calon penerus dari Keluarga Klein. Louis sendiri merupakan kakak dari Sophie dan Alex.

Kaki panjang Louis bergerak untuk menghampiri mereka berdua, saat ia melihat mata Sophie yang berkaca-kaca barulah ekpresinya yang tenang itu runtuh. Pemuda itu menatap adik kesayangannya dengan penuh rasa kasih sayang serta iba, merasa khawatir kalau hal buruk terjadi pada Sophie yang membuatnya merasa sedih seperti itu. Namun, tatapan lembut dari Louis pun berubah menjadi dingin serta menuduh ketika dia menatap sosok Alex yang berdiri di hadapan Sophie.

“Sophie, mengapa kau menangis? Katakan padaku siapa yang membuatmu sedih!” pinta Louis dengan lembut.

Kakak laki-laki Sophie dan Alex itu pun merangkul tubuh mungil Sophie dan membawanya ke dalam pelukan hangat miliknya. Louis memegang dagu Sophie dan jemari tangannya dengan lembut menghapus linangan air mata yang entah sejak kapan sudah jatuh di sana.

“Jangan menangis. Katakan siapa yang menyakitimu sampai membuatmu menangis seperti ini, nanti aku akan buat perhitungan dengan mereka,” bujuk Louis lagi.

Sophie menggelengkan kepalanya, masih terlihat keras kepala namun tegar pada saat yang sama di hadapan Louis. Gadis itu menghapus air matanya sendiri.

“Tidak ada yang menyakitiku,” elak Sophie, suaranya begitu lirih dan membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasakan betapa kuatnya hati Sophie. Dia pun melanjutkan perkataannya. “Ini semua hanya kesalahpahaman kecil saja.”

Setelah mengatakan itu Sophie pun menoleh ke arah Alex yang masih berdiri di ambang pintu kamarnya. Apabila Sophie mengatakannya tanpa melihat ke arah Alex maka semuanya akan baik-baik saja, tapi tatapan yang Sophie lemparkan kepadanya itu membuat Alex seolah-olah adalah seorang kriminal yang telah membuat Sophie sedih.

Dalam hati Alex menghela nafas untuk kesekian kalinya. Kapan dia bisa keluar dari drama picisan yang tidak penting ini?

Melihat ekspresi Sophie dan kemudian beralih pada Alex yang terlihat bosan membuat otak Louis membuat sebuah skenario sendiri, dia berpikir kalau Alex telah melakukan sesuatu yang salah dan membuat perasaan halus Sophie tersakiti.

“Alexandra, apa yang telah kau lakukan pada adikmu?” tanya Louis dengan tegas kepada Alex.

Sebelum Alex bisa mengatakan sesuatu, Sophie menarik lengan jas yang Louis kenakan dan menginterupsinya.

“Kakak, Alex tidak melakukan apa-apa di sini. Aku hanya merasa sedih karena masalah Diana dan Mary, aku ke sini ingin membicarakannya dengan Alex. Aku ingin memberitahu Alex kalau apa yang terjadi malam itu bukanlah salah siapa-siapa, semua ini adalah murni kecelakaan,” kata Sophie yang menjelaskan duduk persoalan yang terjadi di tempat itu.

Louis tidak terlalu mengerti apa yang terjadi di antara kedua adiknya, tapi dia tahu benar apa yang terjadi malam pertunangan Alex dengan Vincent. Meskipun Louis tidak bisa menyalahkan Alex yang membuat kacau pesta pertunangannya, tapi dia tidak sampai hati untuk menyanggah perkataan Sophie yang merupakan adik kesayangannya sejak kecil.

Pemuda itu menoleh ke arah Alex dan berkata, “Yang Sophie katakan itu benar, apa yang terjadi pada malam itu tidak lebih dari kesalahpahaman saja.”

Meskipun Alex tidak memiliki perasaan lebih kepada Louis yang notabene adalah kakaknya, tapi dia tidak bisa membantu untuk tidak merasa kecewa pada pemuda itu. Kalau Alexandra mendengar kakaknya berkata demikian dan sama sekali tidak membelanya, Alex bisa membayangkan betapa sedihnya gadis itu.

Alex mendengus kecil sebelum melemparkan tatapan kalem nan dingin kepada Louis.

“Apa kau bisa mendengar perkataanmu sendiri?” cemooh Alex kepada mereka berdua.

Emosi Louis serasa naik ketika Alex mencemooh dirinya, terlebih lagi dengan tatapan merendahkan serta tidak memandang dirinya ada terlihat dari sepasang mata tajam milik Alex. Dalam hati Louis bertanya-tanya sejak kapan gadis yang pemalu dan tidak memiliki keberanian itu berani mencemoohnya seperti ini.

“Sepertinya Sophie lupa mengatakan padamu kalau selain menjelaskan betapa tidak bersalahnya kedua temannya itu, dia juga memintaku untuk memohon pada Vincent agar tidak menekan keluarga mereka berdua,” tukas Alex dengan dingin.

Di saat nama Vincent diutarakan, emosi membara di mata Louis akibat cemoohan yang Alex berikan langsung menghilang begitu saja. Dia bisa menghiraukan permintaan Sophie yang tidak masuk akal, tapi bila semua itu menyangkut pada nama Vincent Dietritch maka Louis tidak bisa berbuat banyak.

Pemuda yang lebih muda dua tahun dari Louis itu adalah seorang legenda di dunia perbisnisan, bahkan mereka yang satu generasi dengan ayah mereka bertiga pun harus memandang keberadaan Vincent dan menghormatinya. Mereka tidak berani membuat masalah dengan Vincent karena pemuda itu terkenal berdarah dingin ketika menyelesaikan sesuatu, semua tindakan yang Vincent ambil selalu tegas dan tidak bisa disanggah barang sedikit pun.

Alex yang melihat kakak tertuanya itu mengerti dengan maksudnya tadi serta menyadari kalau tindakan yang Sophie ambil itu bisa dikatakan sangat bodoh.

Sebuah senyum kecil muncul di bibir Alex dan dia pun berkata, “Aku akan mengulanginya lagi. Kalau kau ingin masalah Diana dan Mary terselesaikan, lebih baik kau beritahu mereka untuk mengatakannya secara langsung kepada Vincent. Bila menyuruhku untuk melakukannya maka hasilnya akan percuma, Vincent tidak akan mendengarkanku.”

Meskipun Alex belum pernah bertemu dengan Vincent dan juga tidak mengerti sifat pemuda itu, dari informasi yang Alex baca mengenai tindakan yang Vincent lakukan di dunia bisnis, dia bisa menebak kalau pemuda itu sangat sulit untuk diajak negosiasi. Kalau pun Alex melakukan apa yang Sophie pinta kepadanya, kemungkinan besar Vincent tidak akan mendengarkannya, bahkan ada kemungkinan pula Alex akan ia usir detik itu juga.

“Lebih baik kau beritahu mereka sebelum semuanya terlambat,” tukas Alex lagi.

Meskipun Alex itu orangnya dingin dan tidak peduli dengan apapun yang tidak ada hubungannya dengan tujuan yang ia miliki, kali ini gadis itu berbaik hati memberitahu Sophie. Apakah Sophie mendengarkannya atau tidak, semua itu bukanlah urusannya.

Karena Alex tidak ingin terlibat masalah ini terlalu dalam, tanpa mengucapkan apapun Alex segera kembali ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya di hadapan mereka berdua. Dia menghirauan bagaimana ekspresi Louis terlihat begitu buruk dan Sophie yang wajahnya begitu pucat pasi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Kikiw
keren! untung pangeran lebih tua di dunianya, makanya pikirannya lebih terbuka, maju, dan juga tenang!
goodnovel comment avatar
Nani Lestari
Semoga ceritanya selalu lanjut sampai tamat. Tidak berhenti ditengah-tengah cerita. Terima kasih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status